__
_
Aku terbangun saat suara berisik berasal dari arah dapurku, aroma roti panggang seakan menggelitik indra penciumanku hingga memaksa perutku ikut melakukan demonstrasi secara tiba-tiba—meminta diisi makanan sepertinya.
Langkahku terhenti ketika melihat pria yang sedang asik dengan urusannya sendiri, memunggungiku. Ada beberapa tumpukan piring kotor disisi kirinya, aku ingat—itu tempat buburku tadi malam, ada potongan sayuran disamping kanannya, dan dua porsi roti panggang diatas meja makan dengan satu gelas penuh susu vanila kemudian dipasangkan dengan satu gelas susu pisang kesukannya. Bibirku mengulas senyum. Manis sekali. Jungkook-ku pria termanis.
Hari ini terasa berbeda, aku menemukan pemandangan langkah luar biasa; Jungkook menyiapkan sarapan. Biasanya dia akan memilih untuk ribut membangunkanku, berlari kesana kemari saat aku belum selesai memasak, mengganggu dengan ocehannya karena aku yang terlalu lama menyiapkan sarapan atau memelukku dari belakang ketika aku sibuk mengaduk masakan diatas kompor. Jungkook akan selalu mengganggu. Tidak masalah. Aku suka itu.
Kali ini jelas berbeda, sikap anak-anaknya berubah. Lihat—Jungkook-ku sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk istrinya yang sedang sakit. Aku tertawa kecil saat kalimat itu terlintas dalam pikiranku, aku merasa sisi egois dalam diriku terkadang keluar, selalu ingin memiliki Jungkook sepenuhnya. Tanpa kekasihnya, tanpa Mijo. Tapi aku sadar, mungkin itu hanya akan sebatas angan yang mungkin sulit kugapai, karena pada dasarnya akulah yang masuk dalam hubungan mereka. Menjadi penghalang diantaranya.
Aku menggelengkan kepala, tidak. Bolehkah hari ini aku egois. Hari ini saja, aku ingin bersama Jungkook tanpa ada yang lain.
Kakiku mulai melangkah pelan kearahnya, tiba-tiba saja muncul ide cemerlang dalam otakku—mengagetkan Jungkook adalah hal yang akan menjadi moodswing untukku pagi ini.
Satu.
Jungkook masih sibuk dengan urusannnya dan mungkin belum menyadari kehadiranku.
Dua.
Aku mulai mengangkat tanganku keudara ingin segera mengagetkan ketika kakiku sudah mulai mendekat kearahnya dan—
Ti—
"Waaaaaaarghhhhh!"
"Aaaaaaaaa.... Ibu!! Ayam! Anaknya! Ayahnya bertelur! Astaga!"
Jantungku hampir saja merosot hingga kedasar lantai saat Jungkook tiba-tiba saja berbalik dan malah mengagetkanku sendiri. Jungkook tertawa lebar sembari memegangi perutnya melihat ekspresi keterkejutanku sekarang. Sial! Bukannya dia yang terkejut malah aku yang terkena dampaknya.
"Haha. Lihat ekspresimu itu Yu..., lucu sekali ya ampun. Yu yang bertelur itu ibu ayam bukan ayahnya. Haha."
Aku semakin kesal saat Jungkook malah semakin tertawa lebar, dia bahkan sampai memukul-mukul meja pantry beberapa kali sembari tertawa. "Diamlah! Tidak ada yang lucu Jungkook!" Lanjutku kesal sembari meninggalkannya.
"Hei. Kau mau kemana?"
Aku masih bisa mendengar suara Jungkook, aku berbalik kearahnya. "Memanggil pasukan Minions agar membantuku membalas dendam padamu. Kau menyebalkan!" Aku meghentakkan kakiku kesal hingga tanpa sengaja mengenai sudut meja, "akh. Siapa yang meletakkan meja ini disini sih?!"
Jungkook semakin tertawa kencang, " haha. Han Yuna sayangku.., sejak apartemen ini ada posisi meja itu selalu disana. Mungkin matamu saja yang sudah berubah haluan. Haha."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODBOOSTER (SUDAH TERBIT)
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Tidak ingin berharap banyak. Aku hanya ingin kau menganggapku ada. Memberiku tempat dimana ada bagian terkecil dari hatimu yang mampu aku tempati. Aku sudah terlanjur masuk kedalam duniamu, walau tanpa ijin darimu. Karena pada dasarn...