_
_
_
_
Seperti biasanya siang ini aku sedang menikmati makan siangku di kafetaria di lantai bawah universitasku. Ada banyak orang yang berisik sekali—— bukan karena makan, tapi karena asik berbicara hal yang tidak penting satu sama lain.
Manusia memang selalu lebih cepat menilai orang lain dibanding dirinya sendiri, tidak pernah membayangkan bagaimana seseorang akan terluka atas apa yang mereka perbuat.
Bukankah seseorang harus mencintai dirinya sendiri?
Tapi karena pengaruh orang lain dia harus membenci keadaannya. Terkadang aku sering bertanya kepada diriku sendiri sebegitu besarkah pengaruh penilaian orang lain?
Aku melihat sekeliling mencari sosok yang ingin ku bunuh dari tadi. Aku dan dia sudah berjanji bertemu disini, tapi sekarang aku belum menemukan sosok menyebalkan yang membuat pagiku berantakan.
"Yu..,"
Aku mendongak setelah mendengar seseorang memanggil ku, dan benar saja itu dia.
Dia berlari kemudian duduk disampingku dan langsung mengambil sosis yang ada di nampan makan siangku. Aku melotot marah akibat ulahnya, tapi dia? Lihatlah. Dia malah cengengesan tidak jelas.
Menyebalkan.
"Ada apa sayang? Jangan melihatku seperti itu. Aku tahu aku ini tampan."
Lihatlah bahkan dia tidak takut dengan ku.
"Diamlah! Atau kau mau aku membunuhmu dengan sumpit yang ada ditanganku, dan besok kau akan ada di halaman depan berita utama semua media dengan judul seorang idol mati terbunuh oleh sumpit makan, karena otaknya lengser dari tempatnya."
Benar. N adalah seorang idol. Setelah kami lulus SMA dia mengikuti trainee di sebuah agensi dan berhasil debut.
Aku tidak habis pikir sama sekali, sebenarnya apa yang melatar belakangi otaknya yang setengah itu untuk menjadi seorang idol. Padahal dulu kalau tidak salah cita-citanya cuman membahagiakan kedua orang tua.
"Haha.., tidak lucu sayang, lebih baik lagi kalo judulnya diganti menjadi seorang idol mati akibat diserang sumpit oleh wanita yang dicintainya."
Jawabannya membuatku menoleh sekaligus menatapnya bingung. Oh ayolah..., ini tidak lucu.
"Haha. Lihatlah wajahmu itu. Aku hanya bercanda. Maaf telah menghancurkan impianmu untuk bersamaku."
Menyebalkan sekali. Sumpah.
Astaga. Tolong aku. Adakah makhluk yang seperti ini di dunia ini.
Andai aku punya doraemon, aku akan meminta baling-baling bambunya dan menempelkannya ke kepala bocah ini agar dia terbang dan menghilang dari hadapanku sekarang juga.
"Cha Hak Yeon! Otakmu ada masalah atau kau tidak kebagian susu strawberry mu? kenapa terus memanggilku 'sayang' dari tadi pagi?!"
Dia yang sedari tadi senyum menggodaku, berubah dengan wajah datarnya. Seperti yang kalian tau dia tidak suka jika aku sudah memanggil nya dengan nama itu. Nama perempuan, ih.
"Tidak nona, sudah berapa kali ku peringatkan jangan panggil aku dengan nama itu." Dia mengatakan sambil meminum air mineralku.
Aku menghela nafas berat.
"Aku tau, maaf. Makanya jangan seperti itu—– kau membuatku ingin muntah mendengarnya."
"Kenapa? Bukankah tampak seksi jika aku yang memanggilnya. Jarang-jarang loh ada pria tampan yang memanggilmu seperti itu. "
KAMU SEDANG MEMBACA
MOODBOOSTER (SUDAH TERBIT)
Fiksi Penggemar[SUDAH TERBIT] Tidak ingin berharap banyak. Aku hanya ingin kau menganggapku ada. Memberiku tempat dimana ada bagian terkecil dari hatimu yang mampu aku tempati. Aku sudah terlanjur masuk kedalam duniamu, walau tanpa ijin darimu. Karena pada dasarn...