Alea kembali ke kelasnya dengan wajah ditekuk, lalu duduk di bangkunya. Alea baru bisa kembali pada saat jam istirahat karena ia baru menyelesaikan hukuman dan surat izin. Menyebalkan.
"Gue kira lo nggak masuk," suara itu membuat Alea menoleh ke sumbernya. Acha sepertinya baru kembali dari kantin, lalu duduk di sebelah Alea.
"Hm," sahut Alea malas. Lalu meletakkan kepalanya di kedua tangannya yang terlipat diatas meja.
"Lo kenapa sih?"
"Gue telat."
"Iya gue tau, tapi kenapa baru ke kelas jam segini? Dihukumnya lama ya?" tanya Acha lagi. Alea mengusap wajahnya sendiri.
"Gue dua kali dihukum." Alea mendengus kesal.
"Kok bisa?!"
"............ Ngeselin banget nggak sih?!" Alea menjelaskan apa yang terjadi barusan, salah satunya juga tentang Revo tadi.
"Gue tadi juga hampir telat, bareng Revo juga malah," sahut Acha. Alea mengerutkan dahinya.
"Hah?!"
"Apa deh Cha, orang jelas-jelas tadi dia sama gue!" tepis Alea tegas. Acha menggelengkan kepalanya.
"Dia sama gue, sama Adnan, dan lain-lain barusan. Kalo lo nggak percaya, tanya sana sama si Adnan!" suruh Acha. Alea menggelengkan kepalanya.
"Ah nggak ngerti gue!"
"Aneh banget sih itu cowok!"
"Apa mungkin—hm—" ujar Acha terpotong.
"Mungkin apa?"
"Dia mau nemenin lo, sebenernya." Alea mengerutkan dahinya.
'Nemenin lo.' Alea teringat kata-kata yang Revo ucapkan barusan. Alea menggelengkan kepalanya.
"Dia nggak mau lo dihukum sendirian,"
"Terus kenapa dia malah bentak-bentak gue?"
"Ya—nggak tau deh," jawab Acha. Alea menghela nafas sejenak.
"Ya udahlah, nggak usah dipikirin," ujar Alea. Namun itu semua hanya bohong, kalian tahu kan bagaimana miripnya Revo dengan sosok yang ada di masa lalu Alea? Melihat Revo saja mengingatkannya dengan Reynand. Apalagi hal-hal lain yang membuatnya harus berfikir tentang Revo?
Berlebihan memang, namun apakah kalian pernah merasa saat kalian jatuh cinta pasti kalian akan lebih bodoh. Kalian tak tahu apa yang kalian lakukan. Semuanya serba salah, entah kenapa.
Kenapa kamu nggak bisa benar-benar pergi dari pikiranku?
Aku lelah, dengan bayang-bayangmu yang selalu membuatku terus menginginkanmu.
Aku tahu, itu tidak akan terjadi lagi. Namun mengapa aku selalu menyayangimu walaupun kamu tidak bisa menjadi milikku?
Tolong, saat aku benar-benar menjauh. Mengapa kau seolah berada difikiranku dalam bentuk orang lain?
Tuhan, apakah kau tidak mengizinkanku untuk melupakannya? Mengapa selalu ada hal-hal yang membuatku teringat kepada dirinya?
Aku ingin melupakanmu, tapi sulit. Tapi jika aku terus mencintaimu, aku tahu diri. Hal-hal yang aku harapkan mustahil untuk terjadi.
Aku cukup peduli dengan hatikku yang sudah remuk. Aku tidak ingin hancur lebih dari ini.
Tuhan, tolong aku. Jika aku memang tidak bisa bersamanya lagi, tolong jaga hatiku. Jangan biarkan hatiku jatuh cinta dengan orang yang salah lagi, izinkan dia untuk bahagia. Dia sudah terlalu lelah dengan sakit yang selalu ia pendam sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Teen FictionThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...