Akhirnya, Alea bisa membawa Revo ke rumah sakit terdekat. Setelah berdebat dengan pihak rumah sakit akhirnya Revo bisa ditangani.
Alea menatap lelaki itu dengan sedikit kecemasan didalam hatinya, sebenarnya Revo kenapa? Alea mengusap kedua matanya dengan tangannya. Ia merasa sangat mengantuk sekarang, padahal baru jam setengah tujuh malam.
Lelaki itu mulai bergerak, menunjukkan bahwa ia sudah sadar. Revo membuka matanya dan memastikan kini ia berada dimana. Otaknya langsung teringat akan sesuatu dan mencoba melepas infusan ditangannya.
"Bego! Lo ngapain?" pekik Alea terkaget ketika melihat infusan itu sudah lepas dari tangan lelaki itu.
"Gue buru-buru." Revo segera turun dari ranjang rumah sakit, mengambil kunci mobilnya dan berjalan cepat untuk keluar.
"Dia udah gila?" Alea menggaruk kepalanya sendiri lalu berlari mengejar Revo yang bayangannya mulai menghilang.
Alea menghampiri Revo yang sudah berada di parkiran dan ingin memasuki mobilnya.
"Lo gila ya?" nafas gadis itu masih terengah-engah karena lelah mengejar Revo. Revo tetap ingin memasuki mobilnya.
"Lo masih sakit, oon. Gue aja yang bawa mobilnya," paksa Alea. Revo tak menggubris, ia sudah memasuki mobilnya dan menyalakannya. Sedangkan Alea masih berada didepan mobil Revo, cahaya lampu mobil itu membuat ia menyipitkan matanya.
"Lo mau mati? Cepetan masuk!" suruh Revo. Alea memasuki mobil Revo, menatap aneh lelaki yang ada disebelahnya.
Tak lama, Revo segera mengegas mobil itu dengan kecepatan penuh. Membuat gadis disebelahnya terkadang tersentak dan terombang-ambing.
"Eh lo—gila!" Revo terus mengegas mobilnya dengan kecepatan penuh.
Tin! Tin! Tin! Revo mengklakson siapa saja yang ada didepannya. Alea menggelengkan kepalanya, kepalanya terasa sangat pusing karena Revo benar-benar ugal-ugalan sekarang.
"Woi!"
"Lo bawa mobil yang bener dong," Alea memijit kepalanya sendiri. Entah bagaimana Revo yang baru saja sadar dari pingsannya bisa mengendarai mobil secepat ini.
"Berisik."
BRAK! Revo menabrak batu besar sehingga mobilnya tak terkendali, untungnya ia cepat-cepat mengerem mobilnya.
Alea menutup matanya dengan kedua tangan miliknya.
"Lo punya nyawa berapa sih? 9? 10?" tanya Alea kesal dengan nafas terengah-engah.
"Lo hampir bikin gue mati tau nggak?"
"Gue nggak maksa lo ikut gue," ujar Revo menepis ucapan Alea lalu membuka pintu mobilnya.
Alea baru tersadar, kini ia berada di Rumah Sakit juga. Tunggu, Revo kabur dari rumah sakit untuk ke rumah sakit? Tetapi berbeda, kini mereka tengah berada di rumah sakit jiwa di daerah selatan. Alea mengikuti langkah Revo yang kini berjalan perlahan.
"Sus, Mama nggak papa kan? Maaf saya telat." wajah Revo tampak khawatir dan ketakutan.
"Ibu Catherine sedari tadi menyebut nama Mas Revo terus seperti biasanya. Tetapi sekarang ia sudah tenang," jawab Suster disana. Revo menghela nafas sejenak.
"Apa Mama dikasih obat bius lagi?" tanya Revo. Suster itu hanya mengangguk.
Revo berjalan perlahan lagi menghampiri sosok wanita paruh baya yang tengah memeluk boneka laki-laki di ujung sana.
"Ma..."
"Mama?" Revo menarik wanita itu kedalam pelukannya. Alea menatap kejadian itu dengan haru, ternyata Revo hampir lupa akan nyawanya karena ibunya. Mata lelaki itu tampak berkaca-kaca.
Hatinya seakan tersentuh tanpa ada yang memegangnya. Desiran tajam dan rasa sesak yang mungkin Revo rasakan dapat ia rasakan juga.
"Revo sayang mama."
--
Author Note:
Kok sedih?:( maaf kalo nggak dapet feel-nya. Lebih lengkapnya di next part! :)
Thanks for reading. Love u❤
Alya Ranti
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Teen FictionThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...