Alea mencoba mengalihkan pikirannya. Ia masuk ke dalam dan menatap Revo bingung.
"Lo mau pulang?" tanya Revo setelah melihat ekspresi bingung gadis itu.
"Kenapa lo cium gue? Nggak sopan." mata Alea membulat kearah Revo, menunjukkan bahwa ia marah. Padahal sejujurnya ia tak marah, tapi entahlah apa yang ia rasakan sebenarnya. Yang jelas, ia terkejut bukan main.
"Iya maaf."
"Nggak sopan." Alea memanyunkan bibirnya. Revo tertawa gemas.
"Kata orang kalo cium puncak kepala atau cium kening itu tandanya sayang. Bukan maksud apa-apa," jelas Revo.
Alea tak mendengar kata-kata Revo seutuhnya.
"Apa?"
Revo berdecak kesal, gadis itu memang selalu menyebalkan.
"Nggak."
"Apaan?" tanya Alea kesal. Revo hanya menggeleng.
"Yaudah, gue balik."
"Gue anterin." Revo beranjak berdiri lalu mengambil kunci mobilnya. Alea menggeleng kuat.
"Rev, lo berdiri aja susah bego! Apalagi bawa mobil coba? Gue bisa pulang sendiri kok. Dikira gue anak kecil apa?" tanya Alea.
"Emang iya," jawab Revo meledek.
"Gue balik. Cepet sembuh," ujar Alea seraya tersenyum manis. Revo sebenarnya ingin tersenyum juga disaat itu. Tetapi ya begitulah sifat Revo, panas dingin. Kadang gengsian, menyebalkan, kadang sikapnya sangat menghangatkan.
"Berisik."
"Sekali lagi maafin gue ya, Rev. Bye." Alea beranjak keluar dari kamar appart Revo.
"Hati-hati," ujar Revo dengan wajah datar. Alea mengangguk. Sebenarnya, ada rasa lega tersendiri karena ia tahu bukan Revo pelakunya. Namun yang selalu ia tanyakan dalam benaknya, siapa yang membuat mereka seperti ini?
"Awas nginjek semut," ledek Revo seraya tersenyum. Alea hanya menoleh lalu tertawa sejenak.
---
Hari ini, Alea bersekolah seperti biasa. Bedanya, siang ini ia disuruh oleh Bu Lidya untuk mengambil buku di perpustakaan bersama Acha.
"Pak, buku fisika yang biasa dipake Bu Lidya yang mana ya?" tanya Alea bingung. Pak Tino menunjukkan sebuah buku, lalu Alea mengangguk dan mengambilnya.
"Makasih pak, pinjem ya." Alea menunjukkan deretan giginya.
"Ah, Si Eneng cantik banget sih." Pak Tino mengibaskan rambutnya. Dahi Alea berkerut sejenak, lalu tertawa.
"Ehem." Acha menyenggol lengan Alea.
"Siapa yang cantik?" tanya seseorang dengan nada serius. Iya, itu Reynand. Alea menoleh ke sumber suara itu. Wajahnya langsung berubah.
"Hm anjingnya muncul." Pak Tino segera bergegas pergi.
Alea menatap Reynand tajam, lalu membuang mukanya. Ia malas menatap Reynand. Apa mungkin dalang dibalik semuanya adalah Reynand? Jika bukan, lalu siapa lagi? Cuma ia lelaki paling nekat yang Alea kenal.
"Kenapa?" tanya Reynand bingung.
"Gue mau ngomong," jawab Alea serius lalu menatap kearah Acha. Acha mengerti, lalu pergi meninggalkan mereka untuk berdua.
"Mungkin kita bisa sambil makan atau—" ujar Reynand terpotong. Alea menatap Reynand tajam.
"Gue mau ngomong sama lo disini, sekarang." Alea memutuskan ketika melihat disekitarnya memang sepi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Novela JuvenilThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...