"Kamu kenal orang ini, kan?" tanya Vando. Alea menatap layar handphone Vando, tapi posisi tangannya masih terikat.
"Oh, bentar." Raka membukakan ikatan pada tubuh Alea. Alea merasa cukup lega, karena kemungkinan besar mereka tidak akan berbuat apapun.
Alea mengambil handphone milik Vando. Dari belakang, Alea sangat mengenali siapa orang itu.
"Pokoknya lo seneng-seneng aja sama cewek itu. Lo mau dia kan? Kemarin gue nolongin dia cuma pura-pura, biar dia nggak curiga. Hari ini gue bakal menghilang, biar dia nggak nyangka. Gue benci dia, gue benci Alea."
Tes. Air mata Alea terus menetes, Alea tau siapa lelaki itu. Kalian pasti tidak menyangka jika ia ada pelakunya? Bukan, itu bukan Reynand. Sang pelaku memang sangat mirip dengan Reynand, namun Reynand tidak mungkin berpenampilan seperti Revo. Tidak mungkin. Reynand tidak pernah memakai ikat pinggang, apalagi dasi, baju saja jarang dimasukan.
"Siapa itu? Revo yang kemarin nolongin kamu?" tanya Vando. Alea benar-benar menangis.
Apa salahnya kepada Revo? Apa yang membuat Revo membencinya sampai begini? Rasanya sakit, benar-benar sakit. Alea mengingat kata-kata Revo yang selalu membuatnya terngiang.
Berarti benar kata orang, jika ada orang yang terlalu baik kepadamu. Jangan langsung percaya. Itulah yang menjadi pemikiran Alea, gadis 16 tahun yang masih terombang-ambing pikiran dan perasaannya.
"Gue balik ya, besok uangnya gue transfer. Makasih banyak." Alea beranjak untuk meninggalkan rumah itu.
"Mau aku anterin?" tanya Vando. Alea hanya tersenyum kearah Vando.
"Nggak usah, makasih," jawab Alea sebelum benar-benar pergi. Alea keluar dengan air matanya yang terus mengalir.
Alea tak tahu dimana ia sekarang, daerah apa ini. Yang Alea tahu, Alea sangat kecewa dengan Revo. Apakah ia salah memberikan penilaian terhadap Revo?
Apa salah gue, Rev?! Apa? Kenapa lo benci gue? Pekik Alea dalam batinnya. Ia tak menyangka, rasanya seperti mustahil.
Air matanya terus mengalir, Alea tidak tau apakah ia membenci Revo atau tidak. Yang jelas, ia tau Revo bukan kekasihnya. Apa yang ia rasakan terhadap Revo juga tak ia mengerti.
Namun menurut Alea, Revo adalah seniornya yang sebenarnya memiliki hati yang baik. Yang membuatnya melupakan masalahnya, yang selalu membuatnya kesal lalu tertawa, yang selalu membuatnya bahagia bahkan dikala ia harusnya menangis. Alea kecewa saja, jika Revo memiliki masalah dengannya. Mengapa caranya harus begini?
Alea sangat terpukul, dan ia tak mengerti apa yang malam ini ia rasakan. Rasanya baru kemarin Revo bilang.
"Nggak ada yang harus lo takutin selama lo sama gue, Alea."
Baru semalam mereka bergurau tentang tantangan yang tak jelas. Baru semalam ia mengucap i love you, walaupun hanya bercanda. Lalu ini apa? Air matanya terus menetes.
Daerah ini sangat sepi, tapi ia tak peduli. Sekarang, ia hanya sedang kecewa dengan Revo. Berapa kali aku tulis Alea kecewa disini? Sering. Ya, memang itu yang sedang ia rasakan. Benar-benar kecewa yang sangat mendalam.
Kata-kata yang ia dengar di Video sangat melekat di memorinya.
"Gue benci dia, gue benci Alea."
Terlihat suatu motor yang tak asing dimatanya, dengan 2 lelaki yang berada diatasnya.
"Ar, itu Alea?" Revo terkejut bukan main. Melihat Alea yang tengah menangis, dan sendirian di tempat sesepi ini. Apakah Alea tau daerah ini? Ini sangat jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Genç KurguThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...