Keesokan paginya Alea terbangun. Ia meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Ia mengambil handphone miliknya di meja.
"Hah?!" suara Alea terdengar memenuhi seluruh ruangan kamar. Ia terkaget ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi.
"Mama!"
"Ma!" rengek Alea dengan nada manjanya, namun dengan suara yang nyaring.
"Apa sih, Le?" tanya Cecil, iya Mama Alea. Ia berjalan memasuki kamar putrinya karena suara panggilan itu
"Mama kenapa nggak bangunin Alea?!" tanya Alea dengan muka paniknya.
"Loh tadi Mama bangunin kamu sayang, terus kamu bilang hari ini kamu libur." Cecil mengelus rambut putrinya untuk mengurangi kepanikan gadis itu.
"Alea—ngigo lagi ya?" Gadis itu menepuk keningnya sendiri. Ia juga heran, berapa kali ia mengigau dalam tidurnya?
Ia menghela nafas pasrah, lalu segera berjalan memasuki kamar mandi. Cecil menggelengkan kepalanya.
"Alea—Alea, untung kamu anak Mama," ujar Cecil setelah melihat kelakuan putrinya.
----
Alea mengendap-endap memasuki gerbang sekolah, sepertinya langkahnya berhasil. Ia berjalan pelan-pelan agar Pak Satpam yang tengah tertidur tidak terbangun.
Lelaki itu melihat gadis yang tengah mengendap-endap itu, jika kalian pikir gadis itu sudah bebas. Salah. Di seberang sana sudah ada Aria yang tengah berjalan menuju gerbang. Untuk kabur pun, rasanya tak cukup waktu. Revo menatap lekat gadis itu, gadis itu tampak tidak memakai atribut lengkap.
Revo berdecak kesal, sebenarnya ia sudah berhasil bebas dari hukuman. Namun, ia iba jika gadis itu harus dihukum sendirian oleh Aria. Ia melepas dasi dan ikat pinggangnya lalu meletakkannya didalam tas hitamnya. Revo bergegas berjalan mendekati gadis itu, dengan wajah datar dan tatapannya yang tajam. Alea yang tengah berjalan mengendap-endap, seketika kepalanya menabrak tubuh seseorang.
"Aduh," Alea memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"E—elo?" tanya Alea gugup. Mungkin saja Revo akan menghukumnya.
"Maaf—" ujar Alea terpotong.
"Bukan gue yang lagi jaga," tepis Revo dengan cepat dan melirik kearah lain dimana disana terdapat Aria yang tengah berjalan mendekati mereka.
"Jadi lo telat juga?" tanya Alea. Lelaki itu hanya terdiam seraya mengangkat satu alisnya. Alea menghela nafas sejenak, lagi-lagi Revo kehilangan moodnya. Itu sangat menyebalkan.
Alea sudah pasrah ketika Aria menghampiri mereka.
"Rev, lo?" tanya Aria santai seraya menatap sohibnya yang tampak berbeda. Revo menggeleng.
"Biasa."
"Yaudah sana!" suruh Aria. Revo menatap Aria sejenak.
"Kamu kenapa telat lagi?!" tanya Aria penuh penekanan kepada Alea.
"Udah kamu nggak serius di OSIS, kamu nggak niat sekolah juga?! Atribut kamu mana?!" tanya Aria dengan nada yang sedikit kencang.
"Push up 50 kali sekarang juga!" bentak Aria. Alea mengangguk pasrah, namun ia merasa ada tangan yang mehanan lengannya untuk tidak melakukannya.
"Dia dihukum, gue juga," ujar Revo dingin. Wajahnya tetap datar.
"Pak Sudibyo bentar lagi dateng. Abis kalo sampe dia tau lo telat!" ya, Pak Dibyo—pembina OSIS paling galak, galaknya melebihi Aria. Ia paling tidak suka ada yang terlambat, ia mau semuanya harus disiplin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Teen FictionThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...