"Sejak kapan lo disini?" Alea mengalihkan pembicaraan.
"Nggak usah alibi." sentak Revo dengan menatap Alea tajam.
"Ya lo ngapain disini? Gue kan udah bilang sama Bella kalo gue bakal dateng telat," tepis Alea seraya membereskan buku-bukunya yang sangat berantakan.
"Koor-nya kan gue, bukan Bella." Revo melipat kedua tangannya. Alea menghela nafas kesal.
"Lo telat lebih dari 30 menit."
"Iya maaf, Kak Revo ganteng. Nggak usah ngomel sehari bisa nggak?" Alea memutar kedua bola matanya malas.
"Masih mending gue nggak nyuruh lo lari-lari keliling lapangan," dumel Revo. Alea membulatkan matanya ke arah Revo.
"Lo aja yang lelet!" sentak Revo.
"Iya, maaf." Alea menundukkan kepalanya.
"Tapi lo udah nggak kenapa-napa kan?" Revo menyentuh pipi Alea yang masih terlihat lebam karena tonjokkan Leon. Ia menatap wajah Alea secara intens.
Sebenarnya masih sakit, apalagi Revo menyentuhnya. Tapi mengapa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya ketika Revo menyentuh pipinya? Alea menatap balik mata yang sudah menatapnya terlebih dahulu. Revo mengerutkan dahinya.
"Lo nggak papa kan?"
"Hah?"
"Lo nggak papa kan, budeg? Sekali lagi dapet piring."
"Ya nggak papa gimana? Sakit lah gimana sih lo!" Alea tersadar dari lamunannya dan menepis tangan Revo yang memegang pipinya.
"Makanya nggak usah sok-sokan belain gue, kena kan?"
"Lo khawatir ya sama gue?" tanya Revo dengan percaya diri.
"Ya gue kasian aja lah liatnya. Gue yang sekali ditonjok aja mau copot muka gue, apalagi lo yang dihajar abis-abisan. Untung nggak mati," jawab Alea dengan nada kesal.
"Lebay lo, bego!" Revo mendorong tubuh Alea pelan.
"Ya gue serius. Lo kan kemaren abis bengek terus ditonjokin. Kalo lo mati beneran gimana?"
"Ya paling lo yang kangen gue, iya kan?" ledek Revo.
"Najis! Sekarang kita ngapain disini?" tanya Alea bingung.
"Nemenin lo cabut."
"Gue telat, bukan cabut." Alea menekankan.
"Kalo cabut beneran gimana?" ajak Revo dengan mengangkat satu alisnya.
"Hah? Ng..gak nggak! Nanti lo yang ngajak gue cabut, lo juga yang ngomel-ngomelin gue!" tolak Alea.
"Temenin nyari speaker, ya?" pinta Revo dengan puppy eyes-nya yang membuat Alea terpaksa menurutinya. Ia memutarkan kedua bola matanya malas.
Akhirnya, kini mereka berada di salah satu Mall yang tak jauh dari sekolah. Tapi mereka tak langsung ke toko elektronik, karena Revo memaksa Alea untuk masuk ke dalam Café terlebih dahulu. Café Samara namanya.
Revo memesankan beberapa makanan tanpa bertanya kepada Alea, karena jika tidak dipaksa gadis itu pasti tidak mau makan. Tak lama, pesanan mereka pun datang.
2 porsi Chicken Steak Complete, 2 porsi French Fries dan Burger, 2 gelas Milkshake Coklat, dan 2 Slice Blackforest.
Alea membulatkan matanya.
"Lo makan sebanyak itu, Rev?" tanya Alea bingung.
"Ya lo makan juga lah," jawab Revo.
"Kan gue bilang gue nggak mau. Gue nggak laper. Lo ngapain mesen sebanyak itu?"
"Kenyang makan rumus?" tanya Revo seraya menatap Alea tajam.
"Beneran gue masih kenyang," jawab Alea kesal. Revo malah menyendok makanan dan mendekatkan ke mulut Alea.
"Harus banget disuapin?"
"Ah nggak mau—lo—" akhirnya dengan terpaksa sesendok makanan masuk ke dalam mulut Alea. Revo tertawa puas melihat wajah Alea yang belepotan karena ia menyuapinya secara paksa.
"Lo pikir gue anak kecil apa?!" tanya Alea geram dengan makanan yang masih ada didalan mulutnya.
"Kunyah dulu."
Alea mengunyah makanan itu hingga tidak ada sisa dimulutnya.
"Rev, lo—" Revo kembali menempelkan sesendok makanan ke mulut Alea.
"Rev!"
"Kunyah dulu baru ngomong, ntar berantakan!" Sehingga terpaksa Alea harus mengunyah lagi makanan yang ada dimulutnya.
"Mas, makan kok bawa adek?" ledek beberapa gadis seusia mereka yang tiba-tiba datang. Ia menatap mulut Alea yang penuh makanan karena ulah Revo. Mereka tertawa lalu bergegas pergi.
Alea memutarkan kedua bola matanya dengan malas menatap gadis-gadis itu.
"Gue bisa makan sendiri." Alea mengambil seporsi chicken steak itu dari meja Revo dan memakannya dengan cepat. Revo terkekeh kecil menatap gadis yang tengah makan disampingnya yang dengan kesal namun tetap memakan makanan itu dengan lahap. Lalu Revo mengambil makanan itu dan memakannya. Namun ia masih menatap gadis disampingnya.
"Kenapa lo liatin gue?" tanya Alea malas karena Revo yang tak berhenti menatapnya. Lalu kembali menatap makanannya.
"Lo cantik," ujar Revo yang membuat seketika Alea berhenti makan. Pipinya memerah dan memanas, sepertinya ia butuh pasokan oksigen lebih banyak. Ia menoleh kearah Revo dan menatapnya lekat.
"Tapi berantakan kalo makan. Kayak anak kecil lo, pele!" Revo mengelap sisa makanan di mulut Alea dengan tissue.
'Kenapa gue malah deg-degan?!'
'Ngapain gue deg-degan gara-gara manusia setengah alien kaya dia?' batin Alea menggerutu. Namun matanya masih menatap Revo dengan lekat.
"Apa lo liat-liat?" tanya Revo.
"Siapa yang ngeliatin?"
"Lo lah." Alea mengalihkan pandangannya ke arah lain. Namun seketika matanya membulat ke suatu arah.
'Ngapain dia disini?' Alea mengusap kedua matanya untuk memastikan matanya.
--
Kira-kira siapa ya?
Maaf ya kalo tambah absurd, by the way makasih banyak buat 1k readers. Semoga kalian nggak bosen ya, salam sayang💜Alya Ranti
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Fiksi RemajaThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...