46 - Remains

192K 10.1K 447
                                    

Kalo bisa sambil dengerin multimedia ya😁

---

Iya, Reva Sherene nama panjangnya. Ia melepas pelukannya dari tubuh Revo.

"Kamu nggak papa?" Reva menghapus air matanya. Revo mengerutkan dahinya.

"Kenapa nangis?" tanya Revo bingung. Ia ikut menyeka air mata Reva yang mengalir.

"Jangan nangis." Revo menarik Reva kedalam pelukannya lagi. Seketika tangis Reva pecah didalam pelukan Revo.

"Aku kangen kamu, Rev." Reva melepaskan pelukannya lalu memegang erat tangan Revo.

"Duduk dulu." Revo duduk terlebih dahulu dan Reva mengikuti.

"Katanya kamu sakit, Rev? Kenapa kamu malah keluyuran?" tanya Reva. Revo terkekeh kecil.

"Kenapa malah ketawa sih?"

"Kata siapa aku sakit? Aku nggak papa," jawab Revo seraya mengacak gemas rambut Revo. Reva menghapus air matanya.

"Serius? Itu muka kamu kenapa?" tanya Reva seraya melihat wajah Revo yang memar.

"Nggak papa." Revo malah tertawa lagi.

"Serius ih." Reva mencubit lengan Revo kesal. Tetapi lelaki itu malah tertawa.

"Nggak papa, Va." Revo menunjukkan deretan giginya.

"Tapi kenapa kamu udah balik ke Indonesia? Bukan karena aku kan?" tanya Revo. Reva menggeleng.

"Nggak, Rev. Aku nggak bisa ngikutin pelajaran disana. Aku udah urus ke pindahan ke Gempita," ujar Reva. Revo mengangguk.

"Rev, aku laper banget. Kamu masakin masakan kesukaan aku ya?" pinta Reva dengan puppy-eyesnya. Revo terkekeh kecil.

"Jangan, nanti kamu gendut." Revo mencubit hidung Reva. Reva tertawa.

"Ya, kamu kan ganteng?" bujuk Reva. Revo mengangguk seraya menuju ke dapur appartnya.

Ia mengambil peralatan masak, Revo memang bisa memasak. Bukan berarti ia seperti perempuan, namun kondisi yang mengharuskan ia seperti ini. Ia tak mungkin makan makanan instan sepanjang hari.

Duar. Duar. Duar. Suara petir menggelegar memenuhi langit Jakarta. Seketika pikiran Revo tertuju kepada Alea yang masih menunggunya sedari tadi. Hatinya menjadi tak karuan, wajahnya berubah.

"Kenapa, Rev?" tanya Reva. Revo menoleh kearah suara itu.

"Va, aku ada urusan. Aku keluar sebentar ya?" tanya Revo. Reva menggeleng.

"Kamu sakit, Rev! Kenapa sih masih aja keluyuran?" larang Reva. Revo terdiam. Ia kembali melanjutkan aktivitasnya, namun pikirannya selalu tertuju kepada Alea. Bagaimana jika gadis itu masih menunggunya?

Ia memotong bahan masakannya, namun ia tidak fokus. Sehingga pisau itu malah mengenai tangannya.

"Ah." Revo menatap tangannya yang terkena darah. Ia tak menggubrisnya dan segera menyelesaikan masakannya. Pikirannya benar-benar tak karuan.

Revo bergegas menghampiri Reva dan Farrel.

"Wah ayam goreng sudah siap!" ujar Farrel dengan semangat. Revo hanya tertawa terpaksa, pikirannya masih tertuju kepada Alea.

"Rev, kamu kenapa sih?" tanya Reva bingung.

"Kenapa?" tanya Revo balik.

"Kamu kenapa?"

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang