11 - What?

305K 16.2K 251
                                    

Setelah kejadian itu, Alea mencoba untuk menganggap bahwa kejadian hari itu hanya insiden. Insiden yang tidak wajar dan terjadi pada saat ulang tahunnya.

Seperti biasa, beberapa minggu ini Revo jarang terlihat. Alea bingung, apakah benar sosok lelaki aneh seperti Revo memiliki segudang prestasi dan bisa menjadi most-wanted di SMA Gempita?

"Alea lo ditanyain sama Bu Pelangi. Katanya lo belom balikin buku yang satu bulan lalu lo pinjem," ujar Adnan. Ketua kelas XI IPA 1.

"Eh iya gue lupa," Alea segera mengecek isi tasnya. Ia melihat memang satu bulan ini buku itu berada didalam tasnya.

"Cha," panggil Alea.

"Hm,"

"Ih, Cha!" Alea menggoyangkan lengan gadis yang tengah memakai earphone di telinganya.

"Cha! Yaampun!" dumel Alea yang terus menggoyangkan lengan teman sebangkunya.

"Apa sih, Le? Apa lagi?"

"Temenin gue balikin buku ke perpus, udah sebulan nih sampe gue ditanyain sama Bu Pelangi," pinta Alea. Acha berdecak kesal.

"Balikin aja sendiri sana, mager gue," tolak Acha.

"Cha please lah, perpus kan deket kantin. Nanti gue traktir deh, sekalian gue pengen makan," pinta Alea. Sebenarnya ini masih jam pelajaran, namun kosong karena Pak Dibyo yang jarang sekali masuk kelas. Acha melepas earphone itu dari telinganya.

"APA APA? GUE—NGGAK SALAH DENGER? AYOOO!!!!" teriak Acha dengan penuh semangat. Alea berdecak kesal.

"Giliran traktiran, kenceng," ujar Alea yang membuat Acha menunjukan deretan giginya.

Mereka berdua berjalan menuju perpus, tidak lupa dengan tertawa yang selalu menyelimuti dikala mereka berdua. Bagi Alea, prinsip di hidupnya adalah no day without laugh, meski terkadang hal yang tidak lucu juga ia tertawakan.

Tawanya seketika terhenti, ketika seseorang yang tengah berada di satu gerombolan yang tak jauh dari sana menatap Alea dengan lekat tanpa henti, tatapannya sangat tajam, sangat tajam—sangat—tajam. Membuat Alea membalas tatapan itu, namun hanya sebentar. Siapa lagi? Itu Revo Adriano, sang pemilik mata pisau. Mengerikan.

Fyi, di SMA Gempita jika kalian ingin pergi ke perpustakaan. Kalian pasti melewati kelas itu, ya kelas XII IPA 2. Dimana itu adalah kelas Revo.

"Itu—senior lo," Acha menyenggol lengan Alea. Oh iya, jadi di OSIS itu ada salaman khusus tertentu. Jadi, jika sesama anggota OSIS bertemu kalian harus melakukan salaman itu. Alea juga baru tahu belakangan ini, kata Bella biasanya kalau ia tidak melakukannya Aria dan senior-seniornya yang lain akan memarahinya karena beberapa alasan.

"Kita kan satu organisasi, cuma salaman doang malu?"

"Sombong banget sih. Kemarin ada yang ketemu saya samping-sampingan malah melengos gitu aja. Situ artis?!"

Sebenarnya, agak ribet dan bikin malas juga. Pasalnya, terkadang Alea sangat cuek. Mood-nya pun dapat berubah kapanpun, bisa saja ia tidak menyadari siapa saja yang ia temui saat ia berjalan.

Karena harus sekali ke perpustakaan, Alea harus melewati Revo dan gerombolannya. Dan juga—harus melakukan salaman itu.

"Kak," sapa Alea seraya mengulurkan tangannya terlebih dahulu untuk bersalaman. Revo menatapnya tajam, agak sinis sepertinya.

PLAK! Revo membalas uluran tangan Alea untuk bersalaman, namun dengan sangat kencang dan kasar. Dengan sangat cepat tangan Revo sudah berada di posisi awalnya. Tatapan matanya seolah menatap Alea malas dan sinis. Tangan Alea terasa panas, namun bukan itu yang membuatnya kesal.

Alea bergegas untuk memasuki perpustakaan yang jaraknya tinggal 2 kelas dari tempat ia berdiri.

"Anjing," ujar Alea pelan.

"Heh kalo ngomong!" sahut Acha. Alea mendengus kesal.

"Ya siapa yang nggak kesel digituin sih? Masih mending gue salamin, dia malah begitu. Dia kira dia artis apa?!"
"Emang, artis OSIS Gempita kan?" tanya Acha seraya terkekeh kecil.

"Najis! Tau ah kesel gue,"

"Jangan kesel kesel, nanti naksir,"

"Amit-amit,"

Alea berjalan lagi untuk menuju perpustakaan.

CLOSED. Perpustakaan tutup, oke bye.
"Sialan si Adnan!" Alea menggerutu.

"Udahlah nggak papa, jadi bisa sering-sering ketemu waketos ganteng kan?"

Alea mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Jangan lupa traktiran, mbae,"

Baik, mungkin hari ini Dewi Fortuna tengah tidak berpihak kepadanya. Alea berjalan menuju kantin mengikuti Acha. By the way, jarak kantin tidak begitu jauh dari perpustakaan. Namun, dari seberang sana terlihat sepasang mata yang masih terus menatap Alea dengan lekat.

Alea bingung, apa ada yang salah dengan dirinya?

---

Maaf kalo absurd, 3 hari ini aku mentok:( makasih yang udah baca dan vote! Mi lav u❤

Alya Ranti

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang