Dua bulan kemudian, kondisi Catherine semakin membaik. Malah dikatakan Catherine sudah sembuh secara cepat namun ia masih harus tetap dirawat di rumah sakit. Namun ia sudah bisa menerima bahwa Revo sekarang sudah besar.
Namun tidak dengan hubungan Revo dan Alea. Semuanya semakin berantakan, namun Alea tak ingin memperpanjang. Jujur, ia sangat kecewa, hancur, berantakan, marah.
Bayangkan saja, orang yang kau kenal dekat berubah 270 derajat. Atau mungkin Alea yang tak terlalu mengenal Revo? Alea hanya kecewa saja karena Revo terus menuduhnya.Reva memegangi kakinya yang terluka, kakinya berdarah. Ia memasuki kelas dengan langkah perlahan. Ia menangis, rasanya terlalu sakit.
Revo memasuki kelasnya, matanya membulat kearah kaki Reva yang terluka.
"Va, kamu kenapa? Kok nggak pulang? Kaki kamu kenapa?"
"Waktu aku mau nyebrang, ada dua orang yang kayaknya sengaja nyerempet aku, Rev."
"Terus aku ngeliat cewek yang waktu itu di Café Samara. Sakit banget, Rev." Reva menangis. Revo mengelus bahu Reva, mencoba menenangkan gadis itu.
"Kamu diem, aku ke UKS ambil obat-obatan ya?" Reva mengangguk.
"Aku cape, Rev. Aku cape."
"Selalu aja ada yang ngelakuin aneh-aneh sama aku. Aku cape banget, Rev. Salah aku apa?" Reva menangis. Revo menghela napas kesal.
Revo mengambil kotak P3K ke UKS lalu kembali ke kelasnya. Ia mengobati kaki Reva dengan lembut.
"Tahan ya."
Reva masih menangis.
"Aku cape, Rev."
"Kayaknya banyak yang nggak suka sama hubungan kita."
"Aku cape, kamu pikir nggak cape tiba-tiba ada yang ngincer kamu, nabrak kamu, ngirim kodok, ngirim terror, surat terror, sekarang nabrak aku. Kita udahan aja ya?" pinta Reva. Revo menggelengkan kepalanya.
"Va, kalo kita udahan tandanya kita kalah. Dia berhasil misahin kita, dia ngelakuin itu karena dia mau misahin kita."
"Aku janji, aku nggak akan biarin dia nyakitin kamu lagi." Revo mengelus lembut rambut Reva seraya menghela napas kesal.
Ia mengantar Reva ke rumahnya, menyuapinya, lalu menunggu hingga gadis itu tertidur.
Alea dan Revo, mereka tetap harus bertugas dalam satu bidang. Tepatnya hari ini, sepulang sekolah. Alea sudah berada di ruangan terlebih dahulu, berkutat dengan laptopnya mengurus urusan bidangnya. Ia harus membuat surat-surat dan mengurus siapa saja yang akan diundang untuk music performer.
Tak lama, sosok yang bertubuh lebih tinggi darinya memasuki ruangan kelas yang Alea tempati. Ia terlambat karena ia harus ke rumah Reva terlebih dahulu. Ia menatap Alea dengan tajam, lalu duduk didepan Alea. Alea hanya menatap tajam lelaki itu sekilas, lalu kembali fokus pada laptopnya.
"Kenapa sih lo nggak berhenti ngusik Reva? Ngusik hubungan gue?" tanya Revo. Alea tak menatap Revo, ia tak peduli. Lelaki itu sudah terlalu sering menuduhnya.
"Kalo lo emang ada masalah sama gue ya udah urusannya sama gue, nggak usah Reva yang lo libatin!"
"Salah dia apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Fiksi RemajaThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...