"Kok bisa?" tanya Farrel bingung. Revo menghela nafas.
"Ya gitu deh." Revo kembali menyenderkan kepalanya di bantal kesayangannya.
"Maaf Rev, tapi boleh nggak lo ceritain dari awal?" tanya Farrel. Revo mengangguk. Ia rasa Farrel adalah teman yang paling dekat dengannya, walaupun otaknya sedikit gesrek. Namun Revo tau bagaimana Farrel, ia sama sekali tidak pernah membongkar rahasia orang lain. Rahasia kecil saja ia jaga, bagaimana yang besar?
5 tahun yang lalu.
Prang. Prang. Prang. Semua barang terbanting, Revo yang masih berumur 12 tahun itu menutup telinganya kuat-kuat. Ia menutup matanya. Ia tak kuat melihat Gerald yang terus memukuli Catherine, ibunya.
"Wanita macam apa kamu yang pulang jam 3 pagi? Kamu telantarkan anak kamu, Catherine!" bentak Gerald. Revo terus memeluk Reynand, adiknya yang hanya berselisih usia 1 tahun darinya. Namun mereka sangat mirip, tapi tidak identik. Jika jeli, masih bisa dibedakan.
"Bang, Rey takut." Reynand saat itu menangis, bagi Reynand sosok Revo memang pelindungnya.
"Jangan takut, abang disini." Revo memeluk Reynand didalam kamar mereka, namun suara gaduh itu sangat kencang sehingga membuat mereka tetap mendengarnya.
"Ini semua karena kamu! Kamu selalu kasar, Mas. Kamu pikir aku doang yang begini? Apa waktu kamu pergi berhari-hari aku pernah marah sama kamu?"
"Aku kerja, Catherine! Kamu nggak perlu cari uang dari lelaki lain. Aku sayang kamu sama anak-anak," jelas Gerald. Mata Catherine membulat penuh kearah suaminya.
"Maksud kamu apa?" Catherine menampar kuat pipi Gerald.
"CATHERINE!"
Plak. Gerald menampar balik pipi Catherine. Wanita itu sudah menangis.
"Kita cerai." Catherine bergegas pergi dan memasuki kamar putranya."Revo, Reynand ikut mama!" Catherine menarik kedua putranya.
"Nggak Catherine. Kamu nggak bisa ambil mereka berdua."
"Reynand, kamu sama papa disini." Gerald menahan Reynand agar tetap di rumahnya, saat itu mereka tinggal di kawasan Bandung.
Catherine menarik paksa tangan putra kecilnya.
"Ma, Revo nggak mau ninggalin Rey disini."
"Rey udah sama papa, sayang." Catherine memberi penjelasan. Revo menggeleng.
"Kasian Rey sama Papa, Ma."
"Kamu nggak kasian sama mama? Mama bakal sendiri kalo nggak ada kamu, nak."
"Abang!" teriak Reynand. Namun Revo terpaksa menurut untuk ikut dengan mamanya.
"Abang jahat! Rey nggak bakal maafin abang! Abang jahat!" pekik Reynand seraya menangis.
Revo menghela nafas sejenak. Air matanya terbendung.
"Itu hari terakhir gue di Bandung, nyokap langsung bawa gue ke Jakarta. Reynand itu emosional banget, Rel. Dulu dia nakal, mama kadang nggak sabaran ngadepinnya. Reynand itu nggak bisa ditekan, gue ngerti banget gimana dia. Apalagi papa, kalo Reynand nakal pasti langsung main tangan. Emang disaat itu, mungkin dia butuh sosok yang ngertiin dia," jelas Revo. Farrel mengangguk, ia tak menyangka hidup sahabatnya se-drama itu.
"Drama banget ya, nggak ngerti gue juga."
"Maaf Rev, tapi kenapa nyokap lo bisa kena gangguan kejiwaan?" tanya Farrel dengan memerhalus bahasanya. Revo mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
JugendliteraturThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...