"Bukan urusan lo." Alea menatap Reynand tajam. Reynand mengangguk.
"Emang kita nggak bisa ya ngomong 'aku-kamu' lagi kaya dulu?" tanya Reynand serius.
"Nggak, lo juga nggak usah ngomong pake 'aku-kamu' lagi ke gue," tegas Alea. Reynand mengangguk.
"Maafin aku ya, Lea. Selama ini aku nggak bisa bikin kamu bahagia. Aku selalu bikin kamu sedih selama kita bareng, aku nyesel pernah buang kamu gitu aja. Apalagi waktu aku selingkuh sama Gladys, rasanya waktu itu aku cowok paling bodoh. Aku sadar aku brengsek, aku nggak pantes buat kamu Lea. Kamu berhak buat bahagia sama yang lebih baik dari aku, tapi aku mohon kamu jangan salah pilih. Aku nggak mau kamu jatoh ke lubang yang sama, aku nggak mau kamu sakit hati lagi, Lea. Aku sayang kamu, aku minta maaf. Aku janji mulai sekarang aku akan jaga jarak sama kamu. Aku sayang kamu, Alea Annastasya." Reynand terdengar mengucapkannya tulus dari hati. Matanya pun terlihat menahan air mata, apakah kalian berfikir jika Reynand menyesal? Atau dia playing victim? Entahlah.
Ia menarik tangan Alea dan menggenggamnya dengan erat. Ia meletakkan pipinya disana. Alea menatap Reynand lekat. Cup' Reynand mencium punggung tangan Alea.
"Maafin aku." mata Reynand terlihat menahan air matanya. Kau tahu jika lelaki menangis karena wanita tandanya apa? Mungkin ia benar-benar mencintai wanita itu.
Namun, apakah Reynand begitu?
"Rey, nggak gitu." Alea menatap Reynand intens.
"Aku nggak mau ada yang nyakitin kamu lagi, Lea. Cukup aku dan aku nyesel ngelakuin itu kalo aku tahu aku bakal kehilangan kamu."
"Rey."
"Kalo dia nyakitin kamu, bilang sama aku. Kamu boleh pergi dari aku, tapi aku tetep disini kalo dia pergi dari kamu." Reynand menatap Alea intens. Alea tertegun dengan ucapan Reynand. Ia menghela nafas sejenak lalu tersenyum tipis.
"Udah malem, pulang yuk?" ajak Alea mengakhiri pembicaraan. Reynand mengangguk seraya tersenyum.
"By the way, makasih jaketnya Rey. Udah nggak dingin kok." Alea mengembalikan jaket itu kepada Reynand.
Akhirnya mereka kembali ke rumah Alea. Alea tak ingin meneruskan perasaannya, sudah cukup sampai disini. Jika memang Reynand tulus atau tidak tulus, itu urusannya. Yang jelas, Alea tidak membenci Reynand didalam hatinya.
Alea merebahkan tubuhnya di kasurnya, menatap langit-langit kamarnya. Ia menghela nafas sejenak.
"Kenapa Reynand segitunya ya? Kenapa gue seolah nyakitin dia ya?" Alea memutar-mutar tubuhnya di kasurnya. Pikirannya jadi tak karuan, apalagi bayangan Revo selalu menghantui pikirannya. Dimana lelaki itu sekarang?"Revo dimana?" tanya Alea lirih. Ia memegang handphone-nya. Jujur, ia mengkhawatirkan Revo saat ini. Lebih dibandingkan ia memikirkan Reynand.
"Telephone nggak ya?" Alea menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menekan kontak Revo, apakah ia harus menelponnya?
"Nanti dia ke-geeran." Alea kembali meletakkan handphonenya lalu meletakkan kepalanya diatas bantal. Namun pikirannya masih tak tenang, ia mengambil handphone-nya kembali dan menekan tombol call terhadap kontak Revo.
Kring. Kring. Kring.
Suara panggilan masuk itu tidak menyadarkan Revo dari lamunannya. Entah mengapa kehadiran Reva justru membuatnya bingung, bertanya-tanya, khawatir. Bukankah justrunya ia senang?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]
Teen FictionThe Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue itu suka sama lo, lo aja yang nggak pernah peka," "Jadi sebenernya, gue atau lo yang nggak pernah peka?" Kalian pernah sama-sama mencintai nam...