18 - Cemburu?

268K 14.2K 203
                                    

Alea mencoba mengabaikan pikirannya, mungkin saja memang karena Revo punya mata. Oleh karena itu ia menatapnya. Benar begitu 'kan?

--

Keesokan harinya. Alea terbangun dari mimpi indahnya, syukurlah hari ini ia tidak terlambat lagi. Sekarang jam 06.20. Alea sudah selesai bersiap, makan, mandi, dan sebagainya. Jadi, Alea tinggal berangkat ke sekolah.

TING' TING' Suara bel rumahnya terdengar berbunyi.

"Bi, tolong liat didepan ada siapa!" suruh Cecill, mama Alea. Alea yang sudah selesai sarapan itupun beranjak ke depan ketika melihat asisten rumah tangganya sedang sibuk menyuci baju.

"Biar Alea aja." Alea membuka knop pintu rumahnya. Ia melihat dari atas sampai bawah orang yang baru saja menekan bel rumahnya.

Alea melongo, seakan tak percaya. Semenit setelahnya, baru gadis ini berteriak dengan kencang. Pria itu tersenyum kepadanya.

"MAMA BANG LEON DATENG!" teriak Alea, sehingga membuat Leon menutup telinganya.

"Heh! Berisik banget lo pagi-pagi!" Alea langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Leon. Alea sangat merindukan kakaknya yang satu ini, walaupun terkadang menyebalkan. Tapi Alea sayang.

"Gue--nggak disuruh masuk nih?" tanya Leon. Alea menarik tangan abangnya untuk memasuki rumah.

"Leon? Ya ampun kamu kenapa nggak bilang-bilang? Kita kan bisa jemput kamu." Cecill memeluk sejenak putranya itu.

Leon Abraham. Kakak laki-laki Alea, dahulu mereka tinggal bersama saat di Bandung. Namun, saat Alea dan keluarga pindah ke Jakarta. Leon harus tetap tinggal di Bandung karena harus melanjutkan pendidikannya.

"Bang Leon," panggil Alea.

"Apa? Eh by the way, kok—lo—" ujar Leon terpotong. Ia mengamati adiknya seraya mengetuk dagunya sendiri. Alea menatap abangnya menunggu jawaban selanjutnya.

"Serius amat. Kok lo tambah gendut?" Leon tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah adiknya. Pipi chubby-nya memerah seketika.

"Ih abang!" Alea mendorong tubuh abangnya dengan cukup kuat.

"Abang baru dateng udah ngeselin banget sih? Tapi Alea kangen abang." Alea memeluk tubuh kakaknya lagi, menyandarkan kepalanya di dada bidang abangnya. Ia sangat merindukan Leon, disaat ia sedih pasti Leon selalu bisa membuatnya tertawa lagi. Tidak seperti sekarang, harus kepada siapa ia mencurahkan isi hatinya?

"Alea kangen abang."

"Alea kangen."

"Bang," panggil Alea dengan terus memeluk tubuh abangnya.

"Hm."

"Alea kangen abang tau. Abang nggak kangen Alea emang?" tanya Alea lagi. Leon hanya mengangguk.

"Abang kangen Alea?" tanya Alea tak mengerti.

"Enggak, uang jajan gue aman soalnya. Nggak ada yang minta dibeliin ini itu lagi," Leon terkekeh kecil seraya mengacak rambut adiknya gemas.

"Gemesin banget sih adek abang," Leon mencubit pipi adiknya gemas. Rasanya seperti mencubit bapao.

"Alea, udah 06.40 tuh nanti kamu telat lagi. Berangkat sana!" suruh Cecill. Alea menggelengkan kepalanya.

"Alea nggak mau sekolah ah, Alea masih kangen abang." Alea malah mempererat pelukannya.

"Dih ogah ah, bosen gue punya adek bego. Sekolah sana biar pinter!" suruh Leon seraya melepaskan tubuh Alea, namun Alea tetap memeluk tubuh abangnya.

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang