38 - Conversation

189K 11.2K 348
                                    

Cecill mengerutkan dahinya.

"Kamu pikir gampang pindah-pindah sekolah? Nggak, kamu jangan pindah," tolak Cecill. Alea menghela nafas kesal.

"Ma, tapi sekolah itu bahaya buat Alea. Mama mau Alea kenapa-napa?" tanya Alea kesal. Cecill menggelengkan kepalanya.

"Kan ada Revo disana, sayang." Cecill menenangkan Alea. Alea mendengus.

"Mama kenapa sih Revo terus? Mama nggak tau Revo itu kayak gimana. Revo itu bahaya, dia yang nyuruh orang-orang itu buat ngapa-ngapain Alea. Alea punya buktinya kok, katanya dia benci sama Alea. Padahal sebelumnya baik-baik aja," ujar Alea secara terang-terangan. Ia sudah lelah dengan mamanya yang selalu menyebut nama Revo, menganggap lelaki itu baik, padahal aslinya brengsek.

"Mama tau Revo gimana, pokoknya besok kamu harus sekolah!" paksa Cecill dengan tegas, lalu keluar dengan membanting pintu kamar putrinya.

Alea menghela nafas sejenak. Ia bingung, jika memang Revo dalangnya. Mengapa ia tampak sangat khawatir tadi?

Dan lagi, mengapa rasanya Alea rindu dengan hari-harinya dengan Revo biasanya?

Jadi sebenarnya, apakah Alea benci? Kecewa? Atau takut kehilangan? Entah.

---

Alea memasuki ruang OSIS, menatap seluruh anggota yang sudah berkumpul. Ia menghampiri Aria yang tengah berdiri didepan pintu.

"Kak, saya mau ngomong," ujar Alea tegas. Aria mengerutkan dahinya.

"Ngomong apa?" tanya Aria.

"Saya mau ngomong, berdua."

"Soal apa?" tanya Aria tegas.

"Pokoknya saya mau ngomong," jawab Alea. Aria mengangguk, ia mengajak Alea ke suatu kelas kosong. Lalu mereka duduk berhadapan.

"Mau ngomong apa?" tanya Aria.

"Saya mau keluar dari OSIS, kak," jawab Alea dengan menatap Aria serius. Aria mengeraskan rahangnya.

"Kita nggak bisa cuma berdua ngomongnya, formatur saya perlu tau,"

"Termasuk Revo," lanjut Aria. Alea hanya mengangguk. Aria keluar kelas dan berteriak.

"Den panggilin formatur! Disuruh Aria bilang aja," suruh Aria. Aden mengiyakan.

Tak lama mereka datang, dengan wajah bingung. Apalagi Revo, ia bingung menatap Alea yang sudah berada disini.

"Kenapa, Ar?" tanya Revo bingung. Ia menatap Alea sekilas. Aria juga menatap Alea dengan tegas.

"Saya mau keluar dari OSIS, Kak." kening Revo berkerut, matanya membulat kearah Alea.

"Kenapa?" tanya Revo tegas. Alea hanya terdiam.

"Kalo cuma karena masalah pribadi kamu sama salah satu anggota saya. Kamu nggak bisa keluar seenaknya," tegas Aria. Alea menghela nafas.

"Tapi saya udah pikirin tentang ini, Kak."

Aria berpikir sejenak, ia mengerti masalah mereka. Alea hanya salah paham, tapi ia tak bisa menyudutkan Alea begitu saja. Karena itu makin membuat gadis itu mengira yang tidak-tidak.

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang