5 - Hujan

323K 18.5K 440
                                    

Hari ini, tetap kumpul OSIS. Alea memasuki ruang OSIS dan menghampiri Aria yang sudah menatapnya lekat dari jauh.

"Saya liat, tadi kamu nggak lari sampe 20x. Kamu bohongin saya?"

"Kak ini suratnya," Alea menyerahkan surat itu. Aria membukanya, dan terlihat jelas disana sudah ada 2 tanda tangan Revo. Aria terdiam.

"Kamu udah dapet tanda tangan Revo? Cepet banget? Kamu pake cara curang?" tanya Aria. Alea terkekeh kecil.

"Tanya aja sama kak Revonya," jawab Alea santai. Aria mendengus kesal.

"Yaudah kamu resmi jadi anggota OSIS sekarang," ujar Aria. Alea tersenyum bahagia.

Sedari tadi, Alea menunggu sosok itu datang. Dimana dia? Apa dia tidak ikut kumpul hari ini?

"Lo kok bisa dapetin tanda tangan kak Revo? Waktu gue sih, susah," tanya Bella.

"Oh ya? Susah?" tanya Alea penasaran. Malahan, Revo sendiri yang sengaja menandatangani surat itu.

"Iya, dia malah ngerjain gue buat joget-joget didepan kelasnya! Gila emang kan waketos lo!" jawab Bella. Alea tertawa mendengar cerita Bella.

"Sumpah ya, ganteng-ganteng gendeng itu orang," dumel Bella. Alea masih tertawa.

"Emangnya dia orangnya gimana?" tanya Alea lagi.

"Dia itu sebenernya asik sama temen-temennya, baik juga nggak nyusahin junior amat. Tapi dia itu moody tingkat akut. Untungnya lo ketemu dia pas dia lagi good mood. Kalo nggak, minta di sleding kepalanya!" jawab Bella.

"Kenapa gue malah penasaran sama dia? Amit-amit yaAllah!" batin Alea menolak.

"Tapi di sini ada aturan nggak boleh ada yang pacaran sesama anak OSIS. Padahal, kalo boleh kan—"

"Dia nggak mau sama lo! Maunya sama gue!" sahut Vei. Anggota osis disana juga. Alea menggelengkan kepalanya, dimana-mana Revo memang yang paling diinginkan.

"Tapi, sayangnya kak Revo jarang ngumpul gini. Paling dia itu ngumpul pas ngumpul wajib hari rabu doang, sisanya ya dia jarang," Alea mengangguk mengerti.

0o0

Alea berjalan menelusuri koridor sekolah, anak-anak OSIS sudah pulang terlebih dahulu. Sayangnya, Alea lebih memilih untuk disekolah karena sekarang hujan turun. Jika hujan, Alea jadi lebih melankolis. Ia juga tidak mengerti mengapa.

Padahal hanya hujan, namun perasaannya bisa berubah begitu saja. Mungkin memang luka itu belum benar-benar hilang dari hatinya.

Teruntuk kamu, yang sudah menggenggam hatiku dengan erat.

Aku mempercayainya dengan memberikan untukmu seutuhnya, namun mengapa kau hancurkan semuanya?

Apakah kau tahu bagaimana rasanya jadi aku? Pernah sedekat itu, namun ternyata kamu tidak menganggapku lebih dari orang asing?

Aku sudah menganggapmu bagian penting dari hidupku. Namun nyatanya aku hanya tempat berlabuh saat kau bosan.

Kau jahat! Tapi aku bodoh, aku tetap mencintaimu.

Aku ingin sekali membenci kamu, namun rasa benci itu selalu kalah dengan rasa ingin terus bersamamu.

Aku rindu kamu, aku tak ingin benar-benar memilikimu lagi. Namun, sejenak menganggapku ada apakah sulit?

Aku masih disini, biarku simpan dan nikmati rasa ini entah sampai kapan.

Alea Annastasya.

Alea meremas kertas yang baru saja ia tulis. Ia meremas itu dengan tangannya. Tanpa sadar, air matanya ikut terjatuh bersamaan dengan turunnya air hujan.

"Woy!"

"Lo bego, tolol apa goblok sih? Ngapain lo ujan-ujanan?" pekik seseorang dari kejauhan. Alea menatap orang itu sejenak, Alea tak kuat menatapnya. Setiap ia melihatnya ia selalu teringat dengan masa lalunya.

Revo terpaksa menghampiri gadis yang berada ditengah lapangan itu dan menerobos hujan.

"Nanti lo sakit. Ngapain sih ujan-ujanan kaya anak kecil?" Sentaknya.

"Mau gue sakit kek, mau gue jungkir balik dilapangan juga bukan urusan lo! Gue suka hujan," Alea berputar-putar ditengah derasnya hujan.

"Nggak usah kaya anak kecil!"

"Tapi ini seru," Alea menarik Revo untuk berputar-putar dengannya.

"Kaki lo masih sakit, nggak usah nambah-nambahin penyakit deh!"

"Lo kenapa sih peduli amat sama kaki gue? Mentang-mentang lo yang nabrak gitu? Santai aja gue nggak bakal nganggep lo tabrak lari," dumel Alea.

"Lo kenapa batu banget sih kalo dibilangin?" Revo terpaksa membopong tubuh gadis itu.

"WOY NGAPAIN PAKE ACARA GENDONG-GENDONGAN SEGALA SIH?"

"WOY GUE BERAT!!!"

"EH BEGO!!!"

Revo membuka tasnya yang tadi ia tinggalkan di bangku sana. Lalu mengambil jacket kering miliknya.

"Mending lo pake ini! Baju lo basah banget," suruh Revo. Alea menggeleng cepat.

"Cepet ganti baju!"

"Nggak! Lo kan juga ujan-ujanan, mendingan lo yang pake!" tolak Alea.

"Gue nggak kedinginan. Liat bibir lo udah pucet terus gemeteran gitu," memang benar, sedari tadi bibir dan wajah Alea sudah sangat pucat.

"Ganti, nanti lo sakit,"

"Lo pikir lo manusia yang punya kekuatan super gitu? Superman? Ironman? Batman? Apa tokoh Avangers? Terus kalo misalnya gue sakit kalo ujan-ujanan. Lo nggak bisa sakit gitu? Mending lo yang pake!" suruh Alea.

"Bacot banget sih lo! Pake tinggal pake,"

"Lo kenapa sih peduli banget sama gue?" tanya Alea bingung. Revo menatap Alea sinis.

"Ya karena, lo..."

Alea membulatkan matanya kearah Revo, menanti jawaban selanjutnya.

_________________________________________

Jangan baper... Jangan baper😭 maaf ya tambah garing. Semoga dapet feelnya, walaupun dikit. Thanks for reading? Jangan bosen baca❤

Alya Ranti

The Other Side [Telah Difilmkan & Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang