Ch.30

899 80 1
                                    

"Iya, Biru boleh pulang." Suara derit pintu terbuka membuat perhatian Biru teralihkan. Matanya membesar, merasa sangat bahagia mendengar obrolan dokter dengan bundanya. Ia sudah muak terkurung didalam ruang kotak yang tak berseni tersebut.

"Terima kasih, Dok." Ucap Karin sambil tersenyum, mata bersinar Karin melirik Biru sebentar sebelum kembali mendengarkan intruksi dokter.

"Tapi, kondisi Biru belum sepenuhnya stabil, ia butuh banyak perawatan ekstra dirumah." Ujar dokter tua tersebut sambil berjalan mendekati Biru dan mengecek kondisinya. Ada lelah yang tersirat dari kilauan mata sang dokter tua yang terpantul sinar matahari dari luar.

Karin ikut mendekat, mengelus kepala Biru dan menggenggam tangan gadis itu dengan erat. Merasa hangat, Biru membalas genggaman Karin. "Biru bisa sekolah, Dok?" Tanya Karin.

"Bisa. Bisa, kok. Asal jangan terlalu banyak main di sekolah, ya!" Jawab Dokter Tua itu sambil menunjukan cengirannya. Membuat kulitnya yang agak keriput semakin terlihat lekukan-lekukannya. Biru tersenyum dan mengangguk.

"Iya, lumayanlah. Silakan jika mau beres-beres. Saya tinggal." Ujar Dokter Tua tersebut usai mengecek kondisi Biru serta melepas infus dan tersenyum ramah sebelum meninggalkan kamar rawat Biru.

"Akhirnya, Bunda!" Seru Biru semangat. Karin yang sedang sibuk memasukan barang-barang Biru ke dalam tas jinjing menoleh dan tersenyum tipis. "Makanya, makan yang banyak, minum obat jangan males, kan enak kalo bisa hidup bebas." Kata Karin.

Biru terkekeh pelan, segera ia turun dari ranjang, memakai sandal dan mengucir rambut asal. Karin yang sudah selesai merapikan dan memasukan segala barang ke dalam tas jinjing yang dibawanya segera merangkul Biru dan mengajaknya keluar.

"Eh iya, Bunda ambil obat dulu di Apotek. Kamu duduk disana, ya!" Karin menunjuk bangku besi panjang dekat jendela besar yang disisi kanan-kiri bangku tersebut terdapat pot alumunium besar bercorak sulur dengan tumbuhan yang cantik-cantik dan berwarna-warni mendiaminya.

Biru mengangguk pelan dan berjalan menuju ke sana. Ia duduk dengan posisi menghadap jendela, memperhatikan banyak orang berlalu-lalang dengan sibuknya. Aroma bunga-bunga selalu tercium memasuki rongga hidungnya tiap kali ia menarik napas. Biru menyukai aromanya.

Kreeek...

"Hai!" Biru menoleh, sedikit tersentak karena terkejut.

Beberapa detik Biru lalui dengan memperhatikan gadis yang duduk disampingnya dengan seksama. Gadis itu bertubuh mungil, berambut ikal kecokelatan yang digerai bebas, wajahnya manis namun sedikit pucat, bibirnya mungil tetapi sedikit membiru. Yang menjadi perhatian Biru adalah bola matanya, bola matanya sangat indah. Seperti memiliki corak.

Gadis mungil tersebut mengenakan dress selutut berwarna biru tua dengan cardigan panjang berwarna krem. Flatshoes yang ia kenakan nampak serasi dengan atasannya.

"Boleh ya, aku duduk disini?"

Biru terkesiap. Mengangguk ragu.

Gadis mungil itu menjulurkan tangannya. Tangan putih bersih tetapi pucat. Biru meraihnya dan langsung merasakan rasa dingin yang menjalar ke tangannya.

"Aku Magda Adira Zianissa. Kamu boleh panggil aku apa aja." Ucapnya memperkenalkan diri dengan nada lembut yang bersemangat. Matanya berbinar indah, senyumnya lebar beserta gigi putih bersih yang sedikit tak rata menghiasi. Manis sekali gadis itu. Hampir membuat Biru terpana.

"Aku... Biru Crystalia." Jawab Biru sedikit terbata. Matanya masih tak berkedip menatap wajah manis Magda.

Magda melepas jabatan tangan dengan ekspresi terkejut yang berlebihan. "BIRU?" Biru mengangguk samar. Ia tahu, namanya aneh.

BIRU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang