Ch.38

599 37 14
                                    

Pukul 07.15

Haikal sudah mendarat dengan selamat di tanah kelahirannya, Indonesia. Hanya dengan berbekal tas ransel yang berisikan tiga pasang pakaian dan beberapa dokumen untuk melintas antar negara, ia nekat.

Celingak-celinguk, entah mengapa ia jadi bingung sendiri. Bingung akan kemana kakinya akan melangkah. Mau tak mau, ia harus ke rumah Bagas untuk menghemat ongkos, agar ia tak perlu menyewa hotel yang jelas-jelas akan menguras isi dompetnya. Untuk apa punya teman jika tidak dimanfaatkan? Begitulah kira-kira yang terbesit dalam benak lelaki bajingan berhati malaikat seperti Haikal.

"Haikal."

Dengan sedikit rasa kejut, Haikal menoleh ke belakang. Matanya menyipit, alisnya mengerut. Sesaat kemudian, ekspresi bodoh nan lugunya berubah menjadi ekspresi riang.

"Wehe! Kok, lo bisa tau gue udah sampe? Gue, kan, gak ngabarin lo sama sekali?" Ujar Haikal dengan nada yang amat bersahabat seraya melangkah dan memeluk lelaki sebaya yang jauh lebih tampan daripadanya.

Bagas tersenyum tipis sambil membalas pelukan Haikal. "Ya, nebak aja." Balas Bagas singkat, enggan menjelaskan, karena memang itu kebenarannya. Ia hanya menebak.

Setelah melepas pelukan, Haikal mengangguk-angguk mengerti. "Thank you!"

Bagas mengernyit, "Untuk apa?" Haikal langsung menarik kedua alisnya ke atas, "Ya, makasih udah nyamperin gue, ehe. Masalahnya, gue tadi sempet linglung mau kemana."

Bagas mengangguk mengerti dan menunjukan ibu jari kanannya.

"Lo ke rumah gue dulu atau?"

"Boleh kita ke rumah sakit dulu?"

Bagas menghela napas sebelum mengangguk pasrah.

💎💎💎

Setelah melewati masa-masa canggung di dalam mobil sepanjang perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan.

"Lo tau dimana Biru?"

Bagas mengangguk yakin sambil terus berjalan ke arah lift yang akan membawa mereka ke tempat dimana orang yang mereka cintai berada untuk mempertaruhkan hidup dan matinya.

"I feel bad,"

Bagas menoleh, "You need to calm down."

Haikal terkekeh pelan mendengarnya, "It sounds like new release TayTay song, nah?" Bagas mengangkat bahunya, sejujurnya, ia tidak tahu siapa TayTay yang Haikal maksud. Pun, lagu rilisan terbarunya. Bagas hanya asal menyeletuk.

"Gue tahu, lo juga merasakan hal yang sama persis kayak gue, atau mungkin... you're more scared than me?" Skak Haikal dengan cengiran mautnya. Bagas tak menggubrisnya dan memilih fokus pada pintu lift.

Ketika mereka telah sampai di lorong ruang operasi Biru. Mereka bisa melihat ada seorang wanita tengah menangis tersedu-sedu di depan pintu ruang operasi.

Wanita itu tampak kacau. Balutan seragam kerjanya tak terlihat rapi. Tataan rambut dan riasannya benar-benar berantakan.

Haikal dan Bagas pun bisa menebak. Bahwa itu adalah Ibu Biru.

"Permisi," Haikal yang lebih dulu menyapa dengan sesopan mungkin.

Karin menoleh dengan mata sembab. Menatap Haikal sengit. Yang ditatap hanya mampu cengengesan tak berarti. Bagas sendiri hanya diam mematung disamping Haikal dengan tatapan datarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang