Aleora membanting tubuhnya ke atas bangku besi di depan ruang operasi Bagas. Haikal yang tengah asyik menggambar di ponselnya melirik Aleora dengan tatapan aneh.
"Apa?" Tanya Aleora ketus.
Haikal, bukannya menjawab malah mengerutkan dahi. Ia malah semakin bingung dengan sikap Aleora, sahabatnya itu. Sebenarnya Haikal juga tahu kalau Aleora itu sering bersikap tidak jelas jika sedang galau. Namun, tetap saja Haikal merasa bingung. Ia kadang suka berfikir, apakah semua wanita begitu? Jika iya, tamatlah riwayat lelaki emosian macam dirinya.
"Oh iya,"
Aleora menoleh dengan bibir yang mengerucut, mata sembab, dan hidung merah, membuat Haikal ingin tertawa sekeras-kerasnya.
"Lo tadi ngapain aja sama Biru?"
Aleora memalingkan wajah dan menghela napas gusar. "Biru udah tau Bagas itu siapa,"
"Menurut lo, Arland inget gak sama Biru?" Lanjut Aleora.
Haikal menggumam pelan, sebelum menjawab ia sempat melihat ekspresi Aleora, jika memungkinkan ia akan berkata yang sebenarnya, jika di rasa Aleora akan mengamuk dalam hitungan detik, terpaksa ia memilih bungkam daripada telinganya tuli mendengar jeritan khas Aleora yang memekakan telinga.
"Biru makin cantik dan agak berubah, dulu kecil dia gak secantik itu, sekarang udah cantik, manis, imut, agak seksi juga--"
"HAIKAL!"
Haikal terkekeh, kalimat pembuka mengenai deskripsi Biru saja sudah membuat Aleora marah dan kesal.
"Yaa gue rasa, sih, gak inget deh. Inget tapi mungkin kayak deja vu gitu."
Aleora menggeleng, "Gue gak habis pikir sama Bagas, kalo emang dia inget kok dia bisa pura-pura seolah mereka tuh gak saling kenal. Kalo emang gak inget, loh kan dulu setiap hari dia liatin Biru mulu ampe keluar tuh biji bola mata."
"Mungkin ada sesuatu yang Bagas rencanain. Sesuatu hal besar di suatu hari yang gak di sangka-sangka."
Aleora menyipitkan mata, "Apa? Rencanain sesuatu hal? Gimana maksudnya?"
Haikal mengangkat bahu lalu kembali melanjutkan acara gambar menggambarnya yang sempat terinterupsi. Um, jika kalian ingin tahu apa yang di gambar Haikal, tentu akan mengejutkan saat kalian tahu Haikal menggambar manga dengan tokoh wanita berpakaian serba seksi. Entah apa yang ada di pikiran lelaki itu.
Aleora mendengus. Ia semakin berpikir keras mengenai hal ini. Ia ingin tahu maksud dan tujuan Bagas menyembunyikan jati dirinya dari Biru dan mengapa Bagas melakukan hal itu. Padahal, niat kepulangan Aleora dari Perancis tak semata-mata hanya ingin meminta maaf namun juga mencoba untuk menarik kembali Bagas ke dalam hidupnya atau mungkin mencoba membuat Bagas jatuh cinta padanya, namun dengan cara yang lebih baik dan pelan-pelan, tidak seperti sebelumnya. Ya, rencana gelap ini hanya ia yang tahu. Jika memang gagal, terpaksa Aleora menyerah.
"Oh iya, Biru kemana?" Tanya Haikal masih terfokus pada layar ponsel dan sibuk menggoreskan tangannya dengan lincah.
"Gak tahu, ah!" Jawab Aleora ketus seraya mengeluarkan sebatang cokelat dari dalam tasnya. Haikal melirik Aleora dengan sinis, merasa di lirik tak mengenakan seperti itu, Aleora membuang mukanya sambil mencoba membuka bungkus cokelat lalu melahapnya dengan rakus.
"Ah gue mau diet ah, masa berat badan gue naik seperapat kilo sih, gue gak mau gendut, ah gue mau hidup sehat, ihs pipi gue ya ampun, gue gendutan ya, Kal?" Ejek Haikal dengan gaya menyebalkan ala Aleora dan juga membuat suara seperti nada cara bicara Aleora jika sedang mengeluhkan berat badannya.