Ch.2

2.3K 212 5
                                    

     Biru meneguk jus jeruknya hingga setengah gelas. Makanan yang tersaji di atas piring telah lenyap di telan Biru. Sebenarnya makanan buatan Bik Ratih sangat enak, namun tetap terasa hambar.

     Kembali dalam hati ia bertanya; kapan terakhir kali ia memakan masakan Bundanya?

     Gadis tinggi semampai dengan dress biru tua selutut tersebut berdiri dari tempatnya duduk, meninggalkan perangkat makannya dan berjalan keluar kamar dengan santainya.

     Ia ingin menghabiskan waktu sorenya di taman komplek. Suntuk rasanya terus menerus berada di dalam kamar di temani beberapa buah buku yang seharusnya dihabiskan oleh Biru sore ini.

     Headset dan ponsel dengan case motif lumba-lumba sudah berada di genggamannya. Flatshoes hitam mahal sudah terpasang dengan manis di kakinya.

     Biru menuruni satu persatu anak tangga dan mendapati Bik Ratih sedang mengelap meja yang sepertinya terlalu sibuk hingga tidak menyadari keberadaan Biru yang sudah ada tepat di belakangnya.

     Saat Bik Ratih membalikkan badannya, "Ya Allah, yaa kariiim! Lemes jantung." Bik Ratih menepuk-nepuk dadanya dan membuat Biru meringis tanpa dosa.

     "Lagian, sibuk banget. Bik, Biru izin ke taman ya! Daah! Assalamualaikum!" Biru menyalami tangan Bik Ratih yang basah dan berlari keluar rumah tanpa ingin mendengar jawaban sekaligus rentetan pertanyaan dari Bik Ratih.

💎💎💎

     Suasana sore yang tadinya cerah berubah sedikit agak mendung. Biru tidak menghiraukannya. Ia tetap pada posisinya, duduk di bangku panjang taman dan ia duduk sendirian tanpa seorangpun yang ikut duduk bersamanya.

     Headset sudah terpasang rapi di telinga, lagu Don't let me down - The Chainsmokers ft Daya mengalun dengan volume rendah di telinga Biru.

    Matanya fokus memandang bocah-bocah yang sedang bermain lompat tali, masak-masakan, kejar-kejaran dan sebagainya.
Tanpa sadar Biru menyunggingkan senyumnya.

     "Ih, kamu curang! Ulang!" Teriak gadis kecil dengan pipi gembil walaupun tubuhnya tidak gemuk.

     "Aku gak curang!" Balas temannya yang rambut ikal pirangnya di kucir dua dengan nada melengking.

    "Gak mau! Kamu curang! Aku mau ulaaaang!" Jerit si gadis gembil, lawannya hanya berkacak pinggang dengan tatapan sengit.

     "Udah. Biar adil kita ulang aja, yuk! Kita ulang semuanya. Gambreng." Ujar seorang gadis menengahi, yang kira-kira usianya sekitar 8 tahunan. Ia yang paling tua di antara yang lain.

    Si gadis gembil tersenyum penuh kemenangan sedangkan si gadis pirang tampak bersungut-sungut untuk mengulang kembali permainan mereka, ia tidak ikhlas namun ia pasrah.

     Biru tersenyum. Salut dengan gadis yang tadi menengahi. Biru yakin sekali gadis itu akan menjadi orang yang bertanggung jawab saat besar nanti.

      Tiba-tiba saja, ia rindu bermain bersama teman-temannya semasa kecil, Aleora, Viny, Rezika, Halaya, Thomas, Arland, Haikal, Kennie dan lain-lain. Ia rindu bermain basket mini di sudut taman komplek, main lompat tali, petak umpet, kejar-kejaran, bahkan permainan keluarga-keluargaan yang paling di rindukannya. Kini mereka semua telah sibuk meraih cita-cita dan sedang dalam perjalanan menjemput masa depan.

Flashback --

     "Biru jadi kakak pertama, Zika jadi kakak kedua, Aya jadi adik pertama, Viny jadi adik kedua. Aku Mamahnya, Arland Papahnya." Atur Aleora, gadis kecil blasteran Perancis yang sangat cantik.

BIRU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang