Ch.29

837 64 3
                                    

*kalo lupa baca dulu ch.27-28 ya! Btw, aku emg sengaja bikin tokoh Alif, Yogi, Rendy yang mulutnya enteng kalo ngomong, so aku mewakili mereka utk minta maaf 😂😂😂 nikmati alurnya, oke? Enjoy! ❤

💎💎💎

       Hari sudah larut malam hampir dini hari. Namun Bagas belum juga terlelap. Matanya menerawang ke langit-langit kamar, entah apa yang ia khayalkan. Dewi fortuna kah? Atau bidadari kayangan yang jatuh menembus atap kamarnya?

       "Bagas? Di kamarmu ada saklar listrik gak kepake gak?"

       Tok... Tok... Tok...

       Bagas menurunkan kelopak matanya, bola mata cokelat itu melirik ke kanan dan ke kiri mencari saklar listrik. Saat ia menoleh ke kiri sebagai tolehan terakhir, ia menangkap sebatang saklar listrik dengan tiga lubang berada di atas meja belajarnya. Segera ia berteriak, "Ada!"

       Kreeek....

       Sosok pria tua memasuki kamarnya dengan langkah besar-besar. Bagas hanya memperhatikan lewat ekor mata setiap pergerakan kakeknya. "Buat apa cari saklar kek? Kan di luar banyak."

       "Itu buat hape."

       Hening sesaat sebelum Arif menepuk dahinya keras-keras. Pria tua itu cengengesan sambil membalikkan badan. Seolah ia baru saja tersadar akan sesuatu.

       "Hah? Hape?" Bagas langsung menegakkan tubuhnya, pusing di kepala yang sebenarnya ia rasakan sejak tadi mendadak hilang entah kemana.

       "Anu... aduh kebelet!" Arif yang gelagapan seperti tertangkap basah segera mengalihkan pembicaraan, dengan langkah tergesa Arif meninggalkan kamar Bagas seraya menenteng saklar di tangan kirinya.

       Brak!

       Kreeek....

       "Makasih saklarnya. Hehe." Kepala berambut belang hitam putih itu menyembul dengan cengiran khasnya yang terkadang membuat Bagas jengkel. Bagas hanya diam tanpa ekspresi sampai Arif kembali menutup pintu kamarnya.

       "Kalo hape yang dimaksud itu ponsel genggam, berarti... Gue punya ponsel baru? Finally, God!" Bagas mengepal tangan dan memaju-mundurkan kepalan tangannya dengan sedikit tertahan.

       "Kan gak mungkin buat Kakek ataupun Nenek. Pasti buat gue!" Ucap Bagas penuh rasa percaya diri. Bagas rasa malam ini Dewi Fortuna tak sengaja lewat kamarnya dan menyumpahi keberuntungan untuknya.

💎💎💎

       "Malam, Sayang." Suara bariton itu berhasil membuyarkan lamunan Biru. Mata sayu itu melirik malas ke arah sumber suara dan kembali melempar pandang ke arah lain seperti tak segan melihat keberadaannya.

       "Kamu belum tidur? Udah jam berapa ini?" Panji duduk di sisi ranjang Biru. Menatap gadisnya penuh iba.

       Biru menggeleng. "Kapan Biru pulang? Biru mau sekolah. Biru kangen Ivy." Ujar Biru serak. Seusai berujar, ia berdehem dan meraih botol minum disampingnya.

       "Ayah gak tahu. Ayah belum tanya dokternya. Kamu sendiri gimana? Udah enakan?" Tanya Panji sambil meraih kaki Biru dan memijatnya lembut. Biru membiarkan Ayahnya melakukan itu dan menikmati pijitannya.

       "Maaf. Ayah baru sempat kemari jenguk kamu. Ayah sib--"

       "Iya. Biru tahu." Biru tersenyum getir. Panji yang merasa ditodong segera berpaling kembali ke kaki Biru.

BIRU [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang