Aku menuliskan Bang Dhamar untuk mengabadikan cerita. Bukan untuk mengabadikannya. Harusnya ia memahami itu sebelum berbalik jatuh cinta sekali lagi.
Itu hanya tulisan yang kuandaikan sendiri. Tak ada kenyataan yang terjadi padaku. Itu juga tak pantas tertulis untuk Sipembon. Sebab tidak kutemui tanda-tanda ia sedang jatuh cinta sekali lagi. Entah apa yang menjadi penyebab aku menuliskannya. Mungkin saja karena setiap hari aku harus menulis hal-hal yang bisa membuat seorang hati bicara dengan menuliskan sebait puisi dan memposting itu melalui akun instagram. Barangkali saja mereka menilai aku seorang yang sering kali patah sekaligus sering kali jatuh cinta.
Aku masih ingat kata-katanya dulu. Saat ia begitu muak dengan kebiasaanku itu. Ia bilang aku begitu berlebihan, tak mampu merahasiakan perasaan hati, tak bisa menjadi seorang yang menjaga privasi diri sendiri. Lalu dengan kata-katanya itu aku mendadak murung. Aku marahi dirinya dengan mengatakan bahwa ia tak bisa menerimaku apa adanya. Aku mencoba menutupi kerapuhan hati yang baru saja ia toreh. Akankah aku harus meneruskan perasaan dengan seseorang yang sama sekali tak bisa menghargai kesenanganku. Tak sama sekali mengerti bahwa hobi adalah kegiatan yang dapat meredakan suasana keruh, serta suasana hati yang dapat kacau karenanya.
Aku tak bisa membayangkan sewaktu itu bila ia masih saja melarangku untuk menjadi seorang yang gemar berpuisi, menjadi seseorang yang selalu menuliskan suasana hatinya dengan kata-kata puitis, apakah aku mampu untuk menahan diriku sendiri?
Ia seharusnya mengerti, bagi seorang yang gemar menulis, membaca adalah makanan dan menulis adalah buang air yang harus dibuang sewaktu-waktu. Jika tidak akan terganggu sistem pencernaan hingga aku bisa sakit karenanya. Dengannya aku memahami arti ramai dalam sepi dan rasa berdua dalam kesendirian. Bila manusia yang kau jadikan tempat mencurahkan, maka selain daripada ketegantungan kau akan menambah suatu kelemahan baru dalam dirimu. Meski memang terkadang seseorang mengatakan bahwa bila berbagi kesedihan maka akan berkurang separuhnya dan membagi kebahagiaan akan bertambah dua kali lipat. Namun bila dalam sedih kau saja tak ingin dibagi, maka jangan pernah salahkan cara aku membagikan ini untuk mengobati diriku sendiri. Aku tak ingin bergantung kepadanya dan tak ingin pula membagi dengan yang tak ingin. Maka demikianlah caraku yang harus ia pahami.
***
Hari ini, aku mendengar kabar dari Kak Yani bahwa Bang Dhamar telah putus dengan kekasihnya. Saat aku mendengar pernyataan itu aku merasakan ada hal yang menganggu hati Kak Yani. Maaf bila janji kami membuatmu tak bisa mendapatkan cinta Kak Yani saat ini, Sipembon. Aku telah beralih menjadi orang ketiga serba tahu meski Bang Dhamar tak lagi seperti dulu yang selalu berbagi cerita denganku. Ia telah berubah sejak aku mengalami perubahan untuk berhenti menjadikannya tempat bercerita.
Teruntukmu Sipembon, begitu pun dengan Kak Yani. Maaf bila segala laporan yang kuketahui ini harus kusembunyikan begitu saja. Aku tentu tak bisa menyampaikan kepadamu Sipembon bahwa meski Kak Yani tak bisa menerimamu lagi sebagai pacarnya setelah kau menyatakan telah sendiri, namun sebenarnya Kak Yani tak pernah bisa melupakanmu dan berhenti untuk menyayangimu. Meski saja ia selalu bercerita dan mengulang-ulang membaca apa yang kutuliskan untuk mengingat lukanya waktu itu, ia pun masih mengakui segala yang terjadi itu tak mampu mengganti perasaan sayangnya menjadi kebencian.
Barangkali saja terlalu sulit untuk membenci seseorang yang memang benar-benar tak dapat menentukan hati sepertimu Sipembon. Bagaimana hendak menyalahi seseorang yang bahkan tak tahu hatinya membutuhkan siapa dan menginginkan siapa.
Bukankah kita pernah memperdebatkan bagaimana seseorang lelaki dan wanita memandang kesetiaan. Aku selalu membela bagaimana kesetiaan dari wanita namun kau sendiri menyanggah itu. Kau tanyakan padaku apakah aku tak pernah memiliki perasaan untuk yang lebih dari seorang. Apakah aku tak pernah menyukai lebih dari satu. Aku pun menjawab tanyamu dengan mengatakan tentu saja pernah. Aku tahu kau pasti ingin menjebakku dengan pertanyaanmu agar aku mewajari apa yang sedang kau landa. Maka sebelum kau menyerangku dengan pernyataan, aku langsung menjelaskan bahwa rasa yang seperti itu akan dimiliki seorang wanita bila ia masih dalam keadaan sendiri. Dalam keadaan sendiri aku belum memilih siapa-siapa hingga hati pun menjadi terbagi. Hingga aku menjadi seseorang yang menanggapi baik setiap lelaki yang mendekatiku atas dasar kepura-puraan yang kuanggap sebagai perlindungan terhadap diriku sendiri. Aku yang berpura-pura tak tahu rasa mereka hingga berkali-kali mengingatkan kepada mereka bahwa aku gemar berteman. Bahwa aku memang akan memperlakukan baik setiap orang yang baik kepadaku. Dan itu tidak akan terjadi dikala aku telah memilih satu hati yang kuniatkan untuk menjaganya, menjaga perasaanya.
Kau tahu, saat-saat seperti itulah berlakunya ungkapan bahwa satu orang dapat menjauhkanmu dengan beribu orang. Aku tak tahan dengan itu hingga aku tak pernah bisa menjaga hubungan pacaran dalam waktu yang lama.
Untukmu dan Kak Yani, bila kalian membaca ini yang entah dengan jarak yang jauh. Kalian adalah dua insan yang sempat terpisahkan karenaku, lalu sebab tak ingin menyakiti hati keduanya Sipembon menjadi menambahkan tokoh lain dalam cerita sebagai pengalihan isu. Meski mungkin saja kau Sipembon, akhirnya pernah benar-benar menyayanginya dan kau kutahu memang seorang yang penyayang. Bila aku mau sedikit lebih cerewet dan merelakan diriku sebagai sosok yang begitu sok tahu dengan cepat, aku mungkin telah menjadi manusia yang akan dijauhi sebab begitu posesif. Aku tak mengingikan itu namun aku ingin mengatakannya dalam cerita ini saja.
Kalian perlu tahu bahwa di sini ada seseorang yang begitu merasa bersalah dan juga beruntung. Aku telah mengenal sosok-sosok seperti kalian. Aku telah diterima sebagai adik yang begitu kalian sayangi. Mungkin aku terlalu berbesar hati untuk menganggap kejadian ini sebagai pertimbangan kalian untuk menjaga hatiku. Aku tak apa dan aku mendukung. Kepada Kak Yani, mengapa kerap kali kau tak pernah percaya atas hatimu sendiri. Namun langkahmu untuk memilih tidak berpacaran itu sudah baik. Aku menginginkan Sipembon suatu saat akan benar-benar serius padamu. Sipembon, Kak Yani masih menyayangimu. Bila kau benar-benar menginginkannya, mengalahlah untuk menyamai target yang kerap membuatnya ragu.
***
Ada hal lain yang membuatku harus tetap melanjutkan cerita ini. Pertama, keinginan untuk membuktikan kepadanya bahwa kepastian adalah cara yang paling tepat untuk memberikan pagar kepada seseorang yang ingin dimiliki selama-lamanya. Kedua, membuktikan kepada semua orang tentang apa itu rasa nyaman dan bagaimana rasa nyaman itu bisa ada.
Kau tahu, bila ada seseorang yang terbuka padamu, begitu juga dengan dirimu kepadanya, tentu saja kalian akan bisa merasakan nyaman itu seiring waktu. Aku pernah nyaman denganmu, aku pernah nyaman dengan orang selain dirimu, namun semuanya memudar seiring zaman. Sebab diriku yang tak lagi ingin terbuka.
Kau tahu, bila ada seseorang yang kau inginkan. Kemudian kau memintanya untuk menjadi seorang kekasih namun kau tidak memberikan gambaran masa depan, maka seseorang itu bisa saja berjalan mundur untuk menjauhimu.
Kau tahu, itu pernah terjadi pada kita. Itu juga pernah terjadi pada kau dan Kak Yani. Bila semua cerita hanya banyak antara aku, kau, dan dia. Aku tak dapat memprediksikan siapa-siapa di antara kita.
Seperti segitiga yang tak sama sisi. Aku tak tahu berapa panjang sisi miring dari masing-masing kita. Di suatu kesempatan lain, Kak Yani mengatakan bahwa kau ingin menjauhinya, kau meminta pamit padanya, kemudian kau datang lagi kepadanya seperti hujan. Sementara kepadaku, tak pernah kau datang mengatakan ingin menjauhiku. Malah yang ingin menjauhi itu adalah diriku sendiri.
Bila kuanggap keinginan menjauh itu sebagai tanda takut jatuh cinta yang berarti memiliki peluang jatuh hati, maka tentu saja posisinya aku takut jatuh padamu, kau takut jatuh padanya. Lalu bila kuanggap ketidaksanggupan dan kerelaan untuk dijauhkan adalah cara pasrah untuk membuat orang yang disayang memilih kebahagiaannya. Maka apalah arti bila Kak Yani pasrah bila kau menjauh, pun begitu dengan kau yang pasrah bilaku menjauh.
Sipembon, andai kau sedikit bisa lebih terus terang terhadap bagaimana hatimu tentu saja semua akan lebih jelas. Karena aku dan Kak Yani telah merelakan kau akan dengan siapa walau terkadang Kak Yani sering mengungkapkan bila ada yang lebih baik darimu tentu lebih bagus. Aku tak tahu harus menanggapi apa selain memang yang terbaik saja untuk kita bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
BONSAI
Teen Fiction"Seandainya kau tak pernah menyisakan tanda, tentu aku takkan mencari cara untuk memaknai cinta [sekali lagi]."