Berpacaran adalah cara sepasang insan untuk bertaruh dengan kemungkinan-kemungkinan. Barangkali kau pernah merasakan cinta kepada lebih dari dua orang. Sipembon pernah mengatakan itu kepadaku saat aku memintanya untuk memilih. Saat itu kami bahkan sama-sama merasa bahwa kami harus mewajari perasaan seperti itu untuk bisa menjalani apa yang telah dirasakan.
Hari dimana aku menerima orang yang telah direkomendasikan Sipembon adalah hari pertama kami benar-benar menjauh. Ia bahkan telah mendahului langkahku menjauhi. Tiga bulan sudah kami tak saling memberikan kabar. Tiga bulan itu jua aku menjalani hubungan yang terlalu dipaksakan. Aku mengira kehadiran orang baru bisa membantuku untuk melupakan. Namun, sebuah kata-kata sepertinya dengan mudah membuat hati berbalik arah.
"Aku mendengar kau duduk dengan seorang lelaki kemarin."
"Oh... itu. Itu Bang Dhamar. Senior kita. Aku sudah lama kenal dengannya."
"Iya tidak masalah. Asalkan tidak berdua saja."
"Memang kalau berdua saja?"
"Ya, banyak setannya."
"Gak, berdua kok. Aku bertiga sama setannya."
"Seperti orang yang mau berbuat mesum saja bahasanya."
Aku terdiam. Seketika obrolan yang ingin kujadiakan sebuah candaan mendadak tidak enak. Aku benar-benar tidak menyangka ucapan seperti itu keluar dari bibir seseorang yang bahkan belum bisa mengambil hatiku sepenuhnya. Aku yang masih belajar mencintai tiba-tiba harus mendengarkan sesuatu yang membuat ilfeel.
"Jadi kamu menganggap aku akan melakukan hal seperti itu?"
"Bukan begitu maksudku..." belum selesai dia menjelaskan dengan lebih baik, aku langsung menempa ucapannya.
"Kau berarti belum mengenalku. Mungkin lebih baik kita menjadi teman saja."
Entah aku yang terlalu sensitif atau memang sikap dingin itu pantas didapatkannya, aku tak tahu. Hatiku mendadak mati rasa. Kata itu mungkin Aku takkan bisa mengembalikan rasaku yang belum berhasil menyayanginya dengan penuh. Kesalahan yang ia lakukan membuat rasa yang baru saja muncul, seakan lenyap dalam sekejap, secepat ia mengeluarkan katanya yang kunilai tidak bisa berpikir jernih dan kasar.
Sipembon, kupikir aku akan menemukan ending persoalan cinta ini setelah menerimanya. Kupikir dia adalah orang yang baik yang bisa menerimaku apa adanya dan mengenali aku yang sesungguhnya. Namun ternyata aku salah, dia tak mengenali aku. Bahkan sangat jauh tak mengenaliku. Dia hanyalah seseorang yang mudah terpancing. Dia tak pernah percaya aku. Ternyata kau benar Sipembon, jika aku selalu mencari orang yang seperti dirimu, aku takkan pernah menemukannya. Maka haruskah aku menunggu?
***
![](https://img.wattpad.com/cover/152958764-288-k863676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BONSAI
Teen Fiction"Seandainya kau tak pernah menyisakan tanda, tentu aku takkan mencari cara untuk memaknai cinta [sekali lagi]."