"Bahkan manisnya es krim ini akan kalah sama kenangan hari ini."
-S-
Sherin merengut. Ia kesal sekaligus senang sendiri jika diingatkan akan tragedi panggilan sayang itu. Tadi ia langsung menepis perkataan Adnan dan mengeluarkan sumpah serapahnya pada Rayefa, yang tanpa diduga membuat Adnan tertawa terbahak-bahak dibuatnya. Tambah kesal.
Tak terasa sudah dua jam mereka menghabiskan waktu bertiga. Adnan itu orangnya asyik diajak bicara soal apapun. Sehingga ketika kedua cewek itu membicarakan hal apapun, bahkan yang Adnan tak tahu atau baru dengar ia dapat dengan mudah menyambung dengan obrolan.
Awalnya Rayefa membicarakan harga liptint baru yang muncul di beranda Instagramnya dan memperlihatkannya pada Sherin. Dan tentu, mereka berdua nampak semangat membicarakan hal yang berbau cewek itu. Namun tampaknya Adnan tak mau kalah. Ia mulai masuk kedalam obrolan dengan berbekal hal yang sering ia dengar dari Alesya jika adiknya itu sedang tak ada teman mengobrol.
Lalu berlanjut ke obrolan yang sebenarnya Adnan kurang tahu soal itu. Yaitu mereka sibuk membicarakan grup idol cowok yang sedang naik daun dan baru melakukan comeback. Mereka berdua heboh dengan dunianya itu sambil menonton video-video penampilan grup itu. Tapi Adnan tetap maju. Ia berusaha mengingat apa nama grup itu, siapa saja nama anggotanya, dan lain-lain. Lagi-lagi dengan bekal pengetahuan dari adiknya. Dan lagi-lagi ia berhasil masuk dan nyambung.
Langit sudah menunjukkan semburat berwarna jingga. Dan sepertinya sudah terlalu lama ia berada disini. Kira-kira empat jam ia menghabiskan waktu dengan bahagia bersama kedua orang temannya.
Ia mendongak dan melihat jam dinding berwarna merah yang menggantung itu. Pukul lima lewat sepuluh menit. Begitulah matanya menangkap. Sherin membereskan beberapa barangnya yang berserakan.
"Fa, udah mau maghrib. Gue pulang ya." Ujarnya sambil sibuk merapikan kabel earphone yang selalu kusut.
Rayefa dan Adnan menengok ke arah luar dan menatap situasi alam secara bersamaan.
Adnan berdeham, "Kalau gitu gue juga, deh."
Rayefa nampak mengerucutkan bibirnya, namun di detik setelahnya sebuah senyum terbit di bibirnya. Lagi, dan lagi. Satu ide jahil melintas.
"Hm ..., ya udah, emang mau maghrib juga." Rayefa mengangguk kecil. "Sherin, balik sama siapa lo?" Pertanyaan itu memang tertuju bagi Sherin, tapi matanya justru melempar pandang pada Adnan.
Melihatnya, Sherin langsung memukul bahu Rayefa. Ia tahu maksud terselubung dari pertanyaan itu. "Sialan!" Umpatnya kesal.
Rupanya umpatan Sherin membuat Adnan mengangkat kepalanya yang semula terfokus pada layar ponsel. Rayefa langsung terkekeh pelan sambil mengelus bahunya.
"Apaan, sih, Sherin? Suka tiba-tiba mukul,"
"Sama gue aja," sahut Adnan sambil memasukkan ponselnya kedalam saku celana jeansnya dan berdiri. "Ayo. Mumpung gue bawa mobil juga."
Alis Sherin tertaut. "Apaan?" Tanyanya sambil mengangkat dagu dan kedua alisnya, lalu ikut berdiri.
"Ck," Rayefa memutar bola matanya malas. "Gini lho, lo balik bareng Adnan aja, bareng. Tuh, mumpung bawa mobil dianya. Daripada sama ojek lagi."
"O-oh, itu ...,"
Adnan mengangguk, mengiyakan perkataan Rayefa barusan. "Iya, bener. Udah mau maghrib juga, biasanya jarang ada yang nerima orderan, 'kan?"
Sebenarnya Sherin ingin menerima ajakan itu, karena kapan lagi ia dapat mendapat kesempatan bersama Adnan, hanya berdua saja. Tapi, otaknya berusaha untuk menolak. Karena mengingat bahwa ia selalu berubah jadi batu ketika bersama seseorang yang ia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
AS
Teen FictionHighest Rank: #1 in SMA (091218) #26 in Fiksi Remaja #51 in Remaja (161118) Sherin suka Adnan, dan ia pun berpikir bahwa Adnan juga suka padanya. Karena perhatian Adnan yang menjurus kepada hal itu...