Gavin sedang memakan Lays rasa rumput laut di balkon kamarnya ketika Adnan terlihat berjalan keluar rumah dan menuju rumahnya. Di tangannya terdapat sebuah paper bag yang isinya bahkan Gavin pun tidak tahu.
Dilihatnya objek tersebut semakin mendekat, ia berinisiatif untuk turun dan menyambut calon keluarganya itu. Terdengar suara bel ketika ia sedang menuruni tangga, dan secepat mungkin ia menahan Mbak Lati agar tak membukakan pintu untuk Adnan.
Gavin sampai di depan pintu berwarna coklat madu itu. "Ya!" Sahutnya yang membuat suara bel terhenti. Ia kemudian membuka pintu.
"Ini," Adnan menyodorkan paper bag di tangan kanannya. "Pie susu. Oleh-oleh dari temen Mama."
Tangan Gavin bergerak menerima paper bag tersebut, lalu mengintip kecil kedalamnya. Ia menangguk, "Bilangin, makasih."
Setelah mendapat balasan dari Adnan, cowok itu pun menutup pintu. Namun tertahan oleh suara Adnan yang memanggilnya.
"Vin, tunggu." Adnan menahan pintu yang setengah tertutup, dan membuatnya menjadi terbuka kembali. "Lo udah tahu?"
Gavin menggeleng.
"Hari Sabtu kita mulai diukur buat baju yang dipake di acaranya nanti." Kata Adnan
"Oooh, ya udah."
Pintu pun hendak ia tutup lagi, namun kembali ditahan oleh Adnan. Wajah Adnan berubah menjadi serius. "Gue harap lo nggak lupa sama perjanjian kita."
Betapa baiknya Adnan yang mengingatkan hal ini terhadap Gavin. Ia jadi teringat dengan rencana ingin membicarakan hal ini dengan Adnan.
Gavin menggerakkan kepalanya, melihat suasana seisi rumahnya yang sepi karena Mbak Lati sedang berada di dapur. Atensinya kembali ia arahkan kepada Adnan. "Keatas, we need to talk." Titahnya seraya berjalan meninggalkan Adnan yang membuntutinya menuju balkon kamarnya.
● ● ●
Jika bukan karena panggilan langsung dari staf keuangan di sekolahnya untuk memanggil ketua kelas dan bendahara kelas untuk berkumpul segera di aula, Sherin tidak mau meninggalkan ulangan harian matematikanya begitu saja. Ulangan yang untuk pengerjaannya sudah ia persiapkan sejak seminggu yang lalu, sampai rela meninggalkan episode Drama Korea terbaru.
Terlebih bersama sang ketua kelas, Adnan.
Mereka berdua berjalan beriringan di koridor menuju aula. Meskipun terkadang Sherin membiarkan Adnan untuk berjalan didepannya yang mendapat komentar dari Adnan gue bukan artis, lo bukan bodyguard gue.
Sherin bukanlah tipe orang yang bisa memecah keheningan, jika bukan dengan teman dekatnya. Maka harapannya adalah celotehan Adnan dapat menyelamatkannya dari jeratan keheningan ini.
Keduanya merasa sangat canggung. Terlebih ketika akan memasuki aula, mereka masuk bersamaan. Keduanya langsung mundur dan saling mempersilakan satu sama lain untuk masuk terlebih dahulu. Yang pada akhirnya, dengan mengandalkan kalimat ladies first, Sherin masuk terlebih dahulu dan duduk di kursi yang masih kosong disana, disusul Adnan disampingnya.
"Terpaksa, deh, harus susulan minggu depan." Akhirnya Adnan mengeluarkan suaranya, yang sedari tadi ditunggu oleh Sherin.
Sherin mengangguk, ia mengerucutkan bibirnya. "Nyonteknya cuma sama lo doang."
"Lah, lo mau nyontek ke gue? Ya udah, gue nyontek lagi ke lo, ha ha."
Sherin memukul pelan bahu Adnan. "Ha ha! Perputaran kedudukan jawaban!"
Bu Resa, staf keuangan di SMA Napolet memasuki aula. Semua murid yang malas pun dengan penuh kepura-puraan menunjukkan sikap 'siap'nya.
Ternyata Bu Resa tidak menyita waktu yang banyak untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Ia memberi pesan kepada setiap ketua murid yang dibantu bendahara kelas untuk mulai melakukan kegiatan menabung untuk persiapan study tour di semester 2 nanti. Wanita yang juga mengajar mata pelajaran Kimia itu menyampaikan bahwa uangnya harus disetorkan kepada pihak sekolah seminggu sekali agar lebih aman.
Setelah menyita perhatian seluruh murid yang ada disana, Bu Resa segera berpamitan dan menginstruksikan kepada para murid untuk kembali ke kelasnya masing-masing.
Adnan dan Sherin masih diam di tempatnya ketika yang lain nampak antusias untuk kembali ke kelas. Awalnya ini permintaan Sherin, ia membiarkan orang lain keluar terlebih dahulu agar mereka lebih leluasa untuk berjalan keluar.
Tapi rupanya permintaan Sherin mengundang permintaan lain. Kini keadaan aula sudah sepi, hanya menyisakan mereka berdua disana. Sherin yang bangkit dari duduknya terkejut ketika tangannya dicengkram oleh Adnan.
"Bentar lagi, dong. Lumayan AC nya."
Sherin mengangguk. "Gue tunggu diluar aja kalo gitu."
Genggaman tangan Adnan kembali menahan gadis itu. "Enggak. Temenin gue, lagian bentar lagi bel istirahat."
Meskipun Sherin tidak terlalu mempercayai atau memikirkan soal ucapan Gavin di UKS tempo hari, tapi gadis itu tetap merasa agak hati-hati dengan Adnan yang mendadak aneh. Adnan menahannya di ruangan kosong, dengan sorot mata tajam.
Jujur, Sherin takut. Banyak pemikiran aneh dan negatif bermunculan di kepalanya.
Tapi saat itu juga tawa Adnan menghambur.
"Ha ha ha! Santai deh, Rin!" Adnan melepaskan genggaman tangannya. "Muka lo panik gitu. Ha ha ha! Lucu banget!"
Tubuh Sherin yang semula menegang, kini jadi lebih tenang. Ia ikut tertawa ketika melihat lelaki itu tertawa. "Anjir! Gue kira lo itu penjahat yang lagi nyamar!"
"Nggak mungkin penjahat ganteng," celetuknya sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Sherin memasang tampang seolah ingin muntah. "Ganteng apanya?! Kalau masih gantengan Bae Jinyoung mah kalah."
"Meskipun masih kalah, tapi lo suka 'kan?"
Deg.
"H-hah? Suka ㅡ suka apa? Kalau suka Bae Jinyoung sih iya." Ayolah, kenapa Sherin mendadak gugup hanya dengan pertanyaan iseng dari Adnan.
Adnan berdiri, membuatnya jadi lebih tinggi dari Sherin. "Suka gue," Adnan tersenyum tipis. "Atau buah tomat."
Kerutan di dahi Sherin muncul karena bingung dengan ucapan Adnan.
"Tomat?"
"Iya, kalau lo nggak suka mana mungkin sekarang ada dua tomat di pipi lo. Baper, ya?"
Apa-apaan ini? Kenapa ketika Sherin menyentuh pipinya, itu terasa hangat. Seolah tersengat panas matahari, didalam ruangan yang sejuk karena pendingin ruangan.
"ADNAAAAN!!" Seru Sherin sambil berlari mengejar Adnan.
Keduanya pun berlari dengan raut wajah bahagia. Seakan berada dalam sebuah film, dengan mereka berdua sebagai pemeran utamanya, juga suara bel istirahat dan murid yang berhamburan keluar kelas sebagai back sound dan figuran didalamnya.
Memang benar pemeran utama harus berlaku profesional. Jika berakting bahagia, maka segenap jiwa dan raganya harus berbahagia, setidaknya hanya selama adegan itu berlangsung.
Seperti Adnan yang melupakan perjanjiannya dengan Gavin, dan menyerahkan dirinya untuk kebahagiaan bersama Sherin.
● ● ●
dapet inspirasi setelah baca cerita aulwishan kkk~
Song : Colour by Hailee Stainfeld ft. MNEK
KAMU SEDANG MEMBACA
AS
Teen FictionHighest Rank: #1 in SMA (091218) #26 in Fiksi Remaja #51 in Remaja (161118) Sherin suka Adnan, dan ia pun berpikir bahwa Adnan juga suka padanya. Karena perhatian Adnan yang menjurus kepada hal itu...