BAB 19 • Lupa

304 11 0
                                        

Sherin memekik kegirangan ketika bel pulang berbunyi. Ia memasukkan barang-barangnya kedalam tas secara asal, padahal biasanya semuanya harus berurutan.

"Wih, yang mau jalan aromanya beda," celetuk Rayefa yang juga sedang membereskan barangnya. Ia mencolek bahu Sherin. "Jangan banyak-banyak, malu-maluin."

Sherin terkekeh pelan seraya menggendong tasnya. "Padahal tadinya gue mau minta bungkus, buat lo juga."

"Eh ..., he he." Rayefa tertawa, "Itu mah beda lagi ㅡeh Sher, lo mau setor uang study tour kapan? Mau gue temenin, nggak?"

Terdapat beberapa detik yang hening menyelimuti keduanya. Sherin menimang, "Enggak, gue sama Adnan aja." Lalu Sherin melihat Adnan yang sudah hendak berjalan keluar kelas, ia refleks berlari untuk menahannya.

Adnan terlihat agak terkejut ketika Sherin secara mendadak ada di sampingnya, sambil menyerukan namanya dan memegang tangannya. Ia menaikkan kedua alisnya sebagai pertanyaan.

"Setor, yuk!" Ajak Sherin sambil mengangkat sebuah dompet.

Sherin tidak lupa, kok, soal janjinya dengan Gavin, hanya saja ia ingin melaksanakam tugasnya dulu. Ia tidak berpikir bahwa Gavin serius dengan ucapannya tadi.

"Sherin, langsung?" Kedatangan Gavin yang secara tiba-tiba itu sontak mengundang perhatian keduanya.

Adnan menatap mereka berdua secara bergantian berkali-kali. Sampai yang terakhir ini ia kunci untuk Sherin. Ia mengambil dompet ditangan Sherin. "Sama gue aja. Ini udah lo itung sama cek lagi, 'kan?" Tanya Adnan yang mendapat anggukan dari Sherin.

"Tapi ㅡ"

Adnan menggeleng sambil tersenyum. "Udaaah, lo udah ditungguin juga 'kan." Sedetik kemudian Adnan sudah pergi, melaksanakan tugasnya. Menyisakan Gavin dan Sherin yang masih belum beranjak.

"Sherin?" Panggil Gavin yang membuat gadis itu melebarkan matanya.

"Oh iya Kak, ayo!"









                                       ● ● ●










"Kuponnya seratus ribu, lho. Yakin mau itu aja?" Tanya Gavin memastikan untuk kedua kalinya, sebelum ia memanggil pelayan.

Sherin mengangguk mantap. "Ya udah itu aja, Kak. Lagian 'kan nggak mungkin juga itu seratus ribunya gue abisin."

"Oke deh," Gavin pun memanggil salah satu pelayan sambil mengangkat satu tangannya. Tak lama, pelayan pun datang dan Gavin dengan cepat mengatakan pesanan mereka untuk dicatat.

Setelah selesai mencatat dan kembali mengulang pesanan, pelayan tersebut pergi untuk kembali melaksanakan pekerjaannya yang lain.

Sherin tersenyum manis ketika pelayan itu pergi. Ia mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru Creameafo. Matanya menangkap banyak sekali perubahan yang terjadi disini dari terakhir kali ia kesini bersama teman-teman SMP nya.

"Kakak sering kesini?" Sherin menghentikan aktivitasnya sejenak. Pertanyannya itu membuat Gavin mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Gavin menggeleng pelan. "Nggak, sesekali aja. Gue kurang suka makanan manis."

Sherin mengangguk setelah mendapat jawaban dari Gavin. Tangannya bergerak untuk memainkan hiasan berbentuk angsa diatas meja.

"Terus, gimana bisa kakak dapet kupon makan disini yang udah jelas-jelas isinya dessert semua?"

"Ah, itu ..." Gavin mengusap tengkuk belakangnya. Jujur, ia tidak menyiapkan persiapan jawaban jika diberi pertanyaan seperti ini oleh Sherin. Karena sebenarnya bukan ia yang mendapat kuponnya, melainkan Angel. Gavin sampai rela membayar kupon gratis tersebut yang Angel dapatkan melalui kuis yang diadakan di akun Instagram.

ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang