Jakarta, 25 tahun yang lalu.
Sepuluh hari menjelang pernikahannya, dan Tya merasa sangat bahagia. Statusnya akan berubah menjadi istri dari seorang Listyo Gunawan, kekasihnya yang sudah kurang lebih 4 tahun merajut tali kasih bersama.
Semua persiapan pernikahan sudah hampir rampung, ia hanya tinggal mengecek kembali semuanya dan meminta jumlah lebih untuk katering jika dirasa kurang. Gadis berparas cantik itu memandang layar laptopnya dan tersenyum sangat lebar. Disana ada foto-fotonya bersama Listyo, dari masa-masa awal berkenalan sampai ketika acara pertunangan mereka berdua yang diselimuti rasa bahagia.
Tya semakin tak dapat menahan senyumannya kala menemukan sebuah foto yang amat bersejarah, yaitu ketika masa ospek kampusnya yang menjadi awal pertemuan mereka. Listyo, seorang kakak tingkat yang terkenal tegas dan tak dapat dibantah itu rupanya dapat berubah menjadi seseorang yang dapat merengek ketika berusaha mendapatkan hati adik tingkatnya yang sangat cuek dan kaku.
Ia ingat betul tentang bagaimana gigihnya perjuangan Listyo dalam berusaha mendapatkan hatinya dari awal, hingga kini ketika puncak dari hubungan mereka sudah didepan mata. Keseriusan yang selalu Tya inginkan dari sebuah hubungan, dan tujuan Listyo ketika menjalani sebuah hubungan.
● ● ●
Semua hari terasa dipenuhi oleh bunga-bunga. Suasananya selalu diisi oleh kebahagiaan dan wajah merona Tya yang selalu tersenyum. Hari ini adalah hari dimana akan diadakan pengajian sebelum pernikahannya yang akan dilangsungkan dua hari lagi.
Tya menatap dirinya sendiri di pantulan cermin. Ia tersenyum sangat lebar melihat wajah cantiknya yang sudah dipoles make up dan kepalanya menggunakan hijab berwarna krem.
Air mata itu perlahan mulai menetes dari kedua matanya, rasanya campur aduk. Tya benar-benar tak menyangka bahwa hari bahagia itu akhirnya akan ia jalani, bersama sang pujaan hati.
Hatinya benar-benar terasa jatuh kepada calon suaminya itu. Sudah tak ada keraguan lagi dalam hatinya untuk menjalani keseriusan ini. Listyo sungguh membuatnya percaya akan yang namanya cinta, karena Tya merasakannya.
Mendadak ia teringat akan perkataan Listyo, ketika mereka berdua baru pertama kalinya berkencan layaknya sepasang kekasih. Waktu itu Listyo memang hanya mengajak Tya ke sebuah warung yang menjual minuman hangat dan memesan dua susu hangat.
"Dek, saya boleh tanya?"
"Tanya apa kak?"
"Kamu yakin, nggak sama saya?"
"Yakin tentang apa?"
Tya memejamkan matanya untuk kembali merasakan saat-saat mendebarkan ketika Listyo memegang tangannya untuk pertama kali saat itu.
"Mungkin hubungan kita memang baru seumur jagung, dan belum ada apa-apanya. Dan memang saya juga belum bisa banggain apa-apa sama kamu untuk saat ini. Tapi saya bakal yakinin kamu, mengubah semua keraguan kamu. Percaya sama janji saya buat bawa kamu ke tujuan akhir yang bahagia, tujuan saya punya hubungan sama kamu untuk keseriusan."
Dan sekarang, Listyo benar-benar menepati janjinya. Membawa Tya kedalam sebuah keseriusan yang Tya nantikan selama ini. Menghapus semua keraguannya akan cinta dari orang asing.
Suara Mama menginterupsi kilas baliknya. Wanita tercintanya itu tersenyum hangat dan menemani Tya berjalan menuju ruang tamu yang sudah dipenuhi oleh orang-orang yang akan bersama-sama melantunkan ayat suci menyambut hari bahagianya lusa nanti.
● ● ●
Suara tetesan air hujan yang mengenai jendela kamar dan teras rumahnya membuat Tya sedikit bisa merasakan ketenangan dari rasa tak karuan menyambut hari bahagianya. Hujan yang turun di langit Jakarta pada malam hari ini seolah menambah rasa rindunya kepada lelaki Bandung itu semakin kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
AS
Teen FictionHighest Rank: #1 in SMA (091218) #26 in Fiksi Remaja #51 in Remaja (161118) Sherin suka Adnan, dan ia pun berpikir bahwa Adnan juga suka padanya. Karena perhatian Adnan yang menjurus kepada hal itu...