BAB 14 • Aku Ada

366 10 3
                                    

"Semua serigala lainnya, jangan lihat ke belakang. Biarkan aku membawanya pergi!"

-Produce 101 ㅡ Super Hot-






Setelah perginya Adnan dan Sherin, Tya segera menuntun Anton dan dua perempuannya untuk masuk kedalam private room. Ketika pintu dibuka, nampaklah dua lelaki dan satu perempuan yang sedang duduk di sofa berwarna turquoise sambil berkaraoke.

Salah satu lelaki langsung mematikan lagu ketika melihat pintu yang terbuka dan menampakkan figur Tya beserta keluarga Anton.

Keempatnya mengucapkan salam ketika masuk, dan disambut baik oleh yang berada didalam.

"Mas, ini lho Pak Anton, temen kuliahnya mas Yudi dulu. Kalo nggak salah pernah kenalan, deh." Kata Tya seraya beringsut berdiri disamping putrinya.

Listyo berjalan mendekat kearah Anton dan mengajaknya bersalaman. "Iya, iya. Saya masih ingat sama Pak Anton. Dulu kenalan waktu tanding badminton ya bareng Yudi."

"Alhamdulillah, masih ingat saya. Ha ... ha." Balas Anton sedikit terkekeh.

Mereka pun berlanjut saling bersalaman, termasuk kedua remaja disana yang mencuri perhatian pasangan Lake.

Gavin mencium tangan Anton, Dena, dan Litha dengan sopan. Disertai senyum mengembang di bibirnya. Membuat mereka tak menyangka bahwa remaja ini dulunya adalah seorang anak kecil dengan gigi jarang sekitar enam tahun lalu.

"Eh, ini ..., duh! Saya lupa namanya." Dena menepuk jidatnya. "Kalo nggak salah, ada nama tengah Adnan dulu 'kan?"

Gavin tersenyum dan agak membungkuk. "Gavin, Tante. He he."

"Oh! Gavin ..., Gavin yang dulu pernah ngelapin coklat ke celana aku, ya?" Tanya Litha dengan menyangkut masa lalu dimana mereka pernah saling mengenal. Nada bicaranya ia buat agak menyebalkan.

Wajah Gavin nampak kaget dan memerah. Ia tidak pernah membayangkan bahwa tingkah bocah nya dulu masih teringat oleh sang korban.

Perilaku Gavin pun mengundang tawa yang menggema disana. Pertanyaan pun kembali muncul ketika giliran Alesya yang menyalimi ketiganya.

Lagi, dan lagi. Mereka berusaha menebak namanya.

"Namanya itu awalannya dari A. Apa, ya? Adina?" Terka Anton seraya berpikir keras. Pasalnya, ia juga turut serta ketika pemberian nama pada Alesya 14 tahun lalu.

"Saya Alesya, he he."

"Oh ...," ucap ketiganya serempak. Lalu tawa kembali terdengar disana.

Mereka semua duduk di sofa berwarna turquoise dengan posisi membentuk huruf U. Setelah berbincang beberapa saat, dan saling mengingat masa-masa dulu ketika mereka baru saling mengenal, seorang pelayan datang sambil membawa beberapa pesanan yang telah dipesan sebelumnya. Pastinya setelah keluarga kecil itu bergabung.

Salah satu pesanannya, ada mac n cheese. Yang merupakan pesanan Adnan, omong-omong. Barulah Listyo menyadari ketidakberadaan Adnan disana.

"Eh, iya. Ngomong-ngomong Adnan kemana? Ini pesenannya dia, 'kan." Tanya Listyo dengan menunjukkan kepeduliannya kepada calon anaknya itu. Yang langsung mengundang putaran bola mata Gavin.

Tya yang sedang mengaduk lattè nya pun menghentikan aktivitasnya. "Aduh iya, Mas. Aku lupa mau kasih tahu. Adnan tadi pamit nyari makanan tradisional buat tugas sekolah katanya. Bareng sama anak bungsunya Pak Anton, ternyata mereka temen sekelas."

ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang