BAB 26 • Hal Baru

318 12 0
                                    

Sekolah di hari Jumat, mungkin sebagian siswa menyukainya. Sherin juga suka, bedanya ia suka terlambat di hari Jumat. Anton nampak santai saja mengemudikan mobilnya, meskipun sudah tahu bahwa nasib anak bungsunya akan buruk di pagi ini. Sherin juga tak jauh berbeda, ia tidak ambil pusing dengan keterlambatannya sekarang. Jika sampai nanti, ia akan menjalani hukuman berupa operasi semut di lingkungan sekolah, gampang.

"Mau Ayah bantu masuk, nggak?" Tawar Anton ketika keduanya sampai.

Sherin menggeleng sambil melepas seatbeltnya. "Nggak usah, Yah. Boleh masuk kok, pasti." Balasnya seraya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Kemudian ia mencium tangan Anton, sebelum keluar mobil.

Gadis itu sempat melambaikan tangannya pada sang Ayah sebelum mobil Anton memudar dari pandangannya. Sherin pun berjalan perlahan menuju gerbang depan sekolah, dan dari kejauhan dapat ia lihat bahwa disana ada guru piket yang sangat menyebalkan sedang berjaga gerbang. Sherin malas jika harus berhubungan dengan Bu Oppy, maka dari itu ia memutar langkahnya dan berjalan menuju gerbang samping yang akan langsung membawanya ke ruang piket.

Seorang cowok dengan wajah kusut nampak sedang mendorong motornya, langkahnya semakin mendekat. Tawa Sherin segera pecah pada saat itu juga ketika melihat Adnan yang sudah sangat kacau pada saat itu.

Adnan nampak memaksakan senyumnya ketika pandangannya bertubrukan dengan Sherin yang sedang menertawakannya. Ia memberhentikan aktivitasnya seraya membuang napas kasar dan mengelap keringat di keningnya. "Telat juga? Ha ha," Tanyanya disela pernapasan yang masih kurang baik.

Sherin mengangguk disela tawanya. Tangannya perlahan merogoh sesuatu dari dalam tasnya. Setelah agak lama, ia pun mengeluarkan satu bungkus tisu dan memberilannya pada Adnan, dan diterima dengan sangat baik.

Ketika Adnan sedang sibuk mengelap keringat dan menikmati angin untuk menyejukkan dirinya, Sherin memperhatikan motor yang tadi dibawa oleh Adnan dengan cara dituntun, bukan dikendarai. Setelah menelisik, akhirnya ia dapatkan jawanannya. Ban belakang motor Adnan nampaknya bocor. Kasihan juga Adnan jika harus menjalani hukuman lalu ketika pulang harus kembali mendorong motornya menuju bengkel yang letaknya agak jauh.

Satu ide gila terlintas di otak Sherin. Ia melihat jam tangannya, mereka sudah terlambat setengah jam, mungkin kumpulan murid terlambat lainnya sudah selesai menjalani hukuman operasi semut. Dan jika mereka berdua menyatakan diri terlambat, maka bisa diperkirakan hukumannya akan jauh berbeda dan lebih membebankan.

"Adnan ..." Panggilnya, Adnan yang sedang minum pun menoleh dan menjawab dengan dehaman. Mata Sherin yang semula tertuju pada ban motor Adnan, kini beralih pada kedua bola mata Adnan. "Bolos yuk?"

Uhuk! Adnan tersedak air minumnya sendiri, dan hampir menyemburkannya keluar. Ia menatap Sherin dengan tatapan tak percaya, dan meminta penjelasan. Adnan berjalan semakin mendekati Sherin, lalu menempelkan punggung tangannya pada kening gadis itu. "Sakit lo, Rin."

                                       ● ● ●

Ini adalah pengalaman pertama bagi Sherin, dan juga Adnan. Ide gila Sherin itu ternyata cukup menggiurkan ketika Adnan ikut melirik jam tangannya, dan dapat memikirkan nasibnya.

Keduanya sekarang sedang berada di sebuah tempat tambal ban. Mereka duduk berdampingan sembari terus memperhatikan penambal ban itu mengganti ban bocor Adnan dengan yang baru.

"This is my first time," celetuk Sherin yang kini melirik Adnan, pandangan mereka pun bertemu.

Adnan memiringkan kepalanya, "Nambal ban?"

"Bolos, he he he." Balas Sherin diikuti tawa kecil.

"Lah anjir," umpat Adnan ikut tertawa. "Eh iya, habis ini mau langsung gue anter pulang apa gimana?"

ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang