BAB 29 • Selalu Begini

169 11 0
                                    

"I don't wanna be just friend. It's no concidience"








Seorang gadis mungil yang sedang berada diatas kasur milik Adnan menggeliat perlahan dan mengerjapkan matanya. Ia kembali memeluk erat guling dalam dekapannya, sebelum terduduk secara tiba-tiba dengan wajah terkejutnya karena sadar ini bukanlah kamarnya.

Dan di detik setelahnya, ia menepuk kening setelah ingat bahwa betapa bodohnya ia tertidur ketika bernyanyi dengan Adnan.

Ngomong-ngomong soal Adnan, kemana cowok itu?

Ia pun perlahan menyingkirkan selimut yang menutupi setengah tubuhnya lalu menapakkan kakinya di lantai kamar Adnan yang terasa dingin.

Sherin berjalan keluar kamar setelah bercermin sebentar untuk membetulkan penampilannya setelah tertidur. Ketika sampai di lantai dasar, yang ia temukan hanyalah Bu Minah yang masih berkutat di dapur, tanpa ada tanda-tanda dari seorang pemuda disana.

"Bu, Adnan nya kemana?" Tanya gadis itu seraya berjalan menghampiri Bu Minah yang sedang mengaduk sup ayam.

Bu Minah agak terperanjat ketika mendapati Sherin disampingnya. "Eh, Néng Sherin udah bangun ya. Itu Aa lagi Jumatan, bentar lagi juga pulang."

Sherin melirik jam tangan yang melingkar ditangannya dan mengangguk paham ketika melihat jam menunjukkan pukul dua belas lebih. "Eh Bu, ada yang bisa Sherin bantu, nggak?" Tawarnya.

Wanita itu mengibaskan tangannya, "Udah nggak usah, Néng. Mending tunggu aja disana, sambil mainan laptop Aa lagi. Urusan dapur mah biar Ibu aja."

Namun, Sherin tak mendengarkan apa perkataan Bu Minah. Ia justru mengambil wadah berisikan sawi dan mencucinya, lalu memotongnya dengan cekatan. "Urusan sawi biar Sherin aja ya, Bu. Lumayan 'kan masak buat Adnan, hehe."

Melihatnya, Bu Minah hanya bisa tersenyum geli sambil geleng-geleng kepala dan membiarkan Sherin melaksanakan urusannya untuk Adnan.

Setelah sekitar lima belas menit keduanya berkutat dengan masakan sambil sesekali bercanda gurau, akhirnya satu-satunya lelaki dirumah itu datang. Adnan masuk kedalam rumah setelah mengucap salam dan langsung berjalan ke arah dapur.

Piring yang berada ditangan Sherin hampir saja terjatuh karena terkejut dengan penampilan Adnan yang nampak berkali-kali lebih tampan. Bayangkan saja Adnan yang baru pulang shalat Jumat dengan baju koko dan kopiah yang tersemat di kepalanya, bagaimana tidak membuat pipi Sherin memanas.

Adnan tersenyum manis hingga menampakkan lesung pipinya ketika melihat Sherin yang wajahnya nampak memerah. "Eh ... selamat pagi, Sherin. Mimpi indah, nggak?" Ledeknya diakhiri dengan tawa renyah yang membuat Sherin mendelik kesal dan segera membereskan aktivitasnya menata makanan diatas meja makan.

Adnan duduk di kursi makan, diikuti Sherin dihadapannya. "Bu, ayo makan disini!" Ajak Sherin kepada Bu Minah yang akan beranjak dari dapur.

Bu Minah menggeleng. "Enggak, ah Néng. Ibu mau kesana aja, beresin yang lain dulu."

Sherin balas menggeleng dan bangkit dari duduknya, lalu menarik tangan Bu Minah agar duduk disampingnya dan makan bersama.

"Tuh 'kan, Ibu kalo sama Sherin aja mau makan sama-sama disini. Kalo sama aku nggak mau." Adnan merajuk dan mencebikkan bibirnya.

"Ibu nggak usah malu-malu gitu ah makan bareng disini. Kasian juga Adnan nggak ada temen makan." Sahut Sherin.

Bu Minah hanya dapat tersenyum simpul kala dirasa hatinya menghangat. Ia pun meminta kepada kedua remaja itu untuk mengambil nasi dan lauk untuk mereka, meskipun pastinya mendapat tentangan, namun akhirnya mereka menyetujuinya.

ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang