Setelah insiden susu coklat tadi, bibir Sherin tak henti-hentinya mengulum senyum. Sampah dari susu coklat pun ia simpan dengan baik menggunakan plastik didalam tasnya, juga dengan sticky note yang ia tempel di bagian depan buku cetaknya. Sebegitu berharganya sekotak susu coklat itu dimata Sherin.
Sekarang, semua peserta sedang duduk dengan rapi di lapangan upacara untuk mendapat sedikit pengarahan dari Pak Eryo selaku Kepala Sekolah, sebelum berangkat ke tempat berkemah di kawasan Ciwidey.
Ditengah teriknya sinar matahari pukul sebelas siang, beberapa umpatan dan keluhan terdengar dari para peserta yang tak tahan dengan panasnya cuaca di siang itu. Meskipun mereka diberi keringanan untuk duduk disana, justru itu bukanlah sebuah keringanan melainkan beban lain. Beberapa dari mereka mengeluh akan pantatnya yang serasa terbakar akibat duduk diatas aspal ditengah terik matahari yang sangat menyengat.
Pengarahan yang dijanjikan hanya akan memakan waktu sebanyak 10 menit pun ternyata meleset. Nyatanya, tepat setengah jam mereka bertahan disana untuk mendengarkan pengarahan 'singkat' itu.
"Sepuluh menit waktu Indonesia bagian mana ini?!" Teriak Rayefa penuh emosi ditengah suara-suara kekesalan lainnya yang tak kalah memekakkan telinga siapa saja yang mendengarnya.
Sebuah celetukan menyahut, "iya nih, belum apa-apa udah luntur aja bedak gue! Jadi buluk 'kan!" Kata Dara, yang wajahnya selalu dihiasi oleh bedak dengan tebal 3 senti.
Sherin diam. Separuh dari dirinya sedang menyimak apa yang Pak Eryo katakan dari depan, dan separuhnya lagi sedang sibuk terbawa perasaan. Hanya ia yang nampak baik-baik sajaㅡcenderung senangㅡdisaat yang lain kepanasan.
"Yang lagi seneng mah beda. Panas juga berasa adem ya, Sher?" ucap July sambil menyenggol lengan Sherin, membuat cewek itu secara otomatis menoleh ke arahnya. Nampak Sherin hanya nyengir, menampilkan deretan giginya dan tersenyum malu-malu.
Dan berkat tingkahnya itu, Sherin jadi mendapat toyoran eksklusif dari Rayefa. "Ih, jelek!" ejeknya.
Sherin pun meringis, ia mengusap bagian kepala yang terkena toyoran Rayefa. "Yang penting dibaperin Adnan, wleee!" balasnya tak mau kalah, sembari menjulurkan lidahnya.
Baik, kalau sudah menyangkut nama Adnan, Rayefa pasti kalah.
Mereka pun menghabiskan waktu sekitar 5 menit untuk saling toyor. Hingga tanpa sadar, Pak Eryo sudah memberikan salam penutupnya di pengarahan kali ini. Para peserta pun menjawab salam dan segera bangkit dari duduknya lalu menepi ke pinggir lapang, atau masuk kedalam kelas masing-masing untuk membawa tas dan bawaan masing-masing untuk dibawa kedalam bus.
Sekarang terdapat 7 bus yang berbaris di halaman depan sekolah, dengan urutan nomor satu sampai tujuh tertempel disetiapnya. Dimana setiap bus akan diisi oleh satu kelas, ditambah guru, dan beberapa anggota OSIS. Nomor yang tertempel di kaca depan bus adalah nomor yang sesuai dengan kelas yang akan mengisinya.
Mereka berempat berjalan menuju bus nomor 3 dengan penuh mengeluh akan beratnya tas dan banyaknya bawaan mereka. Dan sampailah mereka di bus nomor 3. Sebelum masuk, mereka berbaris dan menunggu nama mereka dipanggil menurut absen, lalu satu persatu masuk kedalam bus.
Ketika semua peserta, guru, dan anggota OSIS di bus 3 sudah duduk manis di tempatnya masing-masing. Seseorang dari luar tiba-tiba meminta izin kepada guru untuk memanggil salah satu anggota OSIS. Guru pun memanggil nama Ricko, lalu yang dipanggil berjalan dari belakang dengan membawa barang bawaannya menghampiri orang itu.
Dan tak lama, masuklah Gavin kedalam bus 3 menggantikan posisi Ricko disana. Ketika melewati para guru yang duduk didepan, ia membungkukkan tubuhnya dan tersenyum sopan lalu berjalan menuju tempat paling belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AS
Fiksi RemajaHighest Rank: #1 in SMA (091218) #26 in Fiksi Remaja #51 in Remaja (161118) Sherin suka Adnan, dan ia pun berpikir bahwa Adnan juga suka padanya. Karena perhatian Adnan yang menjurus kepada hal itu...