BAB 23 • Untukmu

260 13 1
                                    

Hari ini adalah hari Kamis, dimana kelas X-3 memiliki jadwal mata pelajaran matematika didalamnya. Ini juga menjadi jadwal Adnan dan Sherin untuk melaksanakan ulangan harian susulan mereka yang tertunda.

Sherin sudah mempersiapkan dirinya dengan baik untuk itu. Ia belajar semalaman untuk mempelajari materi SPLDV agar lebih paham. Adnan sendiri juga sama. Ia sibuk meminta bantuan dari Disya untuk mengajarkannya sejak kemarin.

"Buka buku paket halaman 48, kerjakan soal bagian A." Titah Bu Gina, guru matematika mereka. "Adnan, Sherin. Kalian belum ulangan?"

Adnan dan Sherin serempak menjawab, "Iya!"

"Kalau gitu sekarang kalian siapkan alat tulisnya dan ikut ibu ke perpus,"

Keduanya menurut dan mengekori Bu Gina menuju ruang perpustakaan, yang mengingatkan Sherin perihal kejadian beberapa hari yang lalu.

Mereka masuk dan duduk di kursi panjang yang berhadapan dengan meja panjang juga disana, tepatnya setelah Bu Gina meminta izin kepada penjaga perpustakaan.

Bu Gina memberikan soal kepada mereka berdua. "Kerjakan, ya. Waktunya dua puluh menit, tapi kalo ada yang sudah beres bisa langsung kembali ke kelas. Oke?"

Keduanya mengangguk, dan setelahnya Bu Gina beranjak pergi dari hadapan mereka.

Adnan mulai membaca soalnya, diikuti Sherin. Ternyata mereka mendapat 2 paket soal berbeda, pantas saja Bu Gina tenang meninggalkan mereka.

"Beda paket?" Tanya Sherin, berbisik.

Adnan menoleh, "Hm," jawabnya singkat, dan kembali fokus pada soal didepannya lalu mulai berkutat dengan soal 10 soal tersebut.

Sherin agak terkejut dengan respon Adnan yang begitu singkat, setelah perlakuan manisnya kemarin. Tapi ia harus berpikiran positif, mungkin saja Adnan hanya ingin fokus dengan ulangannya.

Baiklah, Sherin pun mulai mengerjakan satu persatu soalnya. Keringatnya mulai muncul kala panik, ketika terkadang ia kesusahan mendapatkan jawaban soalnya.

Waktu terus berjalan. Detik berganti menit yang membuat keduanya serasa diburu olehnya ketika melihat waktu yang sudah tinggal 5 menit lagi.

Sherin mengusap wajahnya kasar. Ia merasa frustasi dengan soal nomor 2 yang sangat sulit dipecahkan di sisa waktunya. Ekor matanya melirik Adnan yang nampak diam saja, tidak mengerjakan dan juga tidak beranjak pergi. Bahkan soal dan jawabannya sudah ia lipat menjadi satu. Kalau sudah selesai, mengapa Adnan tidak pergi saja kembali ke kelas?

Tinggal 2 menit lagi, Sherin menghela napas lega ketika ia dapat menemukan jawabannya. Segera ia membereskan alat tulisnya dan membersihkan meja perpustakaan yang sedikit kotor karena sisa karet penghapusnya.

Sherin terdiam sebentar, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Bertanya pada Adnan, atau meninggalkannya? Tiga puluh detik ia habiskan untuk sekedar menimang, di detik selanjutnya ia memutuskan bertanya saja.

Ia menoleh, "Udahㅡ"

Belum sempat satu kata lagi terucap, Adnan menepisnya. Ia tiba-tiba bangkit dan pergi, setelah berkata, "Yuk,"

Adnan keluar area perpustakaan, meninggalkan Sherin yang masih diam. Mendapatkan fakta bahwa Adnan menunggunya membuat ia dapat merasakan semburat merah menghiasi pipinya. Sherin tersenyum cerah.
















                                       ● ● ●
















Sekarang pukul setengah tiga sore, dan sinar matahari masih terasa menyengat kulit. Beberapa orang pasti saling berebut tempat teduh. Dibawah pepohonan sekolah dan suhunan bangunan, terlihat beberapa siswa kelas XII yang sedang berada di jam olahraga meneduhkan diri mereka.

ASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang