Setelah larut dalam suasana yang cukup menguras perasaan itu, mereka memutuskan untuk kembali ke tempat dimana Adnan memarkirkan motornya.
Keduanya berjalan bersama dengan langkah ringan. Mata mereka juga tak lepas memandangi beberapa orang dengan kostum atau pakaian yang menarik perhatian. Termasuk, orang berpenampilan seram, yang mengundang atensi Adnan namun paling dihindari Sherin.
Bukannya Adnan tidak tahu kalau Sherin sangat menghindari orang-orang berpenampilam seram itu, justru cowok itu mengetahuinya karena dapat dilihat dari gerak-gerik Sherin yang nampak gusar dan berjalan cepat ketika berjalan melewatinya. Tapi, Adnan tetaplah Adnan, dengan segala ide jahilnya.
"Rin, foto yuk!" Ajak Adnan sambil menahan tangan Sherin.
Sherin berdecak, "Kan udah, daritadi juga kita foto."
Tangan Adnan masih menahan Sherin, "Iya sih ..., tapi sama yang ini belum Rin. Yang matanya belotot." Rajuknya sambil berusaha menarik Sherin untuk mendekati orang dengan riasan seram.
Dan dengan sekuat tenaga, Sherin berusaha bertahan agar tidak terbawa oleh tarikan Adnan. Tapi memang pada dasarnya tenaga Adnan lebih kuat dari dirinya, sehingga akhirnya ia kalah. Gadis itu berjalan disamping Adnan dengan langkah yang agak dihentak, menandakan ia kesal, namun Adnan tak peduli.
Sekarang berakhirlah Sherin yang berdiri disamping kanan orang berpenampilan seram, dengan Adnan yang berada disampingnya membuat dirinya berada ditengah.
Adnan mengangkat tangan kanannya yang memegang ponsel dan tersenyum lebar ke arah kamera. Sedangkan Sherin malah memejamkan matanya sangat erat karena tak mau melihat wajah seram di sebelahnya yang nampak di layar ponsel.
Satu foto berhasil terabadikan, dengan hasil yang kurang memuaskan untuk Adnan karena cewek disebelahnya hanya memejamkan mata.
Adnan menatap wajah Sherin dengan lamat sambil memikirkan cara agar ia mau membuka matanya ketika foto kedua diambil.Seulas senyum muncul ketika idenya berhasil ditemukan. "Rin," panggilnya lembut, dan hanya mendapat dengungan dari Sherin yang masih kesal.
Sebetulnya ia juga tak yakin dengan ide gilanya ini. Tapi, bisa jadi idenya kali ini membawa pengaruh baik bagi hubungan mereka kedepannya. Adnan menarik napasnya dalam, menenangkan dirinya yang mendadak gugup walau untuk berkata, walau tahu ini tak serius.
"Gue suka sama lo, Sherin."
Usaha Adnan berhasil, di detik yang sama Sherin langsung membuka matanya lebar-lebar dan menatap Adnan yang sedang menatapnya.
"Hah?!" Sherin sangat terkejut, ia agak berteriak ditengah rasa terkejutnya. Pacuan detak jantung Sherin sudah melebihi tempo biasanya, berdetak sangat kencang serasa ingin melompat keluar. Lututnya mendadak lemas.
Tak mau membuang kesempatan, Adnan pun segera memijit tombol dan mengambil foto kedua mereka dengan pose dimana mata Sherin kini terbuka lebar.
Setelah selesai dengan urusan fotonya, Adnan segera menarik Sherin yang masih terdiam karena terkejut ditempatnya. Mereka kembali berjalan dengan diam. Adnan seperti tak ada niatan untuk menjelaskan apapun pada Sherin yang sedari tadi tak lepas memendanginya dengan tatapan meminta penjelasan.
Hingga akhirnya mereka sampai di tempat semula, dimana Adnan memarkirkan motornya. Cowok itu dengan telaten memakaikan helm untuk Sherin.
Ia hendak naik keatas motornya, tapi sebelum itu ia tersenyum dan berkata, "Nggak usah anggap serius ya Rin, kecuali kalo lo emang mau di seriusin."
Sherin lemas seketika. Ingin menjawab tapi terlalu malu, tidak dijawab tapi terkesan membuang kesempatan mengutarakan perasaan. Akhirnya dengan perasaan canggung, ia naik keatas jok motor tanpa berucap sepatah katapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
AS
Teen FictionHighest Rank: #1 in SMA (091218) #26 in Fiksi Remaja #51 in Remaja (161118) Sherin suka Adnan, dan ia pun berpikir bahwa Adnan juga suka padanya. Karena perhatian Adnan yang menjurus kepada hal itu...