1

2.5K 90 0
                                    

Toktoktok

"Icaaaaaaa!!!!"

Kalica terkejut dengan teriakan dari balik pintu kamarnya. Dari suaranya ia tahu siapa yang datang. Dan hanya satu orang saja yang memanggilnya dengan nama Ica.

Kalica berjalan malas menuju pintu kamar dan membukakan pintunya. Di ambang pintu menampakan seorang Laki-laki bertubuh tinggi dengan kaos oblong putih panjang dan celana jeans selututnya. Ia membawa bungkusan plastik di tangan kanan kirinya.

"Gausah teriak-teriakan bisa gak sih, Bay?! Pengeng kuping gue!" bentak Kalica. Laki-laki itu adalah Ibay alias Iqbaal. Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, personil boyband remaja CJR.

"Heheh udah jangan marah-marah dulu dong Icaaa"

Iqbaal pun membalikan tubuh Ica dan mendorong bahu Ica agar berjalan masuk ke kamar. Ya, hanya Iqbaal satu-satunya laki-laki yang diperbolehkan masuk kamar Kalica selain keluarganya.

Iqbaal dan Kalica pun duduk di karpet berbulu dihadapan televisi. Lalu Iqbaal membuka bungkusan yang ia buka dan mata Kalica spontan membesar.

"Whoaaaa Ibaaaaaaaay!!! Makasih banyak lo baek banget deh" teriak Kalica lalu memeluk Iqbaal sekilas. Itu sudah menjadi hal lumrah bagi keduanya.

"Gue tau lo kelaperan. Secara lo itu hobi banget makan kan yaa"

"Ih Ibay paling ngerti deh"

"Ya iya dong"

Kalica dan Iqbaal pun sama-sama menyantap lahap makanan yang dibawa oleh Iqbaal sambil menonton film di salah satu stasiun TV. 

"Eh iya. Zee gapapa lo ke rumah gue?" tanya Kalica mendadak karena ia teringat Zidny. Pacar Iqbaal saat ini.

"Gapapa sih, gue udah bilang dia kok"

"Lo gak takut Zee cemburu?"

"Cemburu? hahaha ya nggaklah gue kan udah jelasin semuanya tentang gue dan lo. Dan dia udah ngerti kok"

"Tapi, Bay. Gue aja kadang ngerasa ga enak sama Zee. Lo selalu dulu in gue daripada Zee"

"Ca.. Dengerin gue yaa. Walaupun gue punya pacar, lo tetep diatas pacar gue. Cewek paling berarti dalam hidup gue itu pertama, bunda. Kedua, teteh. Dan ketiga itu lo. Pacar masih nomor sekian, Ca"

Kalica dibuat terkejut dengan perkataan Iqbaal. Kalica tidak menyangka bahwa dirinya se berarti itu untuk seorang Iqbaal. Iqbaal yang dikerumuni oleh kaum hawa, karena fans nya hampir semua perempuan.

Rasanya begitu campur aduk. Kalica sangat senang, ia lebih diutamakan daripada pacarnya. Tetapi ia juga sedih, semua ini hanya beralasan sahabat. Tidak lebih, ia tahu itu. Sedangkan hati Kalica sendiri, sudah jatuh pada seorang Iqbaal. Tetapi Kalica tidak pernah mau mengungkapkannya pada Iqbaal. Ia takut semua justru akan hilang.

"Hei Ca" panggil Iqbaal sambil menepuk pelan pipi Kalica. Kalica pun tersadar dari lamunannya.

"Eh emmm so-sorry. Gu-Gue tau. Lo emang yang terbaik , Bay" ucap Kalica dengan sedikit terbata.

"Oh iya. Besok gue ada manggung sama CJR pulang sekolah. Ikut yuk" ajak Iqbaal.

"Mau mau!" jawab Kalica antusias. "Eh tapi Zee ikut kan?" lanjut Kalica saat ia teringat Zidny lagi.

"Ikut kok, Ca"

"Yaudah gue berangkat sama Aldy aja deh. Biar lo langsung sama Zee aja. Lagi pula sekolah gue sama Aldy kan deket "

"Hmm oke kalo gitu. Jangan lupa bawa baju ganti"

"Siap bos"

Iqbaal beruntung memiliki sahabat seperti Kalica. Dia selalu bisa mengerti dan berinisiatif. Ia sangat tidak suka dengan kesalahpahaman.

"Yaudah. Sekarang lo tidur. Besok bareng gue sekolah nya yaa"

"Lo gak sama Zee?"

"Engga, Zee sama papa nya"

Kalica pun mengangguk. Iqbaal mengantar Kalica ke tempat tidur Kalica, juga menyelimuti Kalica. Sebelum Iqbaal keluar kamar, Iqbaal tersenyum dan mengelus pelan kepala Kalica.

Kairo, kakak Kalica, mengintip apa yang di lakukan Iqbaal dan Kalica dari balik pintu yang tidak tertutup rapat. Ia sangat tahu bahwa Kalica menyayangi Iqbaal lebih dari seorang sahabat. Tapi sayang rupanya cinta adiknya itu bertepuk sebelah tangan. Iqbaal punya pacar. Tetapi perlakuan Iqbaal pada Kalica membuat Kairo tidak yakin, kalau Iqbaal memang menganggap Kalica hanya sekedar sahabat.

Iqbaal pun berjalan menuju pintu kamar Kalica. Ia melihat Kairo sudah berada di depan pintu. Iqbaal tersenyum pada Kairo dan dibalas senyuman juga oleh Kairo. Sebelum keluar kamar, Iqbaal mematikan lampu kamar Kalica lalu keluar dan menutup rapat pintu kamar Kalica.

"Gimana? Udah tidur dia?" tanya Kairo pada Iqbaal sambil berjalan menuju ruang keluarga.

"Udah, bang" jawab Iqbaal singkat sambil tersenyum.

Memang niat awal Iqbaal datang itu untuk bermain PS dengan Kairo. Tetapi Iqbaal tau, bahwa Kalica akan marah jika mengetahui dirinya datang ke rumah Kalica malam-malam, tetapi tidak menemani Kalica hingga tidur. Itu salah satu kebiasaan Kalica. Jika Iqbaal datang ke rumah Kalica di malam hari, maka Iqbaal harus menemani Kalica hingga ia tertidur.

"Lo sayang kan sama Kalica, Baal?" tanya Kairo saat baru saja memulai game sepak bola mereka.

"Yaiyalah, bang. Gue udah sahabatan sama dia dari kecil banget kali bang"

"Cuma sayang sebagai sahabat doang nih?"

"Apaan deh bang? Gue kan udah ada Zee"

"Oh iya lupa gue kalo lo udah gak jomblo"

"Tapi tenang, bang. Walaupun ga jomblo, tetep aja adek lo prioritas gue. Gue selalu berusaha nepatin janji gue ke dia"

"Dia juga nepatin janji dia ke lo"

"Iya, bang. Gue tau dia tetep sayang sama gue, buktinya persahabatan kita langgeng-langgeng aja sampe sekarang"

Pletak

Kairo menyentil pelan dahi Iqbaal dan Iqbaal pun meringis.

"Bukan gitu masuk gue oon"

"Biasa aja dong, bang"

Kairo pun mempause game nya lalu meletakan stik PS nya.

"Lo pikirin baik-baik deh janji dia. Dia cuma sayang sama papa, gue, bokap lo, dan Lo" penjelasan Kairo dengan adanya penekanan pada kata-kata tertentu yang menurut Kairo adalah pointnya. Itu membuat Iqbaal berpikir. Pikiran Iqbaal melayang ke mana-mana. Ia mengingat memang Kalica tidak pernah berpacaran atau sekedar curhat kalau ia menyukai teman laki-lakinya. Iqbaal berfikir, apa alasannya?

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang