Iqbaal menggendong tubuh lemah Kalica dengan terburu-buru. Tidak peduli dengan pengunjung hotel lainnya yang memandangnya dengan berbagai tatapan. Iqbaal membawa Kalica menuju kamar bunda dan Ody, karena ia tidak tahu kamar Kalica sendiri. Tepat sekali saat Iqbaal tiba di depan pintu, Ody membuka pintu kamar tersebut.
"Astaghfirullah Kalica!!" Ody terkejut melihat Kalica yang tak sadarkan diri di gendongan Iqbaal. Iqbaal tak mengindahkan keberadaan Ody, ia menerobos masuk dan meletakan tubuh Kalica di tempat tidur dengan sangat hati-hati.
"Ale, Kalica kenapa?" Tanya bunda dengan sangat khawatir.
"Ale juga gatau, bun. Tadi Ica baik-baik aja, tapi tiba tiba pingsan" jelas Iqbaal.
"Bun, badan Ica dingin banget. Kalica ga kenapa-kenapa kan bun?" Lanjut Iqbaal.
"Insyaallah Kalica gapapa, Le. Udah kamu sekarang mandi, makan ya"
"Gamau bun, Ale mau nemenin Ica"
"Ale, nurut sama bunda. Nanti kalo Kalica sadar, bunda pasti kabarin kamu"
"Tapi bunn"
"Udah, Sasha juga kan abis pingsan, kamu tengokin lagi gih"
"Huffff iya bun. Ale titip Ica ya bun"
Bunda pun menarik Iqbaal dalam pelukannya dan mencium puncak kepala Iqbaal.
Iqbaal keluar menuju kamarnya. Ia menuruti semua apa yang dikatakan bunda. Walaupun nafsu makannya sedang tidak baik. Setelah makan, dengan langkah lesu ia menuju kamar Vanesha, wanita yang selama beberapa hari ini selalu mewarnai hari-harinya.
Ceklek
Iqbaal membuka pintu kamar Vanesha. Dilihatnya Vanesha sedang duduk sambil menonton tv. Pakaian nya sudah berganti, wajahnya juga sudah kembali segar.
"Hai, Li" sapa Iqbaal.
"Eh baal. Gimana tadi?"
"Pengirim kue itu Ica, Ya. Dan bodoohnya aku, aku ga peka"
"Udah ketemu dong sama Kalica. Senang?"
Iqbaal menggelengkan kepalanya.
"Lho kenapa?"
"Aku ketemu Ica. Dia tidur di atas sofa di rootop, padahal lagi dingin banget. Di meja ada kue ucapan trs dia bangun ngucapin. Karena aku ga tahan, aku peluk dia, dia bales dan tiba-tiba dia pingsan aja gitu"
Vanesha mengelus punggung Iqbaal untuk memberikannya kekuatan.
"Pasti Kalica baik-baik aja, baal"
"Hari ini, kamu sama Ica sama sama pingsan. Kenapa sih? Aku salah apa gitu? Kok kalian bisa pingsan barengan, bikin aku khawatir"
"Ssstt. Kamu ga salah, baal. Ini kan udah jalannya dari Tuhan"
"Liat muka kamu tuh udah lesu banget gini. Pasti kecapekan deh. Udah, jangan banyak pikiran yaa. Lebih baik kamu tidur. Biar bisa fit lagi. Kamu juga harus jaga kesehatan kamu"
"Makasih ya, Ya. Kamu selalu nguatin aku. Dari awal kenal, aku tau kamu orang baik"
Iqbaal memeluk Vanesha, sontak itu membuat Vanesha terkejut. Tapi beberapa detik kemudian, Vanesha membalas pelukan Iqbaal. Walaupun jantungnya sudah ingin melompat keluar.
Iqbaal pun pamit untuk tidur. Sebelum ia pergi ke kamarnya, ia kembali ke kamar bunda untuk memastikan keadaan Kalica.
"Gimana bun?" Tanya Iqbaal.
"Masih belum sadar. Barusan bunda ganti bajunya biar lebih nyaman"
"Ale capek, bun"
"Ale tidur gih. Bunda yang jagain Kalica. Syuting kamu kan masih lama"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibayica
Teen FictionGatau yaaa bakal kyak gini terus sampe kapan. Gue capek sebenernya mendem perasaan gue sendiri. Tapi gue juga gamau dia jauhin gue. Satu sisi, gue merasa beruntung jadi sahabat dia:) Zanetha Kalica Valley (Proses Revisi ya sayang!)