Iqbaal bersenandung senang sambil berjalan menuju kamar bunda. Ia akan menanyakan pada bunda dimana kamar Kalica, karena ia sudah sangat sangat rindu.
Tok tok tok
"Bundaaa, bundaa" panggil Iqbaal dengan nada seperti anak kecil yang memanggil temannya untuk bermain.
Ceklek
"Haduh, kamu ngapain teriak-teriak, Le?" Jawab Ody.
"Hehehe. Teteh yang cantik, Ale mau tanya dong, kamar Ica nomor berapa ya? Ale kangeeeennnn banget" ucap Iqbaal dengan senangnya.
Ody memandang adik kesayangannya itu dengan sendu. Kemudian ia menghela nafasnya pelan.
"Kalica udah pulang, Le. Semalem dijemput mama sama papa"
"Hah kok bisa?! Kok gak pamit dulu sama aku?! Kok gak ada yang bilang sama aku?!"
"Kamu kan abis pulang syuting jalan-jalan dulu makan mie sama Sasha sama bang Omen"
"Tapi kan aku kesini, buat nganter mie pesenan bunda. Kenapa gak ngomong?"
"Orang kamu dateng aja sambil ngantuk-ngantuk gitu"
"Yaaah, teh"
"Yaudah sana sarapan dulu, ntar kalo santai baru hubungin Kalica"
"Iya teh"
"Oh iya, teteh hari ini pulang ya, Le. Sekalian sama temen-temnnya Kalica"
"Teteh mau pulang juga?" Raut wajah Iqbaal bertambah sedih.
"Teteh besok udah harus balik koas. Teteh udah izin dari jumat lho. Kamu ga kasian sama teteh, ntar kalo teteh ga lulus-lulus gimana"
"Yaudah teh. Teteh hati-hati yaa. Ale sayang teteh" Iqbaal pun memeluk tetehnya itu dengan hangat.
"Iyaa. Nanti bunda nyusul ke loksyut setelah anter teteh ke bandara"
"Iya teh, Ale berangkat dulu"
Iqbaal berbalik, berjalan menuju restoran hotel untuk sarapan dengan yang lainnya. Lagi-lagi ia harus lesu di pagi hari. Padahal, ia ingin sekali mengajak Kalica berangkat bersamanya, menyuruhnya menemani syuting. Ah pasti akan sangat menyenangkan.
Iqbaal pun sarapan makanan kesukaannya dengan tidak nafsu. Vanesha memperhatikan hal itu dan menghela nafasnya. Vanesha tahu, tidak ada yang membuat pagi Iqbaal terasa tidak semangat jika bukan karena Kalica.
Setelah selesai sarapan, Vanesha menghampiri Iqbaal untuk mengajaknya menuju mobil bersama.
"Baal, yuk ke mobil" ucap Vanesha dengan senyuman yang sangat manis.
Iqbaal yang baru saja menyelesaikan suapan terakhirnya menengok ke arah Vanesha dan menjawabnya dengan anggukan. Lalu ia beranjak dari tempat duduknya dan merangkul Vanesha berjalan menuju mobil. Vanesha menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan pipinya yang merah padam.
Di mobil Iqbaal sibuk dengan hpnya, ia berusaha menghubungi Kalica, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Vanesha memperhatikan gerak-gerik dan juga ekspresi dari Iqbaal pun turut merasa sedih.
"Baal, kok kamu murung gitu sih?" tanya Vanesha lembut.
"Eh, Ya. Iya nih, Ica pulang semalem. Dijemput mama sama papa katanya. Tapi aku hubungin ga bisa-bisa" jelas Iqbaal. Iqbaal memang sudah menceritakan semua tentang Kalica pada Vanesha. Itu akan selalu ia lakukan jika ia merasa nyaman dengans seorang perempuan lain.
"Mungkin dia masih tidur, Baal. Ini masih pagi lho. Apalagi kan baru semalem Kalica pulang, pasti dia capek"
"Iya juga sih. Yaudah ntar siangan aku coba hubungin dia lagi deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibayica
Teen FictionGatau yaaa bakal kyak gini terus sampe kapan. Gue capek sebenernya mendem perasaan gue sendiri. Tapi gue juga gamau dia jauhin gue. Satu sisi, gue merasa beruntung jadi sahabat dia:) Zanetha Kalica Valley (Proses Revisi ya sayang!)