32

1K 70 6
                                    

Iqbaal sama sekali tidak melepas genggamannya pada tangan kecil Kalica. Ia juga melupakan Vanesha yang sedang duduk menikmati pegal yang menyerang kakinya. Iqbaal meninggalkan pestanya, membiarkan semua yang datang berlaku sesuka mereka, tetapi yang masih dalam batas wajar.

Iqbaal mengajak Kalica menuju rooftop yang ada di tempat ini. Duduk di bawah langit, memandangi bintang-bintang yang berkelap-kelip seakan mereka mengucapkan sesuatu pada kedua insan itu. Belum ada kata yang keluar dari mulut mereka. Keduanya terdiam, dengan tangan yang saling menggenggam, matanya yang memandang ke atas.

"Baay"

"Ca"

Iqbaal dan Kalica memanggil satu sama lain dengan serempak, hal itu membuat Iqbaal memilih mengalah. "Ica aja dulu" .

Kini duduk mereka saling berhadapan. Saling menatap satu sama lain. Tatapan mereka begitu dalam. Semua tergambarkan dalam tatapan itu.

"Maafin Ica ya. Ica udah ilang dan bikin Ibaay khawatir" ucap Kalica dengan mata yang masih memandang Iqbaal, tanpa berkedip.

"Ibaay gak perlu cari-cari Ica lagi, karena Ica pasti akan kembali. Rumah Ica disini. Jangan pernah nyiksa diri Ibay sendiri karena Ica" lanjut Kalica.

"Ibay ga pernah marah sama Ica, jadi Ica gak perlu minta maaf. Ibay gak bisa kalo gak khawatir saat Ibay ga liat Ica, ga lagi sama Ica. Ibay mohon jangan pergi lagi"

"Ica bakal baik-baik aja dan selalu sama Ibay. Jadi Ibay juga harus baik-baik aja"

Iqbaal kembali membawa Kalica ke dalam pelukannya. Rasa sesak di dada Kalica begitu terasa saat mengingat ia harus kembali dan segera menjalani operasi. Ingin sekali Iqbaal ada dan memberinya semangat saat operasi, tetapi Kalica lebih ingin melihat Iqbaal bahagia tanpa perlu mengkhawatirkannya. Ia tidak mau Ibaynya itu sedih. Bahkan ia tidak tahu apakah operasinya akan berhasil atau tidak. Ia harus siap dengan segala resikonya. Ia harus siap jika ternyata operasinya gagal.

***

"Sashaa, lo ga kangen sama abang?" Ucap Kairo begitu menghampiri Vanesha.

"Bang Kaaiii!!!" Teriak Vanesha begitu melihat Kairo di sampingnya. Tanpa ragu, ia memeluk Kairo dengan erat, melupakan kakinya yang sedang pegal-pegal.

"Sasha kangen banget" ucap Vanesha di tengah-tengah pelukan mereka.

"Abang juga kangen sama Sasha" jawab Kairo.

Mereka melepaskan pelukannya. Kairo menatap rindu gadis di hadapannya. Vanesha bertingkah canggung saat ditatap seperti itu oleh Kairo.

"Bang, duduk yuk. Kaki gue sakit banget" ajak Vanesha. Akhirnya Kairo juga duduk di samping Vanesha. Teman-teman cast Dilan sudah berpencar untuk menikmati hidangan yang ada disini. Jadi di tempat duduk itu hanya ada Kairo dan Vanesha.

"Kenapa kakinya? Sini taro diatas kaki gue" ucap Kairo sambil membantu Vanesha mengangkat kakinya.

"Pegel banget, bang. Tadi promo terus pulang cuma mandi abis itu langsung kesini"

"Abis ini langsung istirahat. Kalo bisa besok izin aja dulu"

"Besook juga udah ilang pegelnya, bang"

"Kok sendirian sih?"

"Tadi sama Iqbaal sama temen-temennya juga. Tapi Iqbaal ngacir sama Kalica, kangen-kangenan. Temen-temen lagi jelajah makanan"

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang