"Aaaaah Ibaayy!! Bisa ga sih pesen sendiri aja? Jangan nyomotin punya Ica ajaa!!!" Jerit Kalica yang suaranya ia tahan agar tidak terlalu keras, karena saat ini ia sedang berada di kafe milik Ayah Pidi Baiq untuk sarapan.
Iqbaal tertawa puas karena berhasil menggoda gadis itu. Begitu juga Bang Omen yang tertawa sambil merekam aksi Iqbaal dan Kalica. Kemudian ia menguploadnya nya di instagram dengan mode mute. Ya gawat dong kalo pada tau panggilannya Iqbaal sama Kalica. Kasian Kalica tambah di incer.
"Apaan sih, Ca. Ini juga gratis kan, Ica bisa nambah lagi" ucap Iqbaal yang masih terkekeh.
"Harusnya Ica yang bilang gitu sama Ibay. Ini tuh gratis, Ibay bisa pesen sendiri, gausah gangguin punya Ica. Ibay kan tau, makanan gratis berlimpah tuh surga banget"
"Iye iye surga. Tapi tuh badan kurus aja kayak lidi gak gede gede"
"HAHAHAHA" kali ini tawa Bang Omen pecah. Memang betul apa yang dikatakan Iqbaal. Kalica gadis yang nafsu makannya di atas normal, tetapi badannya justru seperti orang tidak makan bertahun-tahun.
Pernah sekali, waktu itu, saat Iqbaal sedang kumpul dengan teman-teman sekolahnya. Bukan, bukan oxygen. Teman lain yang hanya sebatas teman. Waktu itu mereka berkumpul untuk mengerjakan tugas, tetapi Iqbaal meminta Kalica datang. Rata-rata teman Iqbaal itu berkata pada Kalica "Neng, pesen aja yang banyak yaa. Duitnya Iqbaal ga bakal abis kok. Kasian liat neng kurus gitu, neng jarang makan ya?" Sumpah demi apapun, ingin rasanya Iqbaal terbahak dan berteriak "DIA AJA MAKANNYA SEBAKUL" Tapi itu semua tertahan di mulutnya, karena ia tidak mau mengambil resiko. Kalica bisa garang.
Oke, back to makan gratis.
"Gataulah. Ica sebel sama Ibay sama Bang Omen. Kalo dalam perang dingin tuh Ica jadi Amerika, Ibay sama Bang Omen jadi Uni Soviet" ucap Kalica yang menjelaskan tentang pelajaran sejarah peminatannya. Kalica kan anak IPS:)
Iqbaal dan Bang Omen yang tidak mengerti saling melempar tatap dan tawa mereka pun kembali pecah.
"HAHAHA apaan sih. Kenapa Ica Amerika terus Ibay sama Bang Omen Uni Soviet?" Tanya Iqbaal.
"Soalnya di perang dingin itu yang menang Amerika, Uni Sovietnya kalah" jelas Kalica dengan rasa bangganya. Karena dengan demikian dapat diartikan dalam perdebatan ini, Kalica lah yang menang.
"Gile gile anak IPS" ucap Bang Omen.
"Aduh aduh ramai sekali pagi-pagi. Kafe belum buka tapi rasanya sudah seperti buka" ucap Ayah Pidi Baiq yang tiba-tiba muncul sambil tersenyum. Memang kafe Ayah ini belum buka, disengajakan supaya Iqbaal, Kalica dan Bang Omen bisa sarapan dengan tenang.
"Ini tuh Yah, si Kalica lagi cerita tentang perang dingin" jawab Bang Omen yang diselingi dengan tawa.
"Lagian sih, Yah. Masa Ibay nyomotin makanan aku terus, gamau pesen sendiri" ucap Kalica mengadu.
"Hahaha sudah-sudah. Kamu bisa pesan lagi, Kalica. Iqbaal, pesan sendiri sarapanmu. Jangan ganggu Kalica"
Mendengar jawaban Ayah Pidi Baiq, Kalica pun tersenyum bangga lalu menjulurkan lidahnya seakan ia berkata "Ayah berpihak pada Ica"
Kalica pun sibuk memesan makanannya lagi dan juga memesankan makanan Iqbaal. Mumpung makan gratis, boleh sepuasnya lagi. Akan dimanfaatkan dengan sangat baik oleh Kalica. Setelah selesai memesan, Kalica kembali ke mejanya.
"Baal, hari ini kebetulan Vanesha juga mau kesini. Tadi malam baru ngabarin. Mungkin kamu bisa ketemu sama dia sebelum kamu pulang" ucap Ayah Pidi Baiq pada Iqbaal.
Kalica sebenarnya mendengar baik-baik ucapan Ayah Pidi Baiq, hanya dia tidak mau terlihat ikut campur. Jadi ia fokus dengan makanan dan hpnya.
Iqbaal memandang Kalica sejenak sebelum ia menjawab ucapan Ayah Pidi Baiq. Ia cukup menimang-nimang ucapan Ayah. Takutnya Kalica kelelahan jika pulang terlalu sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibayica
Teen FictionGatau yaaa bakal kyak gini terus sampe kapan. Gue capek sebenernya mendem perasaan gue sendiri. Tapi gue juga gamau dia jauhin gue. Satu sisi, gue merasa beruntung jadi sahabat dia:) Zanetha Kalica Valley (Proses Revisi ya sayang!)