27

885 59 0
                                    

Hiruk pikuk bandara membuat Kalica tidak tahan berlama-lama di tempat ini. Seluruh Keluarganya dan Keluarga Iqbaal sudah menyuruhnya untuk pulang, tetapi anak itu tetap kekeh pada pendiriannya untuk menunggu Iqbaal hingga pesawatnya terbang. Bahkan Vanesha yang turut mengantar Iqbaal pun sudah berusaha membujuk Kalica.

"Ca, Ica pulang aja ya? Ibay abis ini juga udah masuk kok" ucap Iqbaal lembut sambil mengelus lembut rambut Kalica.

Dengan wajah pucatnya, Kalica terus berusaha bertahan. Ia ingin mengantar Ibaynya itu kembali ke USA untuk melanjutkan sekolahnya. Ia merasa harus, karena setelah itu ia tidak akan bertemu Ibaynya lagi. Bertemu sih, tapi masih beberapa bulan ke depan.

Dengan lemah Kalica menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas ucapan Iqbaal padanya. .

"Kalo Ica kayak gini malah bikin Ibay khawatir. Mau Ibay anterin ke parkiran?" Iqbaal terus membujuk Kalica. Ia khawatir jika Kalica akan tumbang di bandara.

"Kal, Iqbaal mau berangkat. Lo jangan bikin dia khawatir dan gak tenang. Mending lo sekarang balik ya? Biar lo gak tumbang" ucap Kairo ikut membujuk adiknya agar mau pulang.

"Tapi gue gak ketemu Ibay besok, bang" protes Kalica

"Hei. Lo bahkan udah ngelewatin ini beberapa bulan lalu. And see? Lo bisa, Iqbaal selalu ada buat lo. Kecuali pas kalian berantem aja, emang lo nya yang gamau dihubungin, tapi Iqbaal tetep ngehubungin lo terus kan?" Kairo berusaha meyakinkan adiknya yang keras kepala itu.

"Iyaa, Ca. Ica pulang aja yaa. Nanti Ibay chat Ica kalo udah mau terbang, begitu mendarat, sampe di sana dan seterusnya. Kita bakal face time terus tiap malem atau subuh. Ibay ngabarin Ica terus kok" Iqbaal terus meyakinkan Kalica agar ia mau menurut dan pulang untuk beristirahat.

"Kal, jangan nyiksa diri lo sendiri. Lo gak liat disini semua pada khawatir sama lo. Lo pulang deh, apa mau gue temenin pulang?" Vanesha ikut khawatir dengan keadaan Kalica yang sudah pucat itu

"Kal. Lo jangan egois gini dong. Lo juga harus merhatiin diri lo sendiri dong. Lo bikin semua orang khawatir. Semua udah pada baik sama lo, tapi lo nya malah keras kepala. Nanti kalo ada apa-apa sama lo semuanya jadi ikutan susah. Mending sekarang lo pulang, biar Vanesha juga ikut nemenin lo di rumah deh biar lo gak bosen. Gue gak nerima penolakan" Kairo sudah mulai emosi, ia pun hendak menarik tangan Kalica tetapi Kairo di tahan oleh Iqbaal.

"Jangan emosi, bang. Gue ngomong bentar, abis itu lo bawa Ica pulang" ucap Iqbaal pada Kairo dan Kairo pun mengangguk.

"Ca, Ica harus nurut sama Bang Kai yaa. Kan kalo Ibay sekolah, yang jagain Ica itu Bang Kai. Ayo mulai sekarang nurut sama Bang Kai. Ica pulang yaa. Kalo gamau ntar Ibay juga marah sama Ica" ucap Iqbaal.

"Iyaa, Ica pulang. Ibay jangan marah sama Ica. Semuanya maafin Kalica udah bikin khawatir" jawab Kalica dengan suaranya yang lemas.

Iqbaal memeluk erat Kalica. Hatinya merasa tidak rela untuk melepaskan pelukan itu dan membiarkan dirinya berpisah dengan Kalica lagi. Tetapi, ia harus pergi demi pendidikannya. Iqbaal menghirup aroma khas rambut Kalica yang akan ia rindukan. Begitu juga dengan Kalica yang menghirup dalam aroma badan Iqbaal yang menjadi aroma favorit Kalica.

Iqbaal dan Kalica melepaskan pelukan mereka. Lalu Iqbaal menangkup wajah Kalica dengan kedua tangannya. "Jangan sedih. Sekarang pulang ya. Jaga kesehatan, Ica. I'll miss you so bad"

"I'll miss you too. Take care Ibay"

Kini Iqbaal beralih lada Vanesha yang akan ikut pulang bersama Kalica. Ia juga memeluk Vanesha karena harinya tentu akan terasa sepi tanpa Vanesha yang kurang lebih sebulan ini mewarnai harinya. Dilan akan merindukan Mileanya.

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang