10

1.1K 53 0
                                    

Sudah satu bulan yang lalu Iqbaal pergi ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya. Semua mulai kembali seperti biasa. Kalica sudah tidak lagi suka menyendiri memikirkan Iqbaal. Begitu juga dengan Zidny. Setiap malam Iqbaal selalu menghubungi dua gadis itu bergantian.

"Kal, mau pesen apa?" tanya Bastian pada Kalica sambil memegang buku menu.

"Gue nasi goreng extra pedas sama dark choco" jawab Kalica.

"Yaudah mbak. Nasi goreng extra pedas satu, nasi goreng original satu, dark choco nya dua" ucap Bastian pada pelayan kafe tersebut.

"Baik. Di tunggu sebentar ya mas, mbak"

Kalica dan Bastian sedang berada di salah satu kafe dekat perumahan Kalica. Selama seminggu ini memang Bastian selalu ada untuk Kalica. Ia sering datang ke rumah Kalica untuk sekedar bermain atau mengajaknya keluar. Sesekali juga Bastian datang bersama Aldy dan Kiki. Kalica sungguh beruntung karena mereka bertiga sangat baik padanya. Tetapi ada hal lain juga yang membuat Kalica heran. Setiap hari, Bastian selalu mengirim pesan pada Kalica untuk sekedar menanyakan sudah makan atau belum, sudah mandi atau belum, serta mengucapkan selamat pagi dan malam. Setiap Malam juga Bastian selalu menelpon Kalica untuk jangka waktu yang lumayan panjang. Pastinya setelah Kalica dihubungi oleh Iqbaal.

Pesanan Kalica dan Bastian tiba. Mereka makan diselingi dengan perbincangan atau sekedar candaan receh dari Bastian, tetapi hal itu membuat Kalica tertawa. Bastian pun merasa senang jika bisa membuat Kalica tertawa.

"Hssssh huh hah" Kalica berusaha menahan rasa pedas pada nasi goreng yang ia makan. Wajahnya berkeringat. Tetapi tak ada niatan dari dirinya untuk berhenti makan.

"Jangan dimakan lagi, Kal. Ntar sakit perut" perintah Bastian.

"Ga bisa. Ini emang banget asli. Cuma pedesnyaaa anying banget"

Kalica meminum dark choconya hingga habis. Ia melihat dark choco Bastian yang masih banyak, ingin sekali ia meminumnya. Bastian mengerti dengan pandangan Kalica, lantas ia menarik dark choconya.

"Lo makan pedes minumnya ya jangan es" ucap Bastian lagi. Bastian mengedarkan pandangannya bermaksud mencari pelayan kafe ini.

"Mbak mbak" panggil Bastian pada pelayan kafe.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" jawab pelayan kafe tersebut dengan ramah.

"Tolong buatin teh anget ya mbak. no lama"

"Iya mas" Pelayan itu pun menuju dapur. Bastian kembali memandang Kalica yang tengah asyik dengan nasi gorengnya sambil mendesah kepedasan.

Tak lama pelayan itu datang lagi dengan membawakan teh hangat pesanan Bastian.

"Ini mas teh anget nya"

"Makasih mbak"

Kalica seakan tidak menggubris apa yang daritadi Bastian lakukan. Bastian sudah paham akan hal itu. Kalica memang sangat suka makan.

"Kal, woi" panggil Bastian. Yang dipanggil pun mendongakan kepalanya.

"Nih minum ini aja" ucap Bastian sambil menyodorkan teh hangat pesanannya tadi.

"Lo gila apa? Lidah gue bisa leleh ntar. Udah pedes ketemu anget. Lagian kenapa juga teh? Kenapa ga coklat aja?" protes Kalica.

"Justru itu. Kalo lo kepedesan minum es tuh kagak bakal ilang pedesnya, malah makin pedes. Teh lebih ampuh daripada coklat. Udah nurut aja"

"Yaudah, bentar gue ngiket rambut dulu. Panas banget anjir"

Setelah selesai mengikat rambutnya, Kalica meminum teh hangat yang diberikan Bastian. Sedikit demi sedikit, agar lidahnya tidak terasa terbakar. Benar kata Bastian. Pedas nya berangsur-angsur hilang. Lalu Kalica menghabiskan nasi gorengnya itu yang tersisa sekitar tiga suap.

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang