Zidny berjalan menelusuri Mall yang tadi dikirim alamatnya oleh Kalica. Ia mencari sebuah restoran yang Kalica bilang Iqbaal sedang berada disana. Hatinya tidak bisa tenang. Ada rasa senang, takut, dan juga gelisah.
Zidny menaiki eskalator menuju lantai tiga. Sesampainya disana matanya langsung tertuju pada restoran yang dari tadi ia cari. Zidny mengambil nafas dan membuangnya beberapa kali sebelum ia berjalan memasuki restoran tersebut.
Di dalam restoran ia mengedarkan pandangannya untuk menemukan sosok Iqbaal. Tapi nihil. Ia tidak menemukannya. Tak lama, ada seorang pelayan yang menghampirinya.
"Permisi. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan itu pada Zidny.
"Maaf mbak, saya mau tanya. Apa tadi Iqbaal Dhiafakhri datang kesini?"
"Oh iya. Hmm mbaknya Zidny kan? Pacarnya Iqbaal?"
Zidny hanya tersenyum tipis.
"Iqbaalnya ada di atas. Mari saya antar, mbak" ucap pelayan itu lagi.
Kini Zidny mengikuti pelayan itu menuju tempat Iqbaal berada. Ia berusaha menetralkan jantungnya dan mempersiapkan dirinya agar tidak terlihat lemah dihadapan Iqbaal. Saat kakinya menginjak lantai 2, matanya langsung menangkap sosok yang sangat sangat ia rindukan. Sedang duduk dipojok ruangan, dengan posisinya membelakangi dirinya. Iqbaal sendirian, menyantap makanannya.
Bagi kalian yang bertanya dimana Kalica, Kalica memilih untuk pindah tempat. Memberikan waktu pada Zidny dan Iqbaal. Kini Kalica berada di restoran lain. Ia bersama Bastian yang langsung ia hubungi untuk menemaninya. Tentu Bastian tidak menolaknya. Fyi, Bastian sudah menyatakan perasaannya ke Kalica dan Bastian paham Kalica menyukai Iqbaal, hanya saja Bastian pura-pura tidak tahu. Jadi Bastian tidak memaksa Kalica, asal Kalica tetap bersikap seperti biasanya itu sudah membuat Bastian senang.
"Permisi mas Iqbaal. Ini dicari pacarnya" ucap pelayan itu. Iqbaal pun spontan menoleh. Matanya bertemu dengan mata Zidny. Hanya sekejap.
"Oh iya, makasih ya mbak"
"Sama-sama mas"
Pelayan itu kembali ke habitatnya dan Zidny duduk dihadapan Iqbaal. Suasananya sangat canggung. Iqbaal dan Zidny belum ada yang angkat bicara.
"Le"
"Zee"
Ucap mereka secara bebarengan.
"Kamu dulu aja" ucap Zidny mengalah.
"Kamu apa kabar?" Tanya Iqbaal basa basi sambil menatap Zidny yang menunduk.
"Baik. Kamu gimana?"
"Alhamdulillah aku juga baik"
Hening lagi beberapa detik.
"Aku kangen Zee"
Mendengat ucapan Iqbaal jantung Zidny berdegup semakin kencang. Ia menatap mata Iqbaal dalam mencari sorot kebohongan disana. Tapi nihil. Tatapannya sendu.
"Aku minta maaf" ucap Iqbaal lagi. Zidny masih tidak berbicara, ia ingin mendengarkan Iqbaal dulu.
"Aku tau aku salah. Dan aku minta maaf banget sama kamu. Semua ngga seperti yang kamu lihat di sosmed"
"Kamu tau gimana perasaan aku waktu liat foto-foto itu? Sakit, Le. Kamu ilang gatau kemana, terus muncul foto-foto kamu sama yang namanya Mikaela. Disitu aku mikir, apa kamu udah memutuskan semuanya secara sepihak?" Kini gantian Iqbaal yang terdiam. Ia membiarkan Zidny meluapkan semua unek-uneknya. Ia siap dengan apapun yang akan dilakukan Zidny untuk menghukumnya.
"Waktu di Indonesia, tantangan aku adalah menghadapi rasa cemburu sama Kalica. Aku berusaha menghilangkan rasa itu karena aku mau jadi pacar yang baik buat kamu, yang bisa ngerti kamu. Dan aku rasa aku berhasil. Sampai aku juga bisa sedekat ini sama Kalica, Le. Waktu kamu memutuskan untuk ambil beasiswa di sana. Aku begitu optimis kalo aku bisa melewatinya. Tapi nyatanya apa? Kamu yang buat aku ga bisa, Le. Kamu yang mundur. Aku nyiapin hati dari lama buat denger keputusan tentang hubungan kita. Dan sekarang aku udah siap, apapun keputusannya. Walaupun sebenernya berat, tapi insyaallah aku ikhlas"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibayica
Teen FictionGatau yaaa bakal kyak gini terus sampe kapan. Gue capek sebenernya mendem perasaan gue sendiri. Tapi gue juga gamau dia jauhin gue. Satu sisi, gue merasa beruntung jadi sahabat dia:) Zanetha Kalica Valley (Proses Revisi ya sayang!)