16

1.2K 67 0
                                    

Kalica baru saja selesai menata makanan di meja makan bersama bunda. Selesai itu, ia melepaskan celemek yang dipakainya lalu mencuci tangannya. Ayah yang melihat makanan sudah tertata rapi langsung menghampiri meja makan dan duduk di tempatnya. Sudah seperti tidak sabar ingin menyantap makanan yang ada di meja.

"Ayo bunda, ayah sudah lapar sekali" ucap Ayah pada bunda.

"Iya, yah. Kalica, kamu panggil Iqbaal yaa biar bunda yang panggil teteh" kata bunda pada Kalica dan Kalica pun mengangguk senang.

Kalica melangkahkan kakinya semangat menuju kamar Iqbaal. Sesampainya di depan pintu kamar milik Iqbaal, Kalica mengetuk nya pelan. Tidak mungkin Kalica langsung membukanya, takutnya Iqbaal sedang berganti pakaian atau yang lainnya. Tak lama Iqbaal membukakan pintu dengan tangan kanannya yang memegang ponselnya di telinganya. Kalica pun masuk ke dalam kamar Iqbaal, menunggu laki-laki itu selesai menelpon. Ia memperhatikan Iqbaal yang sedang menelpon itu.

"Oh gitu, yaudah besok boleh deh langsung ke sana. Gua bisa kok. Agak sorean ya tapi" ucap Iqbaal pada lawan bicaranya di telfon. Kalica masih tidak mengerti. Yang ia tahu, besok Iqbaal akan pergi ke suatu tempat.

"Iya jam 3an gapapa, jemput gua ya bang. Apa gua bawa mobil sendiri aja ya?" ucap Iqbaal lagi. Kata-katanya itu sungguh menunjukkan bahwa ia adalah anak yang labil.

"Eh gausah deh bang, gua bawa mobil sendiri aja. Ntar gua yang jemput lo deh. Tunggu aja di rumah"

Lalu Iqbaal diam seperti mendengarkan jawaban dari sang lawan bicara. Lalu matanya melirik pada Kalica dan tersenyum.

"Gatau bang, kalo dia mau ya gua ajak" ucap Iqbaal dengan katanya yang masih melirik Kalica.

"Yahdah ya bang. Bye"

Bipp

Iqbaal mematikan panggilannya. Ia melirik Kalica yang sedang duduk dibibir kasurnya.

"Makan, udah mateng. Ditunggu sama ayah" akhirnya Kalica berucap.

"Yaudah kuy" Iqbaal merangkul bahu Kalica dan berjalan berdua menuju meja makan. Sementara Kalica berusaha mati-matian untuk mengontrol detak jantungnya itu.

*****

"Yah, bun, besok Ale mau ke Bandung. Ketemu sama Ayah Pidi Baiq yang nulis novel Dilan" ucap Iqbaal di sela-sela makan malam.

"Oh bagus dong. Biar bisa cepet digarap filmnya" jawab Ayah.

Kalica mengernyitkan dahinya. Iqbaal main film? Itu yang ada dipikirannya. Sejak kapan ia menerima tawaran itu? Mengapa Iqbaal tidak bercerita dengannya?

"Ibay mau main film?" Akhirnya Kalica bertanya demi keheranannya itu.

"Iya, Kalica. Kamu belum tahu? Dia kan mau main film Dilan. Kamu tau kan novelnya?" tanya Bunda begitu lembut.

"Serius, bun? Ibay kok gak cerita?"

"Kamu tahu, Iqbaal dapet peran apa, Kal?" Kali ini Teh Ody yang angkat bicara dan Kalica spontan menggeleng.

"Dia yang bakal jadi Dilannya. Keren kan? Tapi kamu jangan bilang siapa-siapa dulu sampai ada prescon"

Mata Kalica berbinar mendengar jawaban Teh Ody. Ia bangga dengan sahabatnya itu sekaligus pujaan hatinya.

"Kerenn. Ibay harus akting yang bener biar bisa jadi nomor 1 filmnya"

"Pasti, doain terus ya Ca"

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang