23

939 53 2
                                    

"Icaaaaaa" teriak Iqbaal sambil membuka pintu kamar Kalica.

"Ihh bisa ketok dulu gak? Kalo Ica lagi ganti baju gimana?!" Bentak Kalica kesal.

"Biarin. Kan berarti itu rejeki Ibay bisa liat Ica ganti baju" jawab Iqbaal enteng. Kalica pun melempar bantal ke arah Iqbaal.

"Aduh. Iya-iya maaf. Kan kangennn"

"Kangen kangen! Sebel ah. Kenapa bisa disini lagi? Emang gak syuting?"

"Ica pikun ya? Perasaan Ibay udah berkali-kali bilang kalo hari ini tuh Ibay pulang"

"Ah masa?"

"Dasar pikun. Udah pikun, tukang PHP lagi"

"PHP apaan woi?"

"Bilangnya mau nyamperin ke Bandung tapi ga dateng-dateng sampe Ibay pulang sekarang"

"Hahahaha maaf. Ica tuh beneran sibuk. Serius deh. Ica lagi banyak banget tugas. Kan udah mau kenaikan kelas"

"Huh iya deh"

"Jangan marah dong. Senyumnya manaa"

Iqbaal pun tersenyum lalu memeluk Kalica. Kalica membalas pelukan Iqbaal. Ia sangat rindu dengan Ibaynya. Sebenarnya, setiap minggu ia datang ke Bandung untuk kontrol dan ia juga datang ke loksyut untuk melihat Iqbaal, tetapi Iqbaal tidak mengetahui hal itu.

Kalica sudah mengetahui tentang penyakitnya itu. Ia menyuruh semua orang untuk merahasiakan itu dari Iqbaal. Dia akan berusaha untuk sembuh dan mengikuti semua kata dokter. Ia pun harus siap menerima segala resiko dari penyakitnya ini. Ia menyerahkan semuanya ke tangan Tuhan.

"Ica kangen sama Ibay" ucap Kalica sambil memeluk erat lengan Iqbaal.

"Sini peluk dulu"

Iqbaal membuka lebar tangannya bermaksud menyuruh Kalica masuk dalam pelukannya. Kalica pun menurut. Ia memeluk erat Iqbaal. Menghirup dalam bau khas Iqbaal yang sangat ia rindukan. Iqbaal pun mencium puncak kepala Kalica.

"Gue ngerasa, ini diluar batas wajar seorang sahabat, Bay. Tapi gue gamau terlalu percaya diri, karena bisa bikin gue kecewa" batin Kalica.

"Gue tau ini diluar semestinya. Tapi gue suka disaat-saat begini sama lo, Ca. Gue selalu nyaman. Gue berusaha supaya rasa itu ga bertambah besar. Seberapa banyak cewek yang gue pacarin, di hati kecil gue selalu ada rasa itu, Ca. Asal lo tau" batin Iqbaal.

Setelah berpelukan cukup lama, mereka pun melepaskan pelukannya. Iqbaal menangkup wajah Kalica dan memperhatikannya.

"Ca, belum mandi ya?" Tanya Iqbaal.

"Ehehehe mager, bay" jawab Kalica.

"Mandi gih, temenin Ibay pergi"

Belum sempat Kalica menjawab, Iqbaal sudah mendorong Kalica menuju kamar mandinya. Lalu ia keluar dari kamar Kalica, memilih menunggunya di bawah bersama Kairo dan Mama.

"Udah bangun Kalicanya, baal?" Tanya mama lembut begitu melihat Iqbaal turun.

"Udah kok ma. Itu lagi mandi" jawab Iqbaal sopan.

"Mau lo ajak pergi ya, baal?" Tanya Kairo.

"Iya bang. Mau gue ajak ke kantor"

"Yaudah. Dia harus makan tepat waktu ya. Lo jangan lupa. Pokoknya sering-sering perhatiin dia, takut dia kenapa-kenapa"

Iqbaal mengerutkan dahinya. Kalo masalah makan, tentu ia tidak mau Kalica makan telat. Tapi tidak biasanya Kairo memberinya tuturan seperti itu.

"Udah pasti lah, bang. Kayak baru kenal sama gue aja lo" ucap Iqbaal.

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang