Sudah tiga bulan terhitung dari keberangkatan Iqbaal kembali ke USA. Satu bulan pertama, semua berjalan baik-baik saja. Iqbaal tak pernah absen untuk menghubungi Kalica. Jarak yang terpaut jauh diantara mereja, Kalica berubah menjadi pribadi yang lebih manja pada Iqbaal. Iqbaal tak merasa risih dan juga marah. Ia justru merasa senang dan gemas dengan sikap Kalica. Itu membuatnya semakin rindu. Hubungannya dengan Vanesha masih terus berlanjut. Ada komunikasi antara mereka setiap harinya. Sepertinya, jiwa Dilan memang sudah melekat pada Iqbaal sehingga Vanesha ikut merasa nyaman dengan Iqbaal. Di sisi lain, Kairo semakin gencar mendekati Vanesha. Hubungan mereka juga semakin dekat. Perasaan Kairo semakin besar. Vanesha belum menyadari upaya pendekatan yang dilakukan oleh Kairo. Ia menganggap itu hal wajar karena Vanesha sudah menganggap Kairo seperti kakaknya sendiri karena ia sering bertemu Kairo.
Lewat dari satu bulan. Perlahan semua berubah. Iqbaal kehilangan semangat belajarnya karena Kalica yang menghilang, sulit untuk dihubungi, hanya sesekali saja Kalica berhasil dihubungi oleh Iqbaal. Hatinya merasa tidak enak, merasa ada sesuatu yang buruk terjadi pada Kalica. Iqbaal selalu mengomel ketika Kalica berhasil dihubungi. Mengomel karena Kalica kerap menghilang. Walaupun Kalica menampakan wajah cerianya, tetapi Iqbaal bisa melihat perubahan disana. Wajah Kalica lesu dan pucat, pipinya semakin mengecil dan suaranya melemah.
Kairo pun ikut menghilang bersama Kalica. Berkali-kali Vanesha datang ke rumah Kalica, tetapi tak ada satupun keluarganya yang berada di rumah. Pak satpam selalu mengatakan kalau keluarga Kalica sedang pergi keluar kota. Baik Kairo maupun Kalica tidak ada yang bisa dihubungi. Satu-satunya harapan Vanesha adalah ketiga sahabat Kalica. Tetapi sayangnya, mereka juga tidak mengetahui keberadaan Kalica.
***
Kalica terbaring lemas diatas tempat tidur rumah sakit. Matanya mengelilingi ruangan tempatnya di rawat itu. Ia melihat Kairo yang sedang bermain PS di bawah dan Mama yang sedang menyiapkan makanan.
"Ma" panggilan Kalica membuat mama langsung menghampiri Kalica dan Kairo langsung memberhentikan gamenya.
"Bang Kai lanjut main aja. Kalica gapapa kok" ucap Kalica yang melihat sikap Kairo. Kairo memang begitu khawatir dengan dirinya dan itu membuatnya menjadi lebih protektif.
"Ma, Papa kerja ya?" Tanya Kalica.
"Iya sayang, nanti papa dateng ya" jawab Mama menenangkan anak gadisnya itu.
"Kalica kangen papa, kangen rumah, kangen temen-temen"
"Kamu yang sabar ya sayang. Istirahat yang teratur, minum obat biar bisa cepet pulih, bisa cepet balik ke Jakarta"
"Kalica kangen Ibay, ma"
Mama menghela nafasnya pelan lalu mengusap lembut rambut anak gadisnya itu.
"Mama ngerti sayang. Tapi udah pilihan kamu kan buat ga ngasih tau Iqbaal?"
Kalica mengangguk lemah.
"Jangan sedih. Besok Bunda sama Teh Ody dateng kesini. Mereka nginep kok. Weekend juga temen-temen kamu mau dateng"
"Wah beneran ma?"
"Iyaa, makanya kamu jaga kesehatan ya. Biar pas mereka dateng kamu bisa ngobrol sepuasnya"
Kalica menggangguk lagi. Kali ini anggukannya lebih semangat. Setidaknya kabar dari Mama membuat semangatnya bertambah.
"Bang, gak kangen Sasha?" Tanya Kalica menggoda Kairo.
"Apaan sih lo"
"Aelah emosi euy. Berapa hari ga ketemu Sasha? Kapan jalan bareng lagi? Hihihi"
"Gausah urusin urusan orang"
"Dih kok gitu sih. Bang, nanti malem mau face time sama Ibay ya"
"Iyaa, ntar Abang siapin"
***
"Baal, aku ngerasa ada yang aneh. Aku ngerasa ada yang disembunyiin sama Kalica" ucap Vanesha dengan Iqbaal yang berada di USA melalu via telepon.
"Aku juga, Lia. Tapi aku gatau apa. Aku pusing banget Ica ilang-ilang terus"
"Hmmm aku mau jujur nih, Baal. Waktu ke Bandung buat prescon, aku nemuin beberapa jenis obat punya Kalica. Karna penasaran aku ambil aja tiap jenis satu-satu"
"Obat? Ah iya. Ica sekarang sering banget minum obat. Apa Ica sakit? Tapi kok dia ga ngasih tau aku?"
"Aku juga gatau, Baal. Kita berdoa aja supaya Kalica baik-baik aja"
"Bulan depan aku pulang, kita sama-sama cek obat-obatan itu obat apa"
"Siaap, Baal"
Vanesha dan Iqbaal kembali melanjutkan obrolan mereka. Beberpaa bulan ini bahasan mereka memang tak pernah absen tentang Kalica. Banyak teka-teki yang harus mereka pecahkan. Itulah yang mereka pikirkan. Iqbaal sendiri selalu mendoakan Kalica dan menepis segala pikiran buruknya mengenai Kalica.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibayica
Teen FictionGatau yaaa bakal kyak gini terus sampe kapan. Gue capek sebenernya mendem perasaan gue sendiri. Tapi gue juga gamau dia jauhin gue. Satu sisi, gue merasa beruntung jadi sahabat dia:) Zanetha Kalica Valley (Proses Revisi ya sayang!)