35

1K 64 1
                                    

"Bang"

Yang dipanggil pun menoleh, menunggu kelanjutan perkataan gadis itu. Tetapi gadis itu tidak melanjutkan kata-katanya, jadilah ia memandangi wajah gadis itu dengan seksama. Memperhatikan setiap inci wajah itu, membuat hatinya terjatuh lebih dalam lagi.

"Sekarang gue Sasha, bukan Milea. Jadi, Sasha bukan punya dilan. Sasha bebas milih siapa aja buat jadi pasangannya" lanjut gadis itu. Tentu perkataannya membuat hati Kairo menghangat. Senyum terukir diwajahnya. Setidaknya hal ini cukup menghibur hatinya.

"Jadi ini Sasha pacarnya Kairo, bukan Mileanya Dilan?" Ucapan Kairo membuat pipi Vanesha bersemu lalu mengangguk malu-malu.

Kairo merengkuh Vanesha kedalam pelukannya. Menghirup dalam-dalam aroma rambut gadis itu. "Terima kasih selalu punya cara sendiri buat ngehibur gue. Lo salah satu faktor gue kuat" bisik Kairo.

"Gue tau rasanya, makanya gue pikir lebih baik kita sama-sama menghibur hati" jawab Vanesha.

Tak jauh dari situ, Iqbaal berdiri, menyaksikan semuanya. Kakinya tertahan. Tadinya ia ingin menghampiri Kairo dan Vanesha yang sedang merilekskan diri di taman rumah sakit. Tetapi kejadian barusan membuat Iqbaal mengurungkan niatnya. Saat ia hendak  berbalik, tubuhnya menabrak Ody.

"Eh liat-liat dong, sakit tau" keluh Ody.

"Lagian teteh ngapain sih disitu. Awas ah, Ale mau balik ke kamar" jawab Iqbaal ketus kemudian melenggang pergi menyusul adiknya. Sebelumnya ia juga tersenyum melihat Kairo dan Vanesha yang akhirnya memiliki status yang jelas.

Di kamar inap, Iqbaal sedang duduk di kursi sebalah tempat Kalica tidur. Ia memegangi wajah Kalica sambil berbicara tidak jelas.

"Ca, ini udah tiga hari lho Ica koma. Ica kapan bangunnya sih? Ibay kangeenn banget. Ica tau ga? Tadi Ibay liat Lia sama Bang Kai di taman rumah sakit lagi pelukan. Ternyata mereka saling suka, Ca. Tapi aneh deh, masa Ibay gak ngerasa sakit hati atau cemburu ya. Padahal Ibay pikir Ibay suka sama Lia dan sebaliknya. Tapi ternyata Lia sukanya sama Bang Kai. Kan Ibay jadi bingung"

Ody terkekeh mendengar ocehan Iqbaal. Ah ternyata adiknya ini masih saj bodoh dalam hal percintaan, padahal kalau sudah pacaran bucinnya tak karuan. Ody berjalan menuju sofa dan duduk disana.

"Ale ale. Kapan sih kamu pinternya?" Ledek Ody.

"Apaan sih teh"

"Kamu tuh. Itu namanya kamu gak cinta sama Sasha. Cuma kamu sama dia tuh sama-sama baper aja. Tapi Sasha lebih dulu keluar dari euforia Milea jadi dia bisa sama Kairo. Sedangkan kamu masih di euforia Dilan, jadi gak sadar-sadar. Ah tapi dari dulu sebelum jadi Dilan juga tetep gak sadar-sadar"

"Apaan sih, teteh ga jelas banget"

"Yang buat Kamu galau kalo Kalica ilang, stress Kalica sakit, khawatiran sama Kalica itu apa kalo bukan cinta? Kapan mau sadar kalo sebenernya kamu cintanya sama Kalica? Kalica aja udah sadar dari dulu kalo dia cinta sama kamu. Tapi kamu gak peka-peka. Kan teteh udah pernah bilang, jangan sampe terlambat. Dan sekarang teteh cuma berdoa supaya kamu emang gak terlambat, Le"

Iqbaal terdiam mencerna setiap kata yang diucapkan Ody. Memandangi wajah Kalica yang damai.

"Terus Ale harus gimana teh?" Tanya Iqbaal.

"Sebelumnya teteh tanya dulu sama kamu. Benerkan kalo kamu cintanya sama Kalica?"

Iqbaal mengangguk.

"Yaudah sekarang buktiin ke dia. Selama ini dia udah nunggu kamu, mengatasi rasanya sendirian. Sekarang giliran kamu menjalani seperti Kalica selama ini. Biar saat dia bangun nanti, dia disambut sama pangeran hatinya"

"Doain Ale ya, teh. Doain Kalica juga biar cepet bangunnya"

Iqbaal memaksakan senyumnya.

"Pasti. Yaudah, teteh mau cari makan dulu ya" 

Ody pun keluar mencari makanan yang akan mengisi perut mereka siang ini.

***

Entah sudah berapa hari Iqbaal tak menampakan senyumannya. Kalica yang tak kunjung bangun dari komanya membuat Iqbaal semakin muram. Iqbaal benar-benar meninggalkan tugasnya untuk mempromosikan film barunya. Sedangkan Vanesha hanya mengikuti beberapa jadwal promo saja.

Dokter berkata bahwa kondisi Kalica memang membaik, tetapi hingga saaat ini belum ada tanda-anda bahwa Kalica akan bangun. Hal ini membuat Iqbaal yang mulai ceria kembali sendu. Ia sudah berusaha untuk membuat Kalica bangun, seperti yang dikatakan dokter. Orang-orang terdekatnya harus sering berkomunikasi dengan Kalica, agar jiwanya terpanggil dan kembali ke dunianya.

"Ale gak tahan teh, bun. Kenapa Ica gak bangun-bangun? Apa salah Ale besar banget sampe Ica gamau ketemu Ale?"

Hari ini Iqbaal tidak bisa memendam lagi apa yang ia rasakan selama ini. Ia menumpahkan semua isi hatinya. Beruntung di kamar hanya ada Ody, bunda, dan mama. Kairo, Vanesha, ayah, dan papa harus kembali ke Jakarta karena urusan pekerjaan dan kuliah.

"Iqbaal. Kamu tuh ga salah apa-apa. Kalica akan bangun. Kamu denger sendiri kan apa kata dokter? Kondisinya selalu membaik" ucap mama, berusaha memeluk Iqbaal. Tetapi sayang Iqbaal mengelak.

"Ini semua gara-gara Iqbaal, ma. Iqbaal gak bisa jagain Ica, Iqbaal gak becus. Ya kan, teh? Bahkan Ale sendiri sampe ga sadar kalo Ica sesayang itu sama Ale" Iqbaal kembali meraung.

"Le, dengerin teteh" ucap Ody sambil menangkup wajah Iqbaal yang sudah basah dengan air matanya. Ody tahu betul, Iqbaal akan terlihat cemen jika berurusan dengan orang-orang tersayangnya.

"Ini bukan salah Ale. Ini semua udah kehendak Tuhan. Gak ada gunanya Ale marah-marah kayak gini. Kalica gak akan bangun kalo Ale terus-terusan marah" lanjut Ody.

Iqbaal memeluk Ody dengan erat. Menumpahkan sebentar segala bebannya dipundak Ody. Perlahan Bunda dan mama mendekati mereka dan ikut memeluk mereka berdua.

"Iqbaal sayang Ica" ucap Iqbaal ditengah pelukan itu.

"Kita juga sayang sama Kalica" jawab mama.

"Ale cinta sama Ica" ucap Iqbaal lagi. Hal itu spontan membuat Ody, Mama, dan Bunda tersenyum. Akhirnya Iqbaal bisa menyadari perasaannya sendiri.

"Ibay..."

*****

Hallo semuanyaaa
Maafkan super duper ngaret updatenya dan ini juga super duper pendek.
Tapi tenang nanti malem aku bakal update lagi kok hehehe
Kalian boleh spam komen kalo aku lupa ntar malem yaa

Aku galau. Mau tamatin aja apa next terus :)

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang