13

1K 59 0
                                    

Kalica's POV

Pelajaran terakhir hari ini adalah Bahasa Indonesia. Pelajaran itu memang terbilang cukup mudah, tapi gue gatau kenapa gue jadi ga fokus gini. Hati gue deg-degan tanpa gue tau alasannya. Apa gue punya penyakit jantung? Ah ga mungkin, gue masih SMA, gue masih mau sekolah kali, masa depan gue masih panjang. Dampak dari ketidakfokusan gue, gue jadi ga bisa diem. Ada aja yang gue lakuin, mulai dari ngetuk-ngetuk meja pake kuku, mainan cetekan pulpen, mainan penggaris. Dan yang gue lakuin itu bikin Gea yang duduk sama gue itu bingung.

"Kal, lo kenapa sih ga bisa diem amat" tanya Gea yang terselip nada kesalnya juga. Ya mungkin gue ganggu konsentrasinya dia.

"Gue gatau, Ge. Gue kok deg-degan ya"

"Lah sakit jantung lo?"

"Ish apaan sih, doa lo jelek banget"

"Ya becanda kali. Apa jangan-jangan lo suka sama gue?"

"Tambah gila aja lo, Ge"

"Kalica! Gea! Jangan bicara sendiri!" Tiba-tiba suara bu Ida, guru gue muncul. Akhirnya gue sama Gea diem.

Kriiinnnggg

Ini dia yang gue tunggu-tunggu. Bel pulang sekolah. Setelah selesai beres-beres dan berdoa semua temen-temen gue di kelas langsung pada keluar. Gue, Gea, Tata, sama Dini belakan keluarnya.

"Kal, lo dijemput bang Kairo apa bareng kita?" Tanya Dini pas kita lagi jalan keluar.

"Gue dijemput sama Bang Kairo"

Gue sama ketiga sahabat gue jalan ke pintu utama sambil bercanda. Sampe di pintu utama, gue kaget banget. Gimana ga kaget yaa. GUE LIAT MOBIL IBAY DI HALAMAN SEKOLAH. Gue gak salah liat. Gue apal banget sama plat nomornya. Apa Ibay pulang? Ga mungkin tapi, Ibay belom ngabarin tuh dia pulang tanggal berapa. Okee Kal, mungkin karena lo lagi gak fokus jadi lo salah liat.

"Kal, lo kenapa sih? Daritadi kita cerita lo ga dengerin?" Tanya Tata tiba-tiba.

"Eh hmmm gini. Lo liat deh mobil item diparkiran tamu. Sebagai sahabat Ibay yang apal plat nomor mobilnya, gue yakin itu mobil Ibay. Menurut kalian sebagai fans Ibay gimana?"

Mata Tata, Gea sama Dini langsung liat ke arah mobil yang gue maksud. Mata mereka juga membulat akibat terkejut. Gue yakin mereka sependapat sama gue.

"Iya, Kal. Gue juga yakin itu mobil dia. Gue juga apal nomor platnya" jawab Dini.

"Tapi Ibay aja belom ngabarin gue pulang tanggal berapa, bunda sama teteh juga belom ngabarin"

"Hmm tapi kalo dia Iqbaal, kenapa dia ga keluar coba?" Kali ini Gea berbicara.

"Iya juga sih, yaudahlah mungkin emang bukan Iqbaal"

"Kal, lo mau ditemenin sampe abang lo dateng? Sekolahan udah lumayan sepi nih" tanya Tata sama gue.

"Gausah deh, kalian balik aja duluan. Abis ini juga abang gue sampe"

"Yakin nih gapapa?"

"Iyaa, gih pulang"

"Yaudah kita pulang dulu yaa, Kal"

Setelah pamitan, Tata, Dini, Gea jalan ke parkiran untuk pulang. Sekolah memang sudah lumayan sepi. Sebenarnya ramai, tapi ramai di dalam dan di lapangan sekolah yang letaknya di belakang. Sehingga halaman sekolah terlihat sepi.

Gak biasanya nih abang telat jemput gue. Gue telfon juga ga diangkat. Bikin badmood aja deh.

*****

AUTHOR'S POV

Iqbaal melihat keadaan halaman sekolah Kalica. Sudah lumayan sepi. Ini saatnya ia keluar. Iqbaal mengambil semua makanan yang sudah ia siapkan untuk Kalica. Iqbaal keluar dari mobilnya dengan menggunakan topi dan kacamata. Kalica yang duduk membelakangi Iqbaal belum mengetahui bahwa sekarang Iqbaal berada tepat di belakangnya. Tanpa ragu-ragu Iqbaal langsung melingkarkan kedua tangannya di perut Kalica dan meletakan dagunya di atas pundak Kalica.

"Kangen" ucap Iqbaal singkat namun sudah membuat Kalica sangat terkejut. Kalica tidak langsung menoleh, ia memejamkan matanya berharap bahwa ini bukanlah mimpi. Iqbaal pun heran mengapa Kalica tidak menjawab ucapannya. Iqbaal melepaskan pelukannya lalu beralih ke hadapan Kalica dengan posisi mensejajarkan tinggi mereka.

Kalica merasa pelukan itu sudah tidak ada. Ia bernafas lega, jantungnya sampai mau copot tadi. Perlahan ia membuka matanya. Tetapi kini dia justru tambah berkejut.

"Kejutan buat Ica" ucap Iqbaal dengan menampilkan senyumnya yang paling manis dan mengangkat sebuah kantong plastik besar berisi banyak makanan.

Saking terkejutnya Kalica sampai menutup mulutnya yang terbuka itu dan air matanya mengalir. Itu air mata rindu. Pasalnya setelah malam Kalica mengirim pesan itu pada Iqbaal, hubungan mereka tidak begitu baik.

"Hei hei jangan nangis dong. Ica ga seneng Ibay pulang?" Iqbaal maju selangkah untuk menghapus air mata Kalica. Tangannya menangkup wajah Kalica. Matanya menatap dalam mata Kalica yang selama ini sangat ia rindukan.

"I miss you" ucap Iqbaal dengan suara seraknya seakan menahan sesuatu. Iqbaal pun langsung memeluk erat Kalica.

"I miss you too" jawab Kalica. Mereka berpelukan cukup lama.

Pelukan mereka pelan pelan terlepas. Mata mereka kembali bertemu.

"Ca.."

"Bay..."

Ucap keduanya secara bebarengan.

"Ica dulu" jawab Iqbaal.

"Banyak yang harus kita omongin"

"Ibay juga mau bilang itu"

Keadaan hening beberapa detik.

"Yaudah. Ibay anter Ica pulang, terus Ica mandi, ganti baju kita keluar"

"Ica dijemput abang"

"Ica kok masih oon sih. Ya abang Ibay suruh ga jemput Ica lah. Makanya abang ga dateng-dateng kan?"

"Oh iya Ica baru sadar. Yaudah yuk. Itu buat Ica kan? Sini" Belum sempat Iqbaal menjawab, Kalica sudah menarik plastik besar itu. Kalica berjalan di depan Iqbaal dengan penuh semangat. Iqbaal yang melihatnya tersenyum bahagia. Hidupnya yang terasa kosong selama beberapa bulan itu kini terasa sangat bahagia.

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang