33

990 69 5
                                    

Suasana sudah sepi. Semua sudah pergi ke alam mimpi, kecuali dua insan yang sedang berbincang di taman belakang rumah. Walaupun rasa lelah merasuki tubuh keduanya, tetapi mata mereka belum ingin beristirahat. Cokelat hangat ikut menemani perbincangan mereka.

"Gimana perkembangan Kalica, Kai?" Tanya Ody mengawali perbincangan malam mereka.

"Gue harap dia bisa bertahan dan cepet sembuh, Dy. Sakit hati gue liat dia sakit-sakitan" jawab Kairo dengan suara yang parau.

"Kita semua selalu doain buat kesembuhan Kalica, Kai. Lo jangan keliatan sedih di depan dia. Dia butuh dukungan dari kita semua"

Kairo menjawab perkataaun Ody dengan anggukan. Ia sudah terlalu lelah membicarakan itu semua. Ia selalu berusaha untuk adiknya itu. Apapun, akan ia lakukan.

PRANG!!

Kairo dan Ody terkejut dan segera beranjak menuju sumber suara. Pikiran mereka sama-sama tertuju pada satu nama dan tempat. Kalica.

Brak

Kairo membuka pintu kamar dengan kasar. Ia langsung menghampiri Kalica yang terkulai lemas di lantai. Matanya masih terbuka tapi seperti tidak memandang apa-apa. Kairo segera menggendong Kalica menuju mobil dan Ody mempersiapkan mobil.

"Kaal. Tahan Kal!! Tahan Pliss!!!" Ucap Kairo panik.

"Gue bawa Kalica ke rumah sakit terdekat dulu. Lo kabarin ayah sama bunda, jangan Iqbaal. Nanti kalian nyusul aja" perintah Kairo pada Ody. Belum sempat Ody menjawab, Kairo sudah masuk ke dalam mobil dan melesat pergi.

Ody berlari terburu-buru menuju kamar milik ayah dan bunda. Membangunkan mereka pelan-pelan tetapi dengan suasana hati yang panik.

"Yah, bunn"

Ody mengguncangkan lengan ayah dan bunda bergantian.

"Ayah, bunda. Bangunnn"

Bunda dan ayah mengerjapkan matanya. Terkejut melihat ekspresi anak sulung mereka yang panik dan bercucuran keringat. Ayah segera menyalakan lampu kamar lalu terduduk bersama bunda.

"Kamu kenapa sih, Dy? Kok panik gitu?" Tanya Bunda sambil mengelus kepala Ody yang berbalut hijab.

"His hiks Kalica bun"

"Kalica kenapa sayang?"

Bunda dan Ayah pun ikut panik.

"Kalica tadi pingsan gitu terus dibawa Kairo ke rumah sakit terdekat"

"Astaghfirullah Kalica"

Ayah langsung memeluk bunda yang terkejut hingga menitikkan air mata.

"Kamu suruh Kairo segera bawa Kalica ke Bandung. Besok kita susul mereka. Kasihan Ale kalo kita pergi sekarang. Setidaknya kita gak boleh buat dia curiga" ucap ayah dengan tegas.

"Iya, yah. Yaudah Ody ke kamar ya"

Ody pun kembali ke kamarnya. Masih shock dengan kejadian Kalica tadi. Ia memandangi tempat Kalica terkulai lemas dengan tatapan kosong. Ya, karena tadi Kalica memang tidur di kamarnya. Ody segera menghubungi Kairo dan setelah itu ia berusaha untuk mengistirahatkan dirinya.

***

Iqbaal memandang pantulan wajahnya dicermin dengan wajah yang sangat bahagia. Ia menyisir rambutnya dengan jari-jarinya. Hari ini ia akan mengajak Kalica untuk pergi bersama Vanesha, menghabiskan waktu bersama, melepas rindu. Iqbaal keluar kamarnya dan pergi menuju meja makan untuk sarapan.

"Pagi bun, yah, teh" Iqbaal mencium pipi semua anggota keluarganya setelah selesai menyapa. Lalu duduk di sebelah teteh.

Ayah, bunda, teteh mulai canggung. Mereka tidak tahu harus berkata apa pada Iqbaal saat dirinya tahu Kalica tidak ada di rumah ini. Tentu akan menyakitkan buat Iqbaal.

IbayicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang