21

133 7 1
                                    

-BAGIAN DUA PULUH SATU-

"Aku pernah jatuh atas keinginanku sendiri, hal bodoh yang mempunyai berjuta alasan untuk tidak disesali."
________________________

Tangan Kania menyentuh dagu Mylan dengan lembut, memperhatikan luka lebam yang tergambar jelas di wajah tegas miliknya. Entah kenapa Mylan terlalu hobi menghiasi wajah tampannya dengan lebam. Membuatnya terlihat seperti berandalan saja.

"Punya muka ganteng dijaga dong, Lan!" seru Kania meletakkan tasnya di ranjang UKS, tepat di samping Mylan duduk.

Kali ini dia harus kembali berakhir di ruang UKS lagi, bersama Mylan. Pagi tadi, sebelum kaki Kania sempat melangkah melewati ambang pintu, sosok Mylan yang berdiri di samping pintu kelas membuat langkahnya mewajibkan diri untuk menghampiri lelaki itu. Lagi. Wajah berhias lebam membuat hati perempuan itu khawatir, hingga harus menyeretnya ke ruangan ini.

"Kayaknya gue perlu sedia plester di tas," gumam Kania seraya membuka kotak P3K yang berada di ruang UKS.

Sementara tangan Kania sibuk mengacak isi kotak P3K, mata Mylan justru sibuk memperhatikan wajah serius milik perempuan itu. Lentiknya bulu mata Kania seakan mengajak mata Mylan untuk tak mengalihkan pandangannya. Bibir merah muda tipisnya seakan menghipnotis kelopak mata untuk tidak menutup, barang sedetik saja. Apa Kania memang secantik ini? Bukannya Kania memang selalu cantik? Tapi, rasanya dia lebih cantik ketika sedang serius seperti ini. Lalu, bagaimana bisa Mylan merelakan perempuan ini untuk orang lain, sedangkan separuh jiwanya sudah pergi bercengkerama bersama Kania. Sepertinya, hati Mylan benar-benar telah dibuat luluh oleh Kania.

Entah dari mana Mylan mendapatkan bisikan yang memaksa tangannya untuk menarik wajah Kania yang tengah duduk di hadapannya itu. Bahkan bukan hanya sampa di situ saja, kejadian yang terlalu cepat ini benar-benar tidak dapat di jelaskan. Kotak P3K yang awalnya berada di pangkuan Kania, kini terhempas berserakan di bawah lantai, karena tangan Kania yang bergetar tak mampu menahan beban seringan apapun. Bibir keduanya saat ini telah saling melempel dengan sempurna, menyisakan keheningan dan keterkejutan yang berkecambuk di pikiran Kania. Perempuan itu benar-benar syok atas kejadian ini, walaupun ini bukanlah kali pertama baginya. Bila mana mata Mylan tertutup menikmati kecapan bersensai manis dari bibir Kania, perempuan itu justru terbelalak seakan ingin mengeluarkan biji mata. Mylan benar-benar seorang iblis!

Sekuat tenaga Kania ingin menguasai diri agar mampu menghindar dari permainan ini, namun ternyata perlakuan Mylan berhasil membuat pikirannya gila. Bukannya melepas, Kania justru ikut terlena membiarkan Mylan mengecap setiap inci bibirnya.

Menyadari pernapasan Kania yang mulai tersenggal-senggal, Mylanpun mengakhiri permainannya, membiarkan Kania kembali mengatur pernafasan tanpa niat memberi ruang kepada jarak. Kedua pasang mata itu kembali beradu, merasakan sensai deru napas memburu yang saling menabrak wajah. Ibu jari milik Mylan diusapkan lembut pada bibir tipis milik Kania yang memerah akibat ulahnya. "You're mine," bisiknya menilik bola mata indah Kania.

"Lo jahat, Lan. Sampai kapan lo permainin perasaan gue di tengah ketidakpastian?" gumam Kania hendak menjauhkan diri, ketika telinganya mendengar bel masuk yang telah berbunyi. Namun tangan Mylan tetap memeluk erat pinggangnya seakan tak ingin berniat melepaskan.

Usaha Kania ingin melepas tangan Mylan berakhir sia-sia. Tatapan tajam yang tiba-tiba Mylan tunjukkan, membuat Kania kembali diam pasrah. Nyalinya kembali menciut. Yang dilakukannya hanyalah memalingkah wajah untuk menghindari tatapan milik Mylan. Mylan benar-benar jahat, batinnya.

"Kalau gitu, kita akhiri aja hubungan ini," sontak Kania kembali memalingkan wajahnya menatap Mylan, saat kalimat itu dengan mudahnya terucapkan. Mylan masih saja mempermainkan perasaanya, dan dia masih saja mempercayakan perasaanya pada lelaki brengsek sepertinya.

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang