-BAGIAN TIGA PULUH TIGA-
"Aku sudah lama mengetahui namanya, tapi sampai saat ini aku belum juga mengetahui cerita hidupnya."
__________________________Tubuh Kania masih diam tidak merespon ajakan Mylan untuk segera masuk ke dalam toko kue. Dia masih bingung. Setelah membeli sebuket bunga yang kini tengah dipangkunya, untuk apa lagi Mylan mengajaknya ke toko kue? Bahkan ini bukan hari ulang tahun Kania. Lalu untuk siapa kue dan bunga ini?
"Lo kenapa masih duduk manis? Ayo cepetan!" Ucap Mylan seolah tengah tidak sabaran.
Kaki Kania bergerak tanpa sadar. Berjalan mengikuti Mylan dengan pikiran yang masih menebak kepada siapa Mylan akan memberikan bunga ini.
"Lo tunggu di sini aja! Gue mau pilih kue dulu," Mylan menarik sebuah kursi untuk Kania.
Namun sebelum Mylan menjauh, tangan Kania menarik lengan baju Mylan. "Siapa yang ulang tahun?" Tanya Kania penuh penasaran.
Pertanyaan itu hanya dijawab lirikan dan senyuman manis dari Mylan. Tidak ada kalimat penjelas yang keluar dari mulut Mylan. Lelaki itu meninggalkan Kania dengan sebuah usapan lembut di pucuk kepalanya.
"Ya ampun, Lan... lo bikin gue makin khawatir aja!" Batin Kania menjerit tidak karuan.
Bayangkan saja jika Mylan sengaja menyiapkan ini semua untuk perempuan lain. Ditambah dengan semua ucapan aneh Mylan di sekolah tadi... apa mungkin Mylan benar-benar ingin mengucapkan salam perpisahan kepada Kania?
"Lan, jangan bilang lo beneran mau ninggalin gue?" Tanya Kania sesaat setelah Mylan kembali. Lelaki itu masih berdiri menarik kursi, belum sempat duduk saat pertanyaan Kania itu terucap.
Bukannya menjawab, Mylan justru terkekeh geli melihat reaksi berlebihan Kania. "Ngomong apaan sih lo? Nggak jelas banget!"
"Terus ini buat siapa? Jadi ini penjelasan yang lo maksud?" Tangan Kania mencekram erat lengan Mylan.
Lagi, Mylan kembali menertawakan Kania.
"Gue serius!" Bentak Kania menghentakkan bunga yang sejak tadi dia genggam di meja.
Sadar jika perlakuannya telah berlebihan, Mylan menyudahi tawa dan mengambil alih bunga di atas meja itu. Matanya kembali melirik Kania yang menatapnya dengan tatapan serius.
"Jangan sotoy! Hari ini ulang tahun nyokap gue," jelas Mylan mengacak rambut Kania dengan gemas.
Sontak wajah Kania memerah malu saat mendengar jawaban Mylan. "H-habis lo sih, dramatis banget, pake acara mau nangis segala," cibir Kania tidak terima.
"Udah... kalo malu, ya malu aja. Nggak usah ngejatuhin orang lain." Ejek Mylan seraya terkekeh.
Namun tawanya terhenti saat ponsel di saku celananya bergetar. Sebuah pesan yang membuat dadanya seakan tertusuk paku bertubi-tibu.
Jangan lupa, hari ini ulang tahun mama. Sampaikan salam aku buat mama, ya. Bulan depan aku bakal pulang buat jenguk dia. Sampai waktu itu tiba, tolong buat dia bertahan.
Setelah kalimat itu terbaca, Mylan kembali memasukan ponselnya tanpa mengetik sebuah balasan. Dia kembali melanjutkan percakannya bersama Kania.

KAMU SEDANG MEMBACA
Painful✔️[Complete]
Teen FictionRE-WRITING (SOON)!!! Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, walaupun juga bukan sebuah takdir. Namun tetaplah, bersamamu adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Aku tahu setiap pertemuan akan ada perpisahan, namun akan ada dimana sepasang insan...