02

238 12 0
                                    

-BAGIAN DUA-

"Patah hati bukanlah alasan untuk menutup hati kepada semua orang."

________________________


Bosan. Itulah yang Kania rasakan saat ini. Tidak ada hal lain yang dilakukannya selain menatap kosong ke arah ketiga sahabatnya yang tengah asik bergosip. Telinganya terasa panas mendengar topik yang mereka bahas. Dia heran, mengapa ketiga sahabatnya itu tak bosan bergosip? Apalagi jika topik mereka membahas tentang Mylan, Mylan, dan Mylan. Entah apa keistimewaan yang dimiliki lelaki yang sedang dibicarakan oleh para sahabatnya itu. Dia tidak tahu, dan tidak akan pernah ingin mengetahuinya.

"Lo udah liat postingan baru Mylan?" tanya Anya penuh semangat.

"Sumpah ganteng banget!" ucap Nara.

"Bikin meleleh pokoknya!" sambung Fina tak mau kalah.

Kania yang tak tahan melihat tingkah aneh para sahabatnya pun memotong pembicaraan itu. "Dari pada bicarain Mylan mulu, mending lo pesen mie ayam bu Ika. Bikin kenyang!" kalimat itu berhasil membuatnya menjadi pusat perhatian ketiga sahabatnya.

"Lo tuh aneh ya!" cibir Fina atas perlakuan Kania.

"Kalau ada survei yang bilang ada 3 dari 10 perempuan itu aneh, maka lo salah satu dari perempuan aneh itu!" sambung Anya.

Kania cengong mendengar cibiran itu.

Kania Areva adalah perempuan berparas cantik dan manis. Dia hanyalah gadis biasa yang namanya tak setenar ketiga sahabatnya dan dia bukanlah penggila lelaki seperti para sahabatnya. Di matanya, semua lelaki itu sama. Mereka hanya akan berjuang di awal dan berakhir dengan menghempaskannya bersama harapan yang dulu mereka berikan. Dia sudah sangat hafal sifat itu, walaupun baru dua kali melewati fase jatuh cinta. Alasan itulah yang membuatnya tak mau lagi merasakan jatuh cinta.

"Patah hati, bukan berarti menutup hati!" seru Nara sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.

Skakmat! Batin Kania menyerah.

"Atau lo perlu operasi katarak deh, biar mata lo itu bisa bedain mana cowok biasa dan mana cowok yang luar biasa," sambung Anya.

"Gue ambil sampel yang deket aja deh! Contohnya kak Salman!" seru Fina sambil menunjuk seorang lelaki yang tengah duduk bersanding seorang perempuan tak jauh dari meja mereka.

Kania terbelalak dan hampir tersedak minumannya sendiri. "Gila lo! Ya kali gue ganjen, sampe-sampe harus ngerebut pacar orang. Lagian gue nggak mau sama dia!"

"Apa sih kurangnya kak Salman? Udah ganteng, pintar, bisa diandalin, rapi, Ketos SMA Cendana, murid kesayangannya Kepsek, mana kalem ke cewek lagi. Suami idaman gue banget tuh." ucap Fina.

"Kenapa nggak lo aja yang deketin dia?" tanya Kania membungkam mulut Fina. "Lo nggak mau berurusan sama Belvi kan?" lanjut Kania penuh selidik.

Mendengar kalimat itu, Fina segera membungkam mulut Kania dengan kuat. "Lama-lama gue buang ke laut juga lo!"

Entah apa yang lucu, perdebatan Kania dan Fina berhasil membuat Nara dan Anya terkekeh.

Namun kekehan itu tidak berlangsung lama. Suasana kantin tiba-tiba dberubah menjadi sangat ramai dan riuh. Suara desas-desis memenuhi kantin saat menyadari kehadiran seseorang yang sudah lama tak menampakkan wajahnya di SMA Cendana.

"Sumpah, gue nggak lagi mimpi kan?" tanya Nara membawa tangan Fina untuk memukul pipinya.

"Nia, ini yang namanya luar biasa," ucap Anya menahan pekikannya.

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang